Wisata

Abrasi Ancam Populasi Penyu dan Wisata Pesisir Banyuwangi

Rabu, 03 Februari 2021 - 02:20 | 96.52k
Tukik yang ditemukan di wilayah pantai Banyuwangi. (FOTO: Hafid Nurhabibi/ TIMES Indonesia)
Tukik yang ditemukan di wilayah pantai Banyuwangi. (FOTO: Hafid Nurhabibi/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Daratan pesisir Kabupaten Banyuwangi kian tahun makin terkikis abrasi. Akibatnya, populasi penyu dan sektoral wisata pantai terancam keberadaannya. Salah satunya di destinasi pantai Cemara yang menjadi salah satu favorit penyu berkembang biak.

Sejak 5 Mei 2020 lalu,  pantai pemikat wisatawan dengan ribuan pohon cemara itu mengalami abrasi berkepanjangan. Hal tersebut yang melatar belakangi semakin langkanya induk penyu bertelur di bibir pantai.

Kasi Pengelolaan Sumber Daya Ikan, Dinas Perikanan Banyuwangi, Anang Budi Wasono mengatakan populasi penyu terlihat menurun disebabkan oleh bibir pantai yang terus mengikis.

Abrasi-mulai-menggerus-wilayah-pantai-Cemara-Banyuwangi.jpgAbrasi mulai menggerus wilayah pantai Cemara Banyuwangi. (FOTO: Hafid Nurhabibi/ TIMES Indonesia)

"Bisa jadi penyu sedikit kesulitan untuk bertelur di pantai cemara, dan barangkali penyu yang hendak bertelur juga mencari tepi pantai yang mampu dijangkaunya, tentu ditempat lain," kata Anang Budi, Selasa (2/2/2021).

Selain populasi penyu, Anang menduga dampak abrasi juga akan mengancam keberlangasungan aktifitas wisata pantai disana. Dalam beberapa dekade ke depannya, memungkinkan abrasi ini akan jadi ancaman hilangnya wisata pesisir.

Atas fenomena tersebut Anang mengimbau kepada seluruh kelompok sadar wisata untuk terus melakukan pelestarian alam serta upaya-upaya dalam menanggulangi abrasi.

"Masyarakat diharap semakin semangat dalam mengatasi persoalan ini, terutama mengoptimalkan vegetasi untuk mengatasi angin laut serta mengadakan terumbu karang guna menghadang ombak dan rumah bermain ikan-ikan," katanya.

Perlu diketahui saat ini di Pantai Cemara hanya menyisakan 10 ekor penyu dengan umur yang variatif antara 4 bulan hingga 2 tahun lebih empat bulan. Penyu di bawah usia produktif itu sengaja disisakan untuk memenuhi fasilitas wisata di pantai cemara.

Dalam menyambut bulan maret 2021 yang menjadi waktu para penyu berlabuh dan bertelur, Anang berharap akan ada peningkatan signifikan tentang jumlah telur yang ditemukan dan dibiakkan.

Sementara itu, sejumlah upaya pencegahan abrasi serta pelestarian lingkungan pun dilakukan. Mulai dari penanaman pohon bakau hingga penangkaran penyu juga dilakukan.

Seperti yang dilakukan Kelompok Usaha Bersama Pantai Rejo (KUB Pantai Rejo). Tahun 2019 lalu ditemukan telur penyu dengan jumlah 5.058 butir, tahun 2020 ini menurun hanya 2.600 butir.

"Tapi kami tak kenal lelah dan tetap berjuang meningkatkan populasi penyu disini. Upaya kami sampai memberikan rewards bagi nelayan dan masyarakat bahkan wisatawan yang menemukan telur penyu disekitar pantai," kata Moh Muhyi, Ketua kelompok setempat.

Muhyi menyebutkan ada dua jenis penyu yang sering berlabuh di pantai Cemara Kabupaten Banyuwangi, yakni jenis Lekang dan penyu Hijau. Masing-masing perlu campur tangan serta perhatian manusia dalam perkembangbiakannya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES