Ekonomi

Bermodal dari Uang Pesangon, Pemuda Asal Cirebon Ini Sukses Budidaya Jamur Tiram

Rabu, 20 Januari 2021 - 15:34 | 205.68k
Pemuda asal Sindangjawa Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, budidaya jamur tiram (Foto:Dede Sofiyah/Times Indonesia)
Pemuda asal Sindangjawa Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, budidaya jamur tiram (Foto:Dede Sofiyah/Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, CIREBON – Lutfi Aziezul Hakim (26), pemuda asal Desa Sindangjawa, Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, sukses budidaya jamur tiram.

Azie sapaan akrabnya, memulai usaha budidaya jamur tiram dari uang pesangon tempatnya bekerja dulu.

"Awalnya saya berfikir dari pada uang ini habis percuma lebih baik dimanfaatkan untuk modal usaha," katanya, Rabu (20/1/2021).

Azie mengungkapkan usaha yang kini dirintisnya dimulai sejak pandemi Covid-19. Ia memberanikan diri untuk memulai usahanya dengan modal yang sangat terbatas.

"Ide budidaya jamur tiram ini dari teman saya, dan ternyata setelah saya jalani cocok," ujarnya.

Jamur-Tiram-2.jpg

Karena suhu di sini juga mendukung, dan belum adanya warga yang budidaya jamur di wilayahnya membuat Azie semakin yakin untuk memulai budidaya jamur.

"Untuk budidaya jamur, suhu tidak boleh lebih dari 30°celcius," ungkapnya.

Azie menceritakan budidaya jamur tiram ini tidak langsung dilakukan dengan jumlah yang besar, namun sedikit demi sedikit. Bermula dari membeli sedikit sembari belajar, lambat laun Ia langsung mencoba untuk produksi media tanam baglog sendiri.

Sampai sekarang ini, Azie sudah memiliki 1.000 baglog dengan kapasitas sekali panen bisa mencapai 8 kilogram jamur tiram.

"Medianya sama dari serbuk kayu, kapur, bekatul, lalu diaduk dan dijadikan satu dan harus steril, dengan proses kurang lebih memakan waktu sampai 8 jam lebih," katanya.

Masih kata Azie, untuk satu baglog bisa untuk 3 bulan, setelah itu diganti. Dan baglog yang sudah tidak terpakai bisa digunakan sebagai pupuk tanaman lainnya.

Setiap hari, dirinya bisa memanen jamur tiram dengan hasil yang berbeda-beda di setiap waktunya, karena masa tumbuh atau panen jamur berbeda-beda tidak serentak.

Untuk harga jamur, Ia biasa menjual jamur per kilogramnya dengan harga Rp 12.000 untuk dijual ke para pedagang, sedangkan untuk yang datang sendiri ke rumahnya dijual dengan harga Rp 15.000 dan langsung bisa memetik sendiri jamurnya.

"Saya biasa menjual jamur ke beberapa pedagang di wilayah Sindangjawa, dan sampai saat ini respon masyarakat bagus dan sudah memiliki pelanggan," tuturnya.

Saat ini yang masih menjadi kendala adalah lahan dan juga modal. Ia sendiri berniat ingin terus mengembangkan usahanya di bidang budidaya jamur tiram. "Sekarang juga saya lagi coba untuk mengajukan bantuan, agar budidaya jamur ini bisa berkembang," ucapnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES