Kesehatan Vaksin Covid-19

Prof Nidom: Mutasi Virus Covid-19, Tantangan Besar Pasca Vaksinasi

Senin, 01 Februari 2021 - 22:29 | 93.98k
Ilustrasi.
Ilustrasi.
FOKUS

Vaksin Covid-19

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah bergulir mulai 13 Januari 2021 lalu. Prioritas penerima vaksin pada tahap ini adalah para tenaga kesehatan. Efektivitas vaksinasi Covid-19 menjadi poin penting dalam pencegahan dan pengendalian penyebaran virus Covid-19. 

Menurut Ketua Tim Riset Corona & Formula Vaksin Professor Nidom Foundation (PNF) Prof Dr CA Nidom, drh, MS, salah satu tantangan besar dalam vaksinasi adalah mutasi virus, mengingat virus Covid-19 berstruktur RNA yang mudah bermutasi. 

Prof Nidom menyebut, Protein S (spike) virus Covid-19 sebagai pengantar masuknya virus ke sel manusia telah menjadi target utama pengembangan vaksin sekaligus analisis mutasi virus. 

Pola mutasi protein S yang terjadi sampai dengan tanggal 12 Januari 2021 meliputi A222, S477, D614, Q677, yang dituangkan dalam Publikasi Ilmiah oleh Grup 

Peneliti Professor Nidoe Foundation (PNF) yang berjudul “An Update Investigation Prior To Covid-19 Vaccination Prograe in Indonesia: Full-Length Genoee Mutation Analysis of SARS CoV-2”, (bioRxiv, 27 January 2021). 

"Selain mutasi berdampak pada efektivitas vaksinasi, juga sebaliknya vaksinasi dapat memicu terjadinya mutasi virus," jelas Prof Nidom, Senin (1/2/2021). 

Mutasi D614G, lanjutnya, menyebabkan peningkatan virulensi dan jumlah titer virus dalam darah, serta dicurigai berperan dalam peningkatan pengikatan virus pada sel manusia dan peningkatan risiko terjadinya Antibody Dependent Enhancement (ADE). 

Mekanisme lain mutasi ke bentuk D614G dapat melalui antibody escape yang difasilitasi oleh antigenic drift

Berdasarkan penelitian tersebut, jika mutasi D614G berdampak pada sensitivitas neutralizing antibody atau aktivitas ADE yang diamati dalam studi pada virus SARS, mutasi D614G dapat menyebabkan kuatnya ikatan dengan reseptor ACE2, sehingga seseorang lebih mudah terinfeksi untuk yang kedua kalinya, dan juga berpengaruh pada kecepatan penularan, jumlah dan keparahan penyakit. 

"Tim PNF, telah mengidentifikasi mutasi D614G yang ditemukan pada 103 isolat Indonesia yang tersebar di berbagai daerah mulai dari DKI Jakarta, Jawa Barat, JawaTengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur," terangnya menambahkan. 

Data peta sebaran virus Covid-19 ini beserta mutasi yang lain, dapat dijadikan sebagai informasi dasar dalam membandingkan pola mutasi, yang selanjutnya dapat digunakan untuk kebijakan tindakan pencegahan dan konstruksi vaksin berbasis isolat lokal. 

Prof Nidom menegaskan, vaksin memang bukan satu-satunya intervensi untuk menekan angka kejadian Covid-19. Intervensi non-medis yang juga tak kalah penting yaitu tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan yaitu dengan menjalankan 5M. 

Selain itu, pengukuran terhadap titer antibodi pasca vaksinasi juga perlu dilakukan agar antibodi yang dihasilkan oleh vaksinasi diketahui kadarnya dan kemampuan proteksi terhadap virus lapangan. 

"Akhirnya intervensi medis maupun non medis merupakan bagian penting yang harus dilakukan secara terukur untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia," ucap Prof Nidom. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES