Kuliner

Nikmatnya Sate Legendaris 'Bang Muhsin' di Bondowoso, Ada Sejak Tahun 1975

Minggu, 31 Januari 2021 - 17:50 | 221.27k
Muhsin bin Ali pemilik sekaligus juru masak kuliner sate legendaris 'Bang Muhsin' yang ada sejak 1975 di Bondowoso. Tampak ia sedang melayani langsung pelanggan. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Muhsin bin Ali pemilik sekaligus juru masak kuliner sate legendaris 'Bang Muhsin' yang ada sejak 1975 di Bondowoso. Tampak ia sedang melayani langsung pelanggan. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Mungkin semua kuliner sate terlihat sama. Tetapi di setiap tangan juru masak, kuliner yang identik dengan daging ini memiliki rasa yang berbeda-beda. Contohnya sate legendaris 'Bang Muhsin' di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur.

Sate ini sudah ada sejak 45 tahun lalu. Stannya buka di pasar induk Bondowoso. Bahkan saat ini sudah buka cabang di Taman Sari, tepatnya sekitar 50 meter sebelah selatan Museum Kereta Api.

Resep sate kambing muda ini sudah turun temurun, dan kini merupakan generasi kedua. Rasanya yang khas membuat sate ini digemari hingga berpuluh-puluh tahun.

Adapun cara memasaknya, daging yang masih mentah dibaluri bumbu. Kemudian dibakar di atas bara api. Hanya menunggu sekitar 5 menit sate sudah siap saji. 

Bau harum menyeruak saat menu ini dihidangkan. Apalagi dipadukan dengan bumbu racikan Bang Muhsin yang dilumurkan lagi setelah daging matang.

Tak hanya sate, gule kambing racikan warga berdarah Timur Tengah ini juga menjadi menu favorit pelanggannya. 

Dipandu dengan bumbu kacang hijau, bau amis daging berganti bau sedap yang mengoda selera makan. Tentu tanpa menghilangkan rasa khas daging kambing muda.

Pemilik sate 'Bang Muhsin', Muhsin bin Ali bin Muhsin al-Hadad (65) mengatakan, usaha sate ini digagas oleh ayahnya, Ali pada Tahun 1975 lalu, dengan nama sate 'Bang Mat'.

Sekitar Tahun 1990 orang tuanya meninggal dunia, akhirnya dia yang baru lulus kuliah harus melanjutkan.

"Gimana lagi, melanjutkan usaha orang tua ini. Alhamdulillah saat itu sudah banyak pelanggan," kata pria berdarah Hadramawut tersebut.

Menurutnya, sebelum Pasar Induk dibangun lagi karena kebakaran. Stan miliknya buka di pojok selatan pasar. Waktu itu bisa habis 5 kambing dalam sehari. 

"Sekarang geser ke utara. Kalau yang di Taman Sari dipegang anak saya yang bernama Fatimah. Anak kedua dari enam bersaudara," katanya.

Biaya hidup keluarga dari dulu dari berjualan sate ini. Termasuk saat orang tuanya menguliahkannya hingga lulus. Kemudian digantikan dirinya membiayai keenam anaknya dari jualannya tersebut.

"Anak saya yang lima keluaran pondok semua. Ya dari jualan sate ini," terangnya saat dikonfirmasi, Minggu (31/1/2021).

Sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia, dia bisa menjual 5 kambing dengan omzet sekitar Rp 6,5 juta setiap hari.

"Waktu itu harga kambing Rp 1 juta per ekornya. Jadi total bersihnya pendapatan sekitar Rp 1,5 juta," jelasnya.

Tetapi semenjak Covid-19, dalam sehari hanya bisa menghabiskan 2 kambing, dengan harga Rp 1,5 juta per ekor. 

"Pendapatan bersih pun menurun menjadi sekitar Rp 700 ribu per hari. Kalau Covid-19 sudah selesai mungkin naik lag. Saya berharap musibah ini segera selesai," harapnya.

Sementara salah seorang pelanggan, Dijah (26) mengaku sejak duduk di bangku sekolah dasar menjadi penikmat sate 'Bang Muhsin'.

"Dulu di sini langganan embah, waktu itu diajak embah. Biasanya sekeluarga makan di sini. Pindah saat perbaikan pasar. Tapi tetap kita cari," katanya.

Menurutnya, semua sate sama. Tetapi sate olahan 'Bang Muhsin' ini punya rasa yang khas. "Bau kambingnya tidak ada, tapi cita rasanya tetap nikmat," ungkapnya.

Harga sate legendaris 'Bang Muhsin' di Bondowoso, setiap 10 tusuk dibanderol dengan harga Rp 30 ribu. Sementara untuk gule Rp 25 ribu per plastik ukuran 1 kilogram. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES