Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Transformasi Pembelajaran di Era Digital

Senin, 25 Januari 2021 - 10:44 | 111.19k
Bagus Cahyanto, S.Pd. M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Bagus Cahyanto, S.Pd. M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Secara normatif, pendidikan dapat dipahami sebagai upaya menyadarkan seseorang dalam mempersiapkan kehidupannya di masa mendatang. Proses penyadaran ini dapat dilakukan dengan berbagai langkah strategis.

Di lingkungan sekolah formal “pembelajaran” dianggap menjadi salah satu bagian yang memiliki peran dominan dalam upaya mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Perkembangan dunia menuju transformasi dari revolusi industri 3.0 ke revolusi industri 4.0 memperlihatkan peran teknologi digital yang begitu besar dampaknya pada berbagai aspek kehidupan.

Tidak ada satu elemen pun yang mampu menghindari proses transformasi ini, termasuk dunia pendidikan didalamnya. Jika dicermati kemajuan teknologi ini telah banyak mengubah paradigma dan praktik pendidikan kita, semakin banyak bermunculan aplikasi atau perangkat lunak guna mendukung kegiatan pembelajaran.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Di saat pandemi covid-19 seperti saat ini kita justru tidak bisa lepas dari penggunaan produk teknologi, pandemi covid-19 telah memaksa kita untuk melakukan pembelajaran yang lebih banyak dilakukan secara online (daring) dikarenakan tidak bisa tatap muka secara langsung. Kenyataan ini semakin menguatkan bahwa transformasi pembelajaran harus dilakukan, kurikulumpun harus adaptif terhadap perubahan zaman dan perkembangan teknologi, tentu diimbangi dengan pengembangan literasi digital bagi pendidik maupun peserta didik yang mengacu pada profil kompetensi abad 21 yaitu kreatifitas, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi.

Transformasi pembelajaran ini tidak semata-mata berbicara tentang penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran, lebih dari itu peserta didik perlu dibekali dengan satu kecakapan berpikir komputasi atau sering dikenal dengan istilah Computational Thinking (CT). Dalam dunia pendidikan computational thinking ini sering dikaitkan dengan metode pemecahan masalah yang didalamnya melibatkan pengungkapan masalah dan solusi.

Istilah computational thinking sendiri pertama kali digaungkan oleh seorang tokoh bernama Seymour Papert (1980) dalam bukunya yang berjudul “Mindstorm”, yang seiring berjalannya waktu bermunculan pemikiran baru yang memodifikasi serta menyandingkan computational thinking dengan pendekatan atau metode pembelajaran.

Dengan pendekatan computational thinking peserta didik diajarkan memecahkan suatu masalah yang beragam (komplek) dengan cara mengorganisasikan menjadi masalah sederhana yang diharapkan akan lebih mudah diselesaikan. Cara berpikir komputasi juga sangat dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah peserta didik.

Dalam implementasinya pendidik dapat berperan sebagai fasilitator guna melatih peserta didik berpikir secara terstruktur, akurat, kreatif, dan logis. Salah satu karakteristik berpikir komputasi ini adalah mampu memecahkan masalah dengan mengorganisasikan data, melakukan identifikasi, analisa data, dan pencarian solusi dengan berbagai cara dan sumber daya yang efektif dan efisien.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dengan begitu berpikir komputasi terdiri dari komponen dekomposisi, pengenalan pola atau representasi, generalisasi dan abstraksi, serta perancangan algoritma.  Bagi seorang pendidik dalam pembelajaran tentu perlu mengintegrasikan berbagai metode, termasuk melibatkan peran teknologi digital didalamnya.

Lebih luas lagi, untuk memperbesar peluang keberhasilan pembelajaran maka tripusat pendidikan yang meliputi lingkungan formal, informal, dan non formal perlu dioptimalkan. Bagi kita yang sedang berada di tengah terpaan virus covid-19 memerlukan semangat yang kokoh secara intelektual dan moral, maka pengembangan kecakapan berpikir komputasi (computational thinking) merupakan alternatif yang patut dipertimbangkan.

Lockwood & Mooney (2017) menguatkan bahwa pengembangan kecakapan berpikir komputasi dibidang pendidikan ini dapat berguna untuk a) mengembangkan keterampilan berpikir analitis peserta didik, b) memperkuat pemahaman peserta didik secara terstruktur, yang nantinya akan bermanfaat untuk memecahkan suatu masalah, c) mendorong rasa percaya diri peserta didik, serta d) membantu pendidik untuk menentukan indikator kesuksesan belajar, karena secara umum berpikir komputasi (computational thinking) memiliki korelasi dengan kesuksesan akademik peserta didik.

Apabila hal ini diadaptasi dalam pembelajaran, maka kecakapan berpikir komputasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Dalam konteks pembelajaran berpikir komputasi (computational thinking) lebih menekankan pada proses berpikir untuk memecahkan masalah.

Dalam kaitannya dengan era digital dan kemajuan teknologi, kecakapan berpikir komputasi (computational thinking) dapat menjadi prioritas dalam pengembangan pembelajaran sekaligus pengembangan kemampuan dalam menyusun algoritma pemecahan masalah, sehingga dengan intregasi keduanya diharapkan pembelajaran di sekolah dapat membekali peserta didik dengan kecakapan yang diperlukan dimasa mendatang dan benar-benar berdampak pada change behavior (perubahan perilaku). 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Bagus Cahyanto, S.Pd. M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES