Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Mendeskripsikan Pemikiran Ibnu Thufail Tentang Tuhan

Sabtu, 23 Januari 2021 - 14:44 | 236.92k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Penciptaan dunia yang berlangsung lambat laun itu mensyaratkan adanya satu pencipta, sebab dunia tak bisa maujud dengan sendirinya. Juga, sang Pencipta bersifat immaterial, sebab materi yang merupakan suatu kejadian dunia diciptakan oleh satu pencipta. Dipihak lain anggapan bahwa Tuhan bersifat material akan membawa suatu kemunduran yang tiada akhir yang adalah musykil. Oleh karena itu dunia ini pasti mempunyai penciptanya yang tidak berwujud benda. Dan karena Dia bersifat immaterial, maka kita tidak dapat mengenalNya lewat indera kita ataupun lewat imajinasi, sebab imajinasi hanya menggambarkan hal-hal yang dapat ditangkap oleh indera.

Kekekalan dunia berarti kekekalan geraknya juga, dan gerak sebagaimana dikatakan Aristoteles, membutuhkan penggerak atau penyebab efisien dari gerak itu. Jika penyebab efisien ini berupa sebuah benda, maka kekuatannya tentu terbatas dan karenanya tidak mampu menghasilkan suatu pengaruh yang tidak terbatas. Oleh sebab itu penyebab efisien dari gerak kekal harus bersifat immaterial. Ia tidak boleh dihubungkan dengan materi ataupun dipisahkan darinya, ada di dalam materi itu atau tanpa materi itu, sebab penyatuan dan pemisahan, keterkandungan atau keterlepasan merupakan tanda-tanda material, sedang penyebab efisien itu, sesungguhnya lepas dari itu semua.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Tuhan dan dunia yang keduanya kekal, bagaimana bisa yang pertama dianggap sebagai penyebab adanya yang kedua? Dengan mengikuti pandangan Ibnu Sina, Ibnu Thufail membuat perbedaan antara kekekalan dalam esensi dan kekekalan dalam waktu, Dan percaya Tuhan ada sebelum adanya dunia dalam hal esensi tapi tidak dalam hal waktu. Ambillah satu contoh, jika kau pegang sebuah benda dengan tanganmu dan kau gerakkan tanganmu, maka benda itu tak gerak lagi, akan bergerak dikarenakan gerak tangan itu, jadi gerak itu bergantung kepada gerak tangan. Gerak tangan mendahului gerak benda dalam esensinya, dan gerak benda diambil dari gerak tangan tersebut, meskipun dalam soal waktu keduanya tak saling mendahului.

Mengenai pandangan bahwa dunia dan Tuhan sama-sama kekal, Ibnu Tufail mempertahankan pendapat mistisnya bahwa dunia ini bukanlah suatu yang lain dari Tuhan. Dan mengenai esensi Tuhan yang ditafsirkan sebagai cahaya yang sifat esensialnya merupakan penerangan dan pengejawantahan, sebagaimana dipercaya oleh Al Ghazali, Ibnu Tufail memandang dunia ini sebagai pengejawantahan dari esensi Tuhan sendiri dan bayangan cahaya-Nya sendiri yang tidak berawal atau berakhir. Dunia tidak akan hancur sebagaimana yang ada pada kepercayaan akan Hari penentuan. Kehancurannya berupa keberalihannya menjadi bentuk lain dan bukannya merupakan suatu kehancuran sepenuhnya. Dunia mesti terus berlangsung dalam satu atau bentuk lain sebab kehancurannya tidak sesuai dengan kebenaran mistis yang tinggi, yaitu bahwa sifat esensi Tuhan merupakan penerangan dan pengejawantahan kekal.

Di dalam roman filsafatnya yang menarik itu Ibnu Thufail menggambarkan kepada manusia bahwa kepercayaan kepada Allah adalah satu bagian dari fitrah manusia yang tidak dapat disangkal dan bahwa akal yang sehat dengan memperhatikan dan merenungkan alam sekitarnya tentu akan sampai kepada Tuhan. Keharmonisan akal dengan wahyu bahwa akal dapat mengetahui adanya tuhan melalui cara-cara beribadah seperti shalat, puasa dan haji, sehingga kita berkewajiban berterima kasih pada-Nya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Konsep ketuhanan, dengan arti seorang makhluk bisa meyakini adanya pencipta alam semesta. Didalam kisah Hayy Ibn Yaqzhan, dengan kekuatan nalar dan renungan terhadap alam sekitarnya, dia meyakini adanya pencipta, dia juga meyakini bahwa alam yang indah dan tersusun rapi ini tidak mungkin ada dengan sendirinya tanpa ada yang mengatur dan menciptakannya. Ada 3 argumen yang dimukakan oleh Ibn Tufail untuk membuntikan adanya Allah, yaitu:

a.       Argumen Gerak (al-harakah)

Bagi orang yang meyakini adana qodim, penggerak ini berfungsi mengubah materi di alam dari potensial ke aktual, arti kata mengubah satu bentuk ada kepada bentuk ada yang lain. Sementara itu, bagi orang yang meyakini alam baru, penggerak ini berfungsi mengubah alam dari tidak ada menjadi ada. Argemen gerak ini sebagai bukti alam qodim dan barunya belum pernah dikemukakan oleh filosof muslim manapun sebelumnya, dan dengan argemen ini Ibnu Tufail memperkuat argumentasi bahwa tanpa wahyu akal dapat mengetahui adanya Allah.

b.      Argumen Materi (al-madat) dan bentuk (al-shurat)

Argumen ini didasarkan pada ilmu fisika dan masih ada korelasinya dengan dalil yang pertama (al-harakat). Hal ini dikemukakan oleh Ibn Tufail dalam kumpulan pokok pikiran yang terkait satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut:

1)      Segala yang ada ini tersusun dari materi dan bentuk

2)      Setiap materi membutuhkan bentuk

3)      Bentuk tidak mungkin bereksistensi penggerak

4)      Segala yang ada untuk bereksistensi membutuhkan pencipta

Dengan argumen ini dapat dibuktikan adanya Allah sebagai pencipta alam ini, dia mahakuasa dan bebas memilih serta tidak berawal dan berakhir.

Firman Allah

إنما أمره إذا اراد شيئا ان يقول له كن فيكون

“Sesungguhnya perintah-Nya apabila menghendaki sesuatu hanyalah berkata; Jadilah! maka terjadilah ia” (QS. Yasin: 82)

c.       Argumen al-Ghaiyyat dan al-‘inayat al-ilahiyyat

Maksudnya segala sesuatu yang ada di alam ini mempunyai tujuan tertentu, dan ini merupakan inayah dari Allah. Ibnu Tufail juga filosof lain yang berpegang pada argumen ini sesuai dengan Qur’ani, dan menolak bahwa alam diciptakan oleh Allah secara kebetulan.

Menurut Ibn Tufail alam ini tersusun sangat rapi dan sangat teratur, semua planet seperti matahri, bulan, bintang dan lain-lainnya teredar secara teratur. Begitu jug ajenis hewan, semuanya dilengkapi dengan anggota tubuh yang begitu rupa. Semua anggota tubuh tersebut mempunyai tujuan-tujuan tertentu yang sangat efektif kemanfaatannya bagi hewan yang bersangkutan, tampaknya tidak satupun ciptaan Allah ini yang tidak percuma. Ketiga argumen yang dikemukakan oleh Ibn Tufail ini membuktikan adanya Allah sebagai sang pencipta.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES