Kopi TIMES

Pendidikan Era Paradigma Baru

Kamis, 21 Januari 2021 - 13:20 | 190.38k
Dr. Asep Totoh, SE.,MM, Dosen Ma’soem University.
Dr. Asep Totoh, SE.,MM, Dosen Ma’soem University.

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Pandemi Covid-19 hampir genap setahun berlalu sejak Maret 2020, hampir semua satuan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia dipaksa melakukan adaptasi dalam pelayanan pendidikan kepada siswanya. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) kembali menjadi pilihan sebagai solusi mengawali awal pembelajaran semester genap di Januari 2021.

Setelah dua semester menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19 sampai awal tahun ini, sejumlah orang tua kembali mengeluhkan proses belajar mengajar yang tidak efektif. Selain waktu dan tenaga, hal lain yang masih menjadi masalah adalah urusan teknis seperti jaringan internet dan penggunaan aplikasi.

Namun, harus diakui jika pandemi Covid-19 telah berhasil mempercepat terjadinya perubahan pada sikap dan perilaku pengelola pendidikan, termasuk guru dan siswa dalam proses pembelajaran pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Saat ini terbangun kultur pola pikir pendidikan digital, sehingga mendorong sekolah, guru, serta peserta didik lebih kreatif.

Perubahan wujud pengaplikasian proses pendidikan dari tatap muka ke daring (dalam jaringan) tidak menghancurkan semangat para pendidik untuk tetap memberikan yang terbaik bagi para peserta didiknya. Pendidikan menemukan era paradigma baru yang membangun potensi masyarakat yang terdidik, pola pemikiran masyarakat berintelektual, diterima atau tidak memang terjadi perubahan paradigma dan sistem pendidikan dengan model baru.

Kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) mulai dari berbagai program televisi atau sistem online atau e-learning/ daring dari sekolah, juga pembelajaran daring-luring atau blended learning yang dikelola sendiri oleh satuan pendidikan menjadi transisi global di bidang akademis lewat perubahan metode pengajaran dan pembelajaran daring dengan menggunakan berbagai platform teknologi.

Apresiasi atas kebijakan dalam evaluasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan segala keterbatasan dan kekurangannya, pelatihan guru, dan infrastruktur teknologi. Paling utama adalah potensi lost of learning (kehilangan pembelajaran) khususnya di daerah terpencil dan risiko psikososial kepada satu generasi anak-anak di Indonesia bisa menjadi permanen adalah suatu risiko yang harus ditangani segera.

Harus diakui jika kondisi belajar mengajar saat ini memang tidak ideal dan memiliki beragam tantangan dan hambatan. Banyaknya keluhan dan keinginan orang tua dalam pelaksanaan belajar dari rumah (BDR) adalah hal yang wajar dan perlu dicarikan solusi terbaik.

Kita tidak tahu pasti kapan wabah Covid-19 akan berakhir? Jika kegiatan belajar ingin segera tatap muka maka yang penting untuk dilakukan oleh pemerintah, pihak sekolah, guru, orang tua, siswa dan masyarakat adalah memastikan tidak ada risiko penularan dan tertular virus COVID-19. Namun, jika tidak siap, maka pembelajaran tatap layar jauh lebih aman.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Jumlah sekolah yang menyatakan siap melaksanakan pembelajaran tatap muka lewat data dapodik sudah 2000 sekolah. Namun, Bak simalakama, di tengah kekhawatiran penularan dan tertular virus COVID-19, maka pilihan kebijakan terbaik mana yang harus dipilih; sekolah tatap muka atau masih dengan pembelajaran jarak jauh/daring.

Blended Learning

Sekolah di masa pandemi harus memiliki keunggulan strategis, dan siap semua perubahan dengan pelbagai metode dan cara. Artinya ketika berhadapan dengan wabah seperti virus covid-19 ini, institusi pendidikan harus mampu berjuang dengan penuh kewaspadaan, kreativitas, dan inovasi.

Selama ini sekolah telah terkonsep sebagai proses pembelajaran tatap muka secara langsung, namun rencana dan kerinduan untuk kembali ke arena belajar mengajar di kelas harus disimpan dulu demi kewaspadaan akan bahaya penularan virus covid-19. 

Sekolah harus merubah paradigma lama, penguatan blended learning sebagai kombinasi antara online dan offline bisa menjadi pilihan dengan orientasinya dalam memecahkan masalah (problem solving). Saat ini, revolusi pendidikannya adalah anak harus diajarkan abstract thinking sehingga bisa menganalisa permasalahan dengan baik.

Sebagai konsep belajar masa depan, belajar secara daring juga perlu tetap dihadirkan meski hanya bersifat komplementer, agar guru dan siswa terlatih menjalankan metode belajar daring sesuai kapasitas dan ketersediaan teknologi yang dimiliki. 

Kondisi saat ini menjadi bagian mitigasi bagi guru dan siswa agar tidak lagi gagap beradaptasi bila pada masa depan, pembelajaran kombinasi (luring dan daring) menjadi kebiasaan baru dalam belajar. Sekolah pun harus menjadi tempat merdeka berpikir dan belajar atau tempat di mana seseorang berproses untuk memaknai kehidupan. 

Sekolah sebagai entitas pedidikan kedua setelah keluarga harus berperan aktif mempersiapkan mentalitas siswa agar mereka dapat selamat mengarungi gelombang samudera kehidupan yang semakin lama tampaknya akan menjadi semakin rumit dan kompleks. 

Karena itu, penguasaan IPTEK dengan berbagai keterampilan pendukungnya memang sangat diperlukan. Akan tetapi, kesiapan mental, kekuatan karakter sebagai manusia unggul dan tangguh, menjadi lebih penting. Tanpa mentalitas tangguh, siswa pintar dan terampil pun hanya terdiam dan kebingungan memaknai dinamika kehidupan yang penuh tantangan.

Peserta didik harus didorong bisa menemukan sendiri pengetahuan, menganalisa dan mengolah menjadi value untuk dirinya. Pembelajaran pun harus berdasarkan personalized learning mengacu kodrat anak didik kita yakni keingintahuan, berimajinasi, berkolobrasi dan kemerdekaan. Alhasil, pendidikan saat pandemi, anak tidak saja terbangun secara intelektual namun juga spiritual dan memiliki kesehatan mental. 

***

*) Oleh: Dr. Asep Totoh, SE.,MM, Dosen Ma’soem University.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES