Peristiwa Daerah

Para Petani Bingung, Ratusan Hektar Sawah Malah Kekeringan di Musim Hujan

Senin, 25 Januari 2021 - 17:57 | 70.40k
Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Bandung Mochammad Luthfi Hafiyyan meninjau sawah petani yang kekeringan akibat tidak mendapat aliran air irigasi di Desa Linggar, Kec Rancaekek, Kab Bandung, Senin (25/1/21). (FOTO: Iwa/TIMES Indonesia)
Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Bandung Mochammad Luthfi Hafiyyan meninjau sawah petani yang kekeringan akibat tidak mendapat aliran air irigasi di Desa Linggar, Kec Rancaekek, Kab Bandung, Senin (25/1/21). (FOTO: Iwa/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Ratusan petani di Desa Linggar dan Desa Sukamulya, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung mengaku kebingungan untuk mengairi sawah mereka meskipun di musim hujan. Selama ini ratusan petani di Desa Linggar dan Sukamulya hanya mengandalkan air hujan, karena irigasi untuk sawah mereka malah tertutup oleh proyek pelebaran Sungai Taraju dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.

Terlebih jika di musim kemarau, Sungai Taraju yang dulunya mengairi sawah mereka, kini kondisinya kering tanpa aliran air sama sekali.

"Kalau tidak ada air hujan, kami tidak bisa menanam padi. Lebih bingung lagi kalau tidak turun hujan di musim hujan, kami tidak bisa mengairi sawah sama sekali karena saluran irigasi untuk sawah kami ditutup," ungkap Andri Setiawan (39), salah seorang petani di Desa Linggar kepada TIMES Indonesia, Senin (25/1/21).

Menurut Andri kejadian itu sudah lama berlangsung sejak dimulainya proyek pelebaran sungai dari BBWS. Akibatnya saluran irigasi dari Sungai Taraju yang biasa mengaliri sawah mereka menjadi kering karena tidak teraliri air oleh sungai yang sudah dilebarkan pihak BBWS.

"Sawahnya sekitar 150 hektare yang diarap ratusan petani. Bahkan sampai ke Desa Sukamulya, perbatasan Desa Linggar. Bisa dibayangkan kerugian yang dialami para petani selama ini yang tidak bisa menamam padi dan memanen," kata Andri.

Para petani sudah mengeluhkan hal ini ke pihak pemerintahan desa dan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, namun hingga kini belum ada tindak lanjut. "Kami memang sempat dijanjikan akan dibuatkan saluran irigasi baru, tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut," ujar Andri.

Sampai akhirnya mereka mengadukan hal ini ke anggota Komisi B DPRD Kabupaten Bandung. "Kami hanya minta agar sawah kami teraliri lagi air seperti dulu. Bagaimana pun kami kerja mengandalkan sawah kami. Selama sawah kering dan tidak bisa menanam padi, kami jadi pengangguran, apalagi di masa pandemi Covid-19 ini," ungkap Andri.

Apalagi kalau di musim kemarau, imbuh dia, mereka sama sekali tidak bisa teraliri air sehingga tidak bisa menanam padi. "Sawah kami masih terbilang bagus untuk ditanami. Bagaimana pun para petani tidak akan mau menjual sawah mereka ke pengembang perumahan atau pabrik, kalau kondisi sawah mereka bagus," ungkapnya.

Menanggapi keluhan petani ini, anggota Komisi B DPRD Kabupaten Bandug Mochammad Luthfi Hafiyyan mengaku prihatin dengan kondisi para petani dan sawah di Desa Linggar dan Sukamulya itu.

"Selama ini bertani menjadi mata pencarian mereka. Kalau sawah kering tidak dapat aliran air, mereka tidak bisa bekerja dan tidak punya penghasilan. Apalagi ini masa pandemi Covid-19, terus terang bagi saya ini sangat memprihatinkan," ungkap Luthfi.

Luthfi menyatakan pihaknya sudah mengkordinasikan keluhan mereka dengan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. "Saya sudah turun ke lapangan mengecek kondisi sawah mereka dan ternyata benar, heran juga di musim hujan sawah mereka malah tidak teraliri air dan saluran irigasinya kering di musim hujan," ungkap Luthfi.

Yang lebih mengherankan lagi, imbuh Luthfi, sudah ada pemasangan gorong-gorong irigasi, namun posisi gorong-gorong tersebut malah di atas permukaan air sungai.

"Saya sudah kordinasikan dengan pihak Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, katanya mau dibuatkan tim khusus untuk mengecek lokasi sawah para petani, tapi sampai sekarang belum juga ada realisasi," sesal Luthfi.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES