Peristiwa Daerah

Warga Lakukan Penelitian Solusi Banjir Bengawan Njero Lamongan

Sabtu, 23 Januari 2021 - 23:56 | 118.17k
Warga yang berada di kawasan bengawan Njero Lamongan, menggunakan perahu sebagai alat transportasi, lantaran jalan umum terendam air. (FOTO: MFA Rohmatillah/ TIMES Indonesia)
Warga yang berada di kawasan bengawan Njero Lamongan, menggunakan perahu sebagai alat transportasi, lantaran jalan umum terendam air. (FOTO: MFA Rohmatillah/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Berawal dari rasa keprihatinannya atas banjir yang setiap tahun melanda kawasan Bengawan Njero Lamongan, seorang warga termotivasi untuk melakukan penelitian guna menemukan penyebab, sekaligus solusi banjir.

Pria bernama Hamim, warga Dusun Pandantoyo, Desa Bojoasri, Kecamatan Kalitengah tersebut, telah memulai penelitiannya sejak tanggal 8 Januari lalu.

"Kawasan Bengawan Njero meliputi 6 Kecamatan mengalami Banjir sejak tanggal 1 Januari hingga sekarang belum surut. Inilah yang membuat saya ingin mencari penyebab dan juga solusi banjir," kata Hamim, Sabtu (23/1/2021).

Hamim menjelaskan, kawasan Bengawan Njero merupakan sebuah dataran rendah, sehingga menjadi tempat berkumpulnya air yang mengalir dari dataran yang lebih tinggi.

"Air hujan yang masuk ke Bengawan Njero diantaranya dari Kecamatan Babat, Pucuk, Sukodadi, Sarirejo, Tikung, Kembangbahu, Sugio, Mantup (sebagian), Sekaran, Karanggeneng, Kalitengah, Karangbinangun dan Turi," tuturnya.

Kondisi tersebut membuat kawasan Bengawan Njero memang rentan mengalami banjir. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Hamim mengaku menemukan 12 poin yang dapat menyebabkan kawasan Bengawan Njero dilanda banjir.

"Poin pertama tentu curah hujan tinggi di wilayah Kabupaten Lamongan. Kemudian Normalisasi kali tidak imbang antara hulu dan hilir. Ketiga, terjadi pendangkalan sungai bengawan jero akibat lumpur yang terbawa arus saat terjadi hujan di hulu," ucap Hamim, yang juga Guru MI tersebut.

Selain itu, tumbuhnya eceng gondok dan tumbuhan liar lainnya menyumbat pintu air Glagah dan Jembatan Waung. Adanya pembangunan DAM di pertigaan Desa Glagah dan Margoanyar juga turut menyumbang terhambatnya arus air menuju pintu air Tambak Ombo.

Ditambah lagi terjadi penyempitan dan pendangkalan di Jembatan Waung Desa Glagah. Pintu air Tambak ombo memiliki 4 pintu hanya dibukak 3 pintu akibat kerusakan, adanya pencari ikan dengan memasang Banjang sepanjang sungai Blawi, Sungai Wangen Dan Sungai Buden.

"Kemudian Adanya tumpukan material di jembatan layang Desa Kemudi, Kecamatan Duduk. Adanya penggundulan hutan di wilayah selatan Lamongan, adanya alih fungsi Rawa-rawa menjadi petambak.
12. Adanya ketidak singronan wilayah kerja PU SDA Propinsi dan PU SDA Kabupaten," tutur Hamim.

Tidak hanya menemukan sejumlah persoalan yang menjadi penyebab banjir, Hamim juga menyusun solusi untuk penanganan banjir Bengawan Njero.

"Solusinya terdiri dari solusi jangka pendek, yang bersifat segera, kemudian solusi jangka menengah dan solusi jangka panjang," kata Hamim.

Hamim menjelaskan, solusi jangka pendek meliputi pembersihan eceng gondok dan tumbuhan liar lainnya hususnya aliran sungai Desa Glagah. Perbaikan pintu air Tambak Ombo Manyar dan pengerukan tumpukan matrial di bawah jembatan layang Desa Kemudi kec. Duduk Kab. Gresik.

"Tiga hal ini sudah dilakukan. Kemudian solusi selanjutnya adalah oprasi pembersihan alat-alat pencari ikan seperti banjang-banjang di Sungai Blawi sampai Laut, pintu air Wangen sampai Laut dan pintu air Buden sampai laut, ini yang belum dilakukan," ucapnya.

Kemudian poin ke empat yaitu adanya petugas khusus untuk menjaga dan membersikan eceng gondok di pintu air kali Malang, pertigaan Desa Glagah, Jembatan Waung, jembatan Doro dan pintu air Tanggok agar arus air tidak terhambat.

"Embung, Waduk dan Rawa-Rawa di Hulu selama tidak membahayakan Tanggul, maka air tidak di Muntahkan keluar karena arus air tersebut bermuara ke Bengawan Jero. Ini juga belum dilakukan," kata Hamim.

Sementara solusi jangka menengah diantaranya adalah normalisasi kali Bengawan Njero, khususnya dari pintu air Glagah sampai Jembatan Waung di Desa Glagah menjadi prioritas tahun ini.

"Pintu kali Malang di pertigaan Desa Glagah dan Desa Margoanyar di standarkan pintu air Wangen. Jembatan kali Corong/Waung di Desa Glagah segerah di rubah dan di standartkan jembatan Lonjong sampai Blawi. Ini harus diprioritaskan tahun ini," tuturnya.

Sedangkan solusi untuk jangka panjang, Hamim menyebutkan bahwa Pintu air Tambak Ombo atau Tanggok ditambah 2 pintu.

"Selanjutnya adalah normalisasi kali mulai jembatan Kiringan, Blawi, Priyoso, pintu air Tambak ombo sampai muara. Ini harus menjadi prioritas dalam 5 tahun," kata Hamim.

Lebih lanjut Hamim mengungkapkan, jika target yang diharapkan bisa tercapai, maka banjir Bengawan Njero Lamongan diharapkan dapat berkurang secara signifikan. "Setinggi-tingginya 1 meter di bawah permukaan air banjir tahun 2020. Semoga hal ini bermanfaat," kata Hamim. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES