Indonesia Positif

Jadi Budaya Termarjinalkan, Dosen UM Jember Angkat Budaya Tanean Lanjhang dalam Disertasi

Kamis, 21 Januari 2021 - 13:05 | 68.18k
Dosen UM Jember Dr. Sudahri S.Sos., M.I.Kom, angkat budaya Komunitas Tanean Lanjhang dalam disertasi. (Foto: Disa Yulistian/AJP)
Dosen UM Jember Dr. Sudahri S.Sos., M.I.Kom, angkat budaya Komunitas Tanean Lanjhang dalam disertasi. (Foto: Disa Yulistian/AJP)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Budaya Komunitas Tanean Lanjhang di Desa Sana Tengah, Kecamatan Pasean, Pamekasan mengantarkan dosen Universitas Muhammadiyah Jember (UM Jember) Dr. Sudahri S.Sos., M.I.Kom meraih gelar doktor. Dengan judul disertasi "Memaknai dan Mempertahankan Ruang Etnik dan Identitas pada Komunitas Tanean Lanjhang Masyarakat Madura di Desa Sanatengah, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan", Sudahri meraih predikat memuaskan pada jurusan Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Senin (18/1/2021).

Lelaki asal Desa Sana Tengah tersebut menjelaskan alasan memilih meneliti budaya Komunitas Tanean Lanjhang. 

Menurutnya, Tanean Lanjhang adalah budaya yang determinan dan existing. 

Artinya, budaya tersebut adalah budaya asli leluhur Madura sejak dulu yang masih dipertahankan di tengah era global dan modernisasi. 

“Komunitas ini menjadi budaya yang termarginal di tengah masyarakat Madura yang mengalami perubahan karena modernisasi tetapi masih dipertahankan," kata Sudahri, Kamis (21/1/2021).

Dia menerangkan, Tanean Lanjhang adalah permukiman tradisional Madura berupa suatu kumpulan rumah yang terdiri atas keluarga-keluarga yang mengikatnya. 

Letaknya sangat berdekatan dengan lahan garapan, mata air atau sungai. 

Antara permukiman dengan lahan garapan hanya dibatasi tanaman hidup atau peninggian tanah yang disebut galengan atau tabun, sehingga masing-masing kelompok menjadi terpisah oleh lahan garapannya. 

Satu kelompok rumah terdiri atas 2 sampai 10 rumah, atau dihuni sepuluh keluarga yaitu keluarga batih yang terdiri dari orang tua, anak, cucu, cicit, dan seterusnya. 

Susunan pola Tanean Lanjhang dimulai dari barat ke timur yang menunjukan urutan tua ke muda.

Diawali dengan sebuah rumah induk yang disebut dengan tonghuh, menjadi rumah cikal bakal atau leluhur suatu keluarga. Yang juga dilengkapi kobhung (langgar) yang berada di ujung barat sebagai simbol ketaatan pada Tuhan. 

Selain itu, kobhung juga berfungsi sebagai tempat menerima tamu laki-laki dan tempat musyawarah adat.

“Kalau tamu yang datang perempuan akan ditempatkan di amper atau teras rumah," terangnya.

Kebiasaan Komunitas Tanean Lanjhang yang sampai saat ini masih diberlakukan ialah pernikahan antarsaudara bahkan perjodohan yang dilakukan sejak masih belia. 

Hal tersebut masih dijaga untuk mempertahankan kekerabatan antarsaudara. 

Juga, kata Sudahri, dalam faktor ekonomi mereka takut apabila harta jatuh di luar garis keturunan. 

Fenomena pernikahan dini ini pernah dikonferensikan oleh Sudahri di Korea Selatan tahun 2019 karena kebiasaan yang tidak dipunyai oleh komunitas masyarakat lain di dunia. 

Bahkan pernah ada kasus janda perawan karena pernikahan yang dilakukan oleh sepihak hasil dari perjodohan sejak masih belia. 

Hal tersebut terjadi karena salah satunya sebagai wujud taat perintah kepada orangtua. 

Selain itu juga berkaitan dengan pola komunikasi yang dihubungkan dengan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat Madura tentang pola struktur penghormatan yang terangkum dalam ungkapan “Bapa’ Babu’ Guru Rato” (Bapak Ibu Guru Ratu –Pemerintah-). 

Sudahri juga bercerita kendala yang dialami ketika masa penelitian selama setahun penuh, salah satunya adalah jarak karena ia berdomisili di Jember. 

Ditambah dengan situasi pandyemic Covid-19, menjadikan ruang gerak terbatas karena pemberlakuan PSBB. 

“Karena Surabaya PSBB jadi saya dibantu oleh adik dan teman-teman untuk eksplorasi data," tuturnya.

Juga sumber literasi yang bisa dijadikan referensi tentang Komunitas Tanean Lanjhang yang masih sangat minim, mengharuskan Sudahri untuk merangkai dari awal. "Karena rata-rata narasumber tidak paham akan sejarah pendahulunya karena sudah ada beberapa generasi," imbuh Sudahri. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES