Kopi TIMES

Bentuk Solidaritas Baru Masyarakat Digital

Selasa, 02 Februari 2021 - 15:10 | 73.66k
Indah Sari Rahmaini, Mahasiswa Magister Sosiologi Universitas Gadjah Mada.
Indah Sari Rahmaini, Mahasiswa Magister Sosiologi Universitas Gadjah Mada.

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Derasnya arus penetrasi digitalisasi pada masyarakat menyebabkan terjadinya berbagai pergolakan perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Digitalisasi mulai berevolusi seiring dengan ditemukannya berbagai teknologi, khususnya teknologi informasi yang menjadi ciri khas masyarakat digital. Sayangnya, perubahan sosial secara besar-besaran juga tidak jarang mengalami stigma buruk bagi masyarakat. Banyak degradasi moral, individualisasi, patologi sosial, hingga cyber crime menjadi efek samping yang harus dipikirkan secara matang oleh pemangku kebijakan dalam mengatasinya.

Indonesia sebagai negara yang masih giat-giatnya dalam mengakselerasi teknologi digital memiliki segmentasi dalam memaknai hadirnya teknologi. Kaum optmisistis dan perancang teknologi selalu menilai teknologi dari tingkat efisiensi dan efektivitas kerja. Ia menilai bahwa tingkat kemajuan peradaban dinilai dari seberapa kecil ruang yang bisa dihasilkan dalam melakukan interaksi secara maya. Sebaliknya, kaum pesimistis menganggap bahwa alih-alih memajukan, teknologi juga menyebabkan kontrasnya ketimpangan sosial.

Budaya konsumen akan semakin terlihat pada berbagai jenjang strata sosial. Penyimpangan sosial menjadi sebuah masalah yang harus dimaklumi sebagai dampak dari adanya teknologi. Contohnya saat awal terjadinya wabah Pandemi Covid-19. Selain mudahnya memiliki pengetahuan dini tentang pencegahan penularan, digitalisasi juga membawa distribusi ketakutan. Produksi pengetahuan yang tidak dapat diverifikasi dengan baik menyebabkan terjangkitnya disintegrasi sosial. Pandemi juga merusak hubungan sosial antar masyarakat. Masyarakat mulai saling menyalahkan, munculnya ketidakpercayaan publik, konflik sosial, dan berbagai kegaduhan lainnya turut mengiringi di tengah wabah pandemi. 

Terlalu fokus dalam mencari normativitas dari teknologi membuat kita tidak oportunis dalam melihat berbagai bentuk sosial baru yang telah terjadi dewasa ini. Masyarakat digital tidak hanya membawa keresahan bagi masyarakat. Digitalisasi ternyata juga menciptakan terbentuknya solidaritas baru bagi kehidupan interaksi masyarakat cyber.

Filantropi sosial berbasis teknologi

Charity sosial yang sebelumnya hanya bergerak di level komunitas kini bisa dimulai melalui pergerakan individu. Solidaritas tersebut digerakkan melalui berbagai platform filantropi dan disebarkan melalui linimasa dan laman pencarian sosial media. Kelompok masyarakat digital ini ternyata memiliki ruang untuk menunjukkan kepedulian di tengah renggangnya kohesi sosial khususnya di perkotaan. Media baru telah memunculkan filantropi menjadi tren kekinian yang mengadopsi kedermawanan sosial yang dilakukan dulu secara konvensional.

Donasi online menjadi sebuah bentuk hilangnya batas ruang maupun waktu saat ingin membantu orang lain yang lebih membutuhkan. Platform yang paling umum digunakan untuk filantropi modern adalah kitabisa.com. Sebagai media kampanye sosial sekaligus untuk penggalangan dana, platform ini bisa menggalang dana hingga ratusan juta dalam kurun waktu yang singkat. Para filantropis juga bisa melihat berapa jumlah dana yang terkumpul untuk sebuah kegiatan amal yang dilakukan. 

Bentuk solidaritas ini juga menjadi penanda bahwa teknologi tidak hanya dimanfaatkan secara instrumental dalam aktivitas mainstream. Masyarakat digital juga mampu menciptakan tatanan masyarakat baru yang lebih peka terhadap situasi sosial, apalagi di tengah kondisi pandemi yang bias kondisi ketimpangan. Pertukaran informasi menjadi lebih cepat untuk menciptakan gerakan sosial baru tanpa harus terikat atas komunitas tertentu. Keterhubungan yang dimiliki ini juga menjadi sebuah kekuatan bagi masyarakat untuk tetap merasa hidup dalam lingkungan sosial walau dalam keadaan yang penuh ketidakpastian seperti sekarang. 

Bentuk Kepedulian secara Masif

Cuitan dari berbagai sosial media, baik berbagi cerita inspiratif dalam menghadapi pandemi hingga informasi pertolongan menjadi salah satu faktor dari lahirnya bentuk kepedulian secara masif melalui teknologi. Distribusi informasi dan edukasi juga digalakkan pemerataannya dengan saling mengingatkan sebagai upaya dalam memperlambat penyebaran virus. Berbagai komunitas masyarakat menjadi lebih peduli terhadap informasi baru yang sebelumnya malah acuh terhadap kondisi bangsa. Physical distancing dan pandemi juga tentu menjadi pengetahuan baru yang menarik untuk dipelajari tidak hanya pada kalangan medis, namun juga praktisi sosial yang dalam keseharian tidak akrab dengan itu. Berbagai akademisi mulai memaparkan penelitiannya pada berbagai aspek sebagai wujud kepedulian terhadap situasi bangsa yang sedang tidak baik-baik saja. 

Solidaritas sosial juga terlihat dari bagaimana inisiasi pertahanan komunitas dalam skala yang lebih masif. Berbagai anggota masyarakat menjadi cair dari klasifikasi kelas sosial. Orang mulai sadar untuk bertahan dengan keadaan yang ketidakpastian dengan saling memberi bantuan masker, penyemprotan disinfektan, pemberian sembako, bahkan kebersamaan dalam saling membantu pekerja sektor informal. Semua orang memberi influence bagi komunitasnya tidak peduli seberapa besar followers-nya di media sosial. Berbagai pengetahuan serta nilai lokal juga turut bekerja sama dengan pemerintah tanpa paksaan maupun tekanan dari manapun. 

Keadaan ini menyiratkan bahwa bentuk solidaritas baru telah tercipta seiring dengan masifnya berbagai tren masyarakat digital dalam melakukan interaksi sosial. Dengan kecanggihan teknologi menyebabkan lahirnya bentuk baru kehidupan pada era masyarakat cyber. Teknologi informasi hari ini juga menjadi jalan alternatif tidak hanya memudahkan aktivitas fisik, namun juga menciptakan kepedulian sosial secara digital. 

***

*) Oleh: Indah Sari Rahmaini, Mahasiswa Magister Sosiologi Universitas Gadjah Mada.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES