Kuliner

Kedai Inovative, Bangunan Kuno ‘Disulap’ Jadi Tempat Kuliner dan Ngopi di Pangandaran

Selasa, 02 Februari 2021 - 02:04 | 110.95k
Bangunan Kuno zaman Belanda di Kabupaten Pangandaran menjadi tempat kuliner dan ngopi (Foto: Syamsul Ma'arif/TIMES Indonesia Priangan Timur
Bangunan Kuno zaman Belanda di Kabupaten Pangandaran menjadi tempat kuliner dan ngopi (Foto: Syamsul Ma'arif/TIMES Indonesia Priangan Timur

TIMESINDONESIA, PANGANDARAN – Bagi pecinta dan pemburu kuliner di Kabupaten Pangandaran mungkin sudah tidak asing lagi dengan Kedai Inovative. Lokasinya tidak jauh dari alun-alun Parigi, Kabupaten Pangandaran.

Kedai tersebut kini jadi salah satu tempat nongkrong alternatif sebagai pelepas lelah setelah aktivitas. Entah itu kalangan muda, pegawai swasta, pejabat hingga wisatawan yang sedang berlibur ke Pangandaran.

Selain bisa menikmati hidangan makanan dan kopi tradisional yang ada di nusantara dan kopi lokal Pangandaran, konsumen juga bisa mengenal sejarah zaman Belanda.

TIMES Indonesia berhasil mewawancara salah satu keturunan pemilik bangunan tersebut, Ria Siti Sadariah Wulansari (46) yang kini berprofesi sebagai wiraswasta.

"Bangunan ini sudah ada sejak saya kecil, perkiraan dibangun pada tahun 1910," kata Ria.

Bangunan kuno yang berlokasi di Desa/Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran tersebut ada dua, yang pertama bangunan besar dan kedua bangunan kecil.

Bangunan besar berbentuk toko, orang menyebutnya bermacam-macam tergantung pada usianya. Bagi yang saat ini berusia 80 tahun, biasa menyebutnya toko batik atau markas Belanda atau Pos Kesehatan Belanda. Bagi yang saat ini berusia 60 tahun biasa menyebut SR dan toko Dudu. Sedangkan, bagi kalangan muda masa kini menyebutnya Kedai Inovative.

Sedangkan, pada bangunan kecil orang menyebutnya bumi alit atau rumah dinas dokter pada zaman penjajahan Belanda. "Dari pertama berdiri hingga sekarang, motif dan bahan bangunan tidak pernah berubah, hanya ada perubahan warna cat sebagai perawatan untuk meminimalkan kesan seram," tambahnya.

Waktu zaman Belanda, bangunan ini merupakan toko batik milik leluhur Ria Siti Sadariah Wulansari. Lalu dirampas oleh Belanda dan akhirnya kembali lagi dikuasai keturunan pemilik.

Bangunan itu milik Raden Djodjoh Hadijah Ratnaningrum dan suami Herlan Pagih yang merupakan Nenek dan Kake Ria Siti Sadariah Wulansari. Semasa hidup Raden Djodjoh Hadijah Ratnaningrum mengalami dua kali pernikahan setelah Herlan Pagih tutup usia menikah dengan Dudu Soeparman.

Setelah Raden Djodjoh Hadijah Ratnaningrum dan Dudu Soeparman meninggal dunia, bangunan itu dirawat dan dihuni oleh Raden Titiek Kartiyanah dan suami Dedi Efendi.

"Mama saya bercerita bahwa bangunan ini banyak menyimpan sejarah. Pada zaman penjajahan Belanda, keluarga kami diusir dan bangunan toko batik itu ditempati menjadi markas Belanda,” jelasnya.

Selang beberapa tahun setelah jadi markas Belanda, lalu mereka menjadikannya lokasi Kedai Inovative ini sebagai Pos Kesehatan. Hingga akhirnya menjadi tempat Sekolah Rakyat atau SR. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES