Kopi TIMES

Berbuat Baiklah dan Tidak Merusak

Kamis, 21 Januari 2021 - 02:30 | 65.75k
Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).
Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA“...berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.  (QS Al-Qashash : 77).

“Berbuat baik” dan “Tidak merusak” sebagai perilaku terpuji merupakan aktualisasi kehidupan yang penuh syukur dan bertanggung jawab” - Rochmat Wahab.

Hidup di dunia adalah hidup di alam fana, bukan di alam baqa. Walaupun hidup di dunia itu berpotensi fana, tidak berarti bahwa perbuatan merusak itu dibiarkan atau dibenarkan. Jika alam rusak, yang merugi semuanya, utamanya manusia. Karena itu sangat dianjurkan, bahkan menjadi kebutuhan bagi kita semua untuk berbuat baik. Yang bisa selamatkan alam dan sekitarnya.

Kondisi di awal tahun 2021 sungguh menyesakkan napas, karena kita menjadi saksi mata dapat mengamati bencana alam dari satu pulau ke pulau lain di wilayah Indonesia. Diawali dengan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, kejadian longsor di Sumedang Jabar, banjir di Kalimantan Selatan, gempa bumi di Sulawesi Barat, gunung merapi Semeru meletus di Jawa Timur, serta berbagai bencana di tempat lain. Semuanya itu mengindikasikan bahwa musibah telah dan sedang melanda hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Musibah-musibah itu menyedihkan, menyakitkan, dan menimbulkan korban sangat banyak manusia yang tak berdosa. Mereka kehilangan kesempatan bekerja dan belajar. Mereka kehilangan harta benda. Mereka mengalami kerusakan semua fasilitas yang diperlukan untuk hidup sehari-hari. Mereka mengalami kerusakan tanaman. Mereka kehilangan jiwa dari salah satu atau semua anggota keluarga. Semua kerusakan bisa membikin banyak terganggu pikiran dan kesehatannya. Mereka ada yang siap menghadapi musibah, tapi sebagian besar diduga merasa terbebani kerugian dan kerusakan yang besar.

Warga negara yang ada di wilayah bencana saat ini bagaikan sudah jatuh diimpit tetangga lagi. Di antara mereka sudah ada dan sedang terancam oleh penyebaran Covid-19, sedangkan di sisi lain dihadapkan dengan musibah bencana. Mereka sungguh mengalami ujian yang sangat berat. Kehidupan yang traumatik tentu membayang-bayangi kehidupan mereka. Mereka yang menghadapi bencana tentu dalam ketidakberdayaan, sehingga pemerintah (SAR) dan masyarakat lain perlu berkolaborasi dan bersinergi untuk membantu beri tindakan penyelamatan sementara, di samping warga sendiri mampu perlu bangkit dan bergerak untuk atasi kerusakan dan kecelakaan.

Kerusakan yang terjadi lebih banyak yang bersifat permanen, sehingga terjadi  perubahan kondisi dan  tempat serta bentuk, karena terjadi kehancuran. Mengapa bencana ini terjadi sangat serius dan ada di mana-mana. Setidak-tidaknya ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab timbulnya bencana. Pertama, penyebab kerusakan itu manusia.

Hal ini tegas-tegas dinyatakan dalam firman Allah SWT. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”, (QS Ar Rum:41).

Berkaitan dengan manusia, ada dua hal, pertama manusia sebagai pemimpin dzolim yang membuat kebijakan dapat merusak lingkungan, pemberian ijin melakukan deforisasi. Selanjutnya manusia sebagian pribadi dan kelompok yang melakukan penebangan pohon dengan liar yang tidak bertanggung jawab. Demikian juga yang berkaitan dengan alam, di antaranya adanya global warming, kerusakan lingkungan, pergeseran lempeng bumi dan sebagainya.

Upaya normalisasi dan kebangkitan perlu terus diupayakan dan di koordinasi kan. Menjadi kebutuhan semua yang terkena musibah, di samping Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang memiliki kewajiban untuk melindungi dan menyelamatkan setiap warga Indonesia, baik di saat ini maupun di masa depan.

Demikian juga bagi setiap warga atau orang, wajib berbuat kebaikan dan tidak berbuat kerusakan, sehingga bisa melakukan recovery dari musibah bencana dan mengantisipasi kehidupan selanjutnya. Mari kita perhatikan firman Allah SWT berikut ini “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al-Qashash : 77).

Begitu maha rahman dan rahimnya, Allah SWT telah menganugerahi banyak kebaikan kepada kita manusia, sebagai makhluk yang terbaik dan paling sempurna. Karena itu sebagai wujud syukur dan tanggung jawab terhadap kebaikan yang selama ini kita miliki berupa rizeki dan keutamaan di atas makhluk lain, maka kita seharusnya berbuat kebaikan bagi orang lain dan lingkungan. Khususmya pemerintah, seharusnya membuat kebijakan dan program untuk kemaslahatan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Upaya reboisasi, penanaman pohon, menjaga lingkungan, sebarkan informasi cuaca secara rutin, menjaga polusi udara, suara, air dan tanah, gerakan hemat energi dan air, gerakan energi alternatif, dan sebagainya. Demikian juga, kita masing-masing warga, pemerintah dan masyarakat tidak membuat kerusakan di atas bumi. Apakah dengan cara menebang hutan dan membakar hutan yang berfungsi menahan air, mengeksploitasi bumi secara berlebihan, membuang sampah sembarang tempat dan sebagainya.

Demikianlah berbagai persoalan musibah bencana yang terjadi belakangan ini yang menuntut kita sebagai  khalifah di atas bumi untuk bertanggung jawab terhadap bencana dan kerusakan yang terjadi.

Kita tidak boleh cuci tangan. Semua unsur yang ada di lingkungan kehidupan kita seharusnya mengambil peran masing-masing untuk berkontribusi dalam pemecahan masalah, baik dalam bentuk pemikiran, kebijakan, materi, maupun tindakan. Mari kita bersama fastabiqul khairaat, menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar baik dalam kepentingan hidup dunia maupun di akhirat. Semoga kita menjadi kelompok orang-orang yang beruntung, bukan merugi. Aamiin. (*)

***

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES