Peristiwa Daerah

BPBD Mojokerto: Status Transisi Darurat, Keluarga Tangguh Bencana Jadi Solusi

Rabu, 20 Januari 2021 - 19:16 | 28.75k
Moch. Zaini (kanan) Anton Wahyu A.U (kiri) saat menerangkan tentang pantauan angin, curah hujan, resiko bencana banjir, tanah longsor, dsb kepada wartawan TimesIndonesia (20/01/2021) (FOTO: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)
Moch. Zaini (kanan) Anton Wahyu A.U (kiri) saat menerangkan tentang pantauan angin, curah hujan, resiko bencana banjir, tanah longsor, dsb kepada wartawan TimesIndonesia (20/01/2021) (FOTO: Thaoqid Nur Hidayat/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Kepala Badan Penganggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mojokerto (BPBD Mojokerto), Moch. Zaini bicara soal status transisi darurat.

Ditemui di Gedung BPBD Jl Raya Jabon, Jabon, Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto, Jawa Timur pada Selasa (20/1/2021), ia menjelaskan banyak hal terkait status transisi darurat.

Status transisi darurat merupakan keadaan ketika ancaman bencana yang terjadi cenderung menurun eskalasinya dan/atau telah berakhir, sedangkan gangguan kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat masih tetap berlangsung.

BPBD-Kabupaten-Mojokerto.jpg

Zaini mengungkapkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi adanya peningkatan curah hujan. Hal ini disebabkan adanya fenomena iklim global La Nina moderat yang menjadi La Nina lemah pada bulan Maret 2021. 

"BMKG memprediksi terjadi peningkatan curah hujan sebesar 40%, dan puncaknya adalah bulan Februari. Warga dihimbau untuk tetap waspada karena fase yang sedang terjadi adalah transisi darurat," ujarnya.

Banjir meski mulai menandakan surut, warga tetap waspada pada fase Transisi Darurat ini. Gangguan kehidupan dan penghidupan kelompok orang/masyarakat masih tetap berlangsung.

Dibutuhkan peran banyak pihak dalam mengawal fase transisi darurat. Diantaranya memberikan support secara ekonomi, psikologis, dan edukasi. "Tentu orang-orang disana mengkhawatirkan dari sisi ekonomi, maka kita tetap bantu dengan support persediaan bahan pangan," terangnya.

Kepala BPBD juga mengajak untuk tetap waspada baik dari status siaga, darurat, dan pasca. Pemulihan sisi psikologis dan pendidikan juga menjadi prioritas.

Pasalnya pasca banjir masyarakat sebagai korban bencana membutuhkan pendampingan psikologis, agar masyakarat segera kembali pulih baik dari segi ekonomi, psikologi, dan pendidikan. "Pasca banjir juga harus hadir, membantu pemulihan psikis masyarakat," lanjutnya.

Zaini mengajak masyarakat mengenali tanda-tanda alam yang berpotensi terjadinya bencana alam. Tanda-tanda tersebut dijelaskan bahwa terdapat 3 tanda. "Tanda-tanda longsor banjir ya, jadi pertama hujan sudah 3-4 jam, kedua sungai berwarna coklat, ketiga air sumur berwarna coklat," jelasnya.

Di akhir sesi wawancara Zaini mengungkapkan bahwa langkah pertolongan ada pada lingkup microkosmos dari penanggulanhan bencana alam adalah keluarga. Pengetahuan dan kesiagaan serta kewaspadaan harus dimiliki keluarga.

Pengayaan pengetahuan tentang sadar resiko bencana alam terus digalakkan melalui program-program sosialisasi dan simulasi bencana alam. "Keluarga tangguh bencana menjadi prioritas dalam menanggulangi resiko bencana alam, petugas nomor sekian," pungkas Kepala BPBD Mojokerto. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES