Peristiwa Nasional

Anggota Polri Mendalami Kitab Kuning, KH Miftakhul Akhyar: Jangan Salah Cari Guru

Sabtu, 23 Januari 2021 - 14:20 | 50.66k
Ketum MUI Pusat KH Miftakhul Akhyar saat pertemuan dengan Ketua Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Jatim HM Arum Sabil guna membahas syiar penanaman buah nusantara di Ponpes Miftachusunnah Surabaya, Sabtu (23/1/2021). (Foto: Istime
Ketum MUI Pusat KH Miftakhul Akhyar saat pertemuan dengan Ketua Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Jatim HM Arum Sabil guna membahas syiar penanaman buah nusantara di Ponpes Miftachusunnah Surabaya, Sabtu (23/1/2021). (Foto: Istime

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Pranowo berencana mewajibkan anggota Polri untuk mempelajari kitab kuning. Ia ingin melakukan itu jika sudah resmi dilantik menjadi Kapolri.

Listyo mengatakan, pengalaman serupa pernah dilakukan saat menjabat sebagai Kapolda Banten untuk mencegah perkembangan radikalisme dan terorisme.

Menurut Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Miftakhul Akhyar, boleh-boleh saja anggota Polri mendalami kitab kuning, namun ada hal utama yang harus diperhatikan.

"Ya bagus, cuma nanti diserahkan ke siapa. Jangan salah cari gurunya, jangan salah ini, diserahkan ke ahlinya," kata Kiai Miftakh saat pertemuan dengan Ketua Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Jatim HM Arum Sabil guna membahas syiar penanaman buah nusantara di Ponpes Miftachusunnah Surabaya, Sabtu (23/1/2021).

Lebih lanjut, Kiai Miftakh menuturkan, ada baiknya anggota Polri bisa mempelajari secara keseluruhan. Termasuk figur dakwah. Tidak sekedar fiqih maupun sejarah.

"Kalau figur dakwahnya yang dipelajari, tapi kalau hanya fiqih dan apa ya, sejarah-sejarah, ini masih bisa jadi masalah juga. Karena sejarah yang ada di Indonesia itu nggak lurus. Masih banyak imperialis yang ikut mewarnai sejarah. Ada sisipan-sisipan," tambah Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) ini.

"FPI seperti itu kan karena figur dakwahnya enggak jalan. Sampai itu tadi, mudahnya menerima informasi tanpa seleksi. Sehingga referensi itu ya banyak yang hoaks," katanya.

Lantas, siapakah guru yang tepat untuk mengajar kitab kuning tersebut?

"Kalau saya di NU ya harusnya dengan NU. Juga MUI. Kan gitu. Kebetulan saya di NU dan MUI," ucap KH Miftakhul Akhyar.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES