Kopi TIMES

Pendidikan untuk Lanjut Usia

Senin, 18 Januari 2021 - 20:24 | 65.44k
Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).
Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA“Yang terpenting pendidikan untuk lanjut usia adalah persiapkan diri untuk menjadi husnul khatimah” - Rochmat Wahab.

Pendidikan sepanjang hayat adalah penting bagi setiap insan. Dengan pendidikan setiap insan lansia bisa mandiri untuk kepentingan hidup sehari-hari, memghibur diri, menjaga relasi, dan mendekat kepada Ilahi. Setiap insan lansia bisa atasi hidupnya sendiri dan bisa dibantu anak sendiri dan sanak famili, atau dukungan institusi yang memiliki peduli.

Dalam praktek kehidupan di masyarakat, kita jumpai anggota masyarakat lansia, ada yang hidupnya secara ekonomi mapan tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan, karena benar-benar memiliki kecakapan mengatasi masalahnya sendiri dalam banyak hal.

Akan tetapi ada juga yang tidak mampu mengatasi masalahnya sendiri, karena kesehatan mulai terganggu, tidak memiliki sahabat dan tetangga yang diajak bercengkrama dan malas ibadahnya. Ada juga yang susah hidup ekonominya, kurang bermasyarakat karena repot, bahkan malas ibadahnya, tetapi ada sedikit yang sabar dan tekun ibadahnya.

Apapun ragam kondisi insan lansia itu adalah sunnatullah. Semakin menua, semakin tak berdaya, semakin lemah, dan semakin susah. Di manapun mereka berada. Kita tidak ada sedikitpun keuntungan yang bisa dipetik dari blaming others, atau menviktimisasi mereka. Tindakan yang baik untuk menghadapi mereka, kiranya penting adanya program atau paket pendidikan bagi insan lanjut usia.

Ada beberapa agenda dan strategi yang bisa dilakukan. Pertama, melakukan latihan gerak fisik, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang dilakukan di rumah atau di tempat yang agak longgar atau tempat fasum atau tempat ibadah di lingkungan sekitar.

Kedua, mengadakan forum silaturahmi baik secara offline dengan adakan kumpul dengan tetangga secara bergiliran, di familitas umum atau tempat ibadah. Demikian juga bisa melalui fasilitas media sosial, baik melalui tulisan maupun zoom meeting. Cara terakhir ini, belakangan lebih efektif dan menarik bagi kita, di samping untuk menjaga dan melindungi kesehatan kita.

Ketiga, membimbing dan mendukung aktivitas kemandirian ekonomi sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Di samping perlu adanya dukungan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan hidup di usia lanjut.

Keempat, bimbingan kehidupan ruhani yang mutlak dibutuhkan untuk menuju husnul khatimah. Agenda ini mestinya yang paling utama, karena cepat atau lambat, kita semakin mendekati akhir hayat. Momentumnya bisa berproses cepat atau lambat. Yang penting berakhir dengan husnul khaatimah. Butuh program amalan-amalan yang memiliki nilai lebih dalam berbagai ragam perilaku sehari-hari, baik yang terkait dengan ibadah khas maupun ibadah aam.

Pendidikan bagi usia lanjut pada kenyataannya memang belum dipandang sebagai hal yang penting. Utamanya bagi masyarakat yang masih berperadaban belum maju. Proses kehidupan manusia dianggap berjalan alamiah. Yang tidak perlu rekayasa sosial.

Namun, bagi sejumlah anggota masyarakat yang merasa memiliki peradaban yang maju, bahwa untuk menuju ke husnul khatimah seyogyanya dirancang dengan baik, sehingga hidup di ujung usia bisa menikmati hidup dengan sejahtera, aman, tenang, damai, dan bahagia yang hakiki, bukan kamuflase.

Akhirnya bahwa pendidikan untuk lanjut usia dipandang penting dan perlu. Karena pendidikan ini berorientasi menjadikan setiap insan usia lanjut menyadari eksistensi dirinya sebagai ‘Abdullah dan Khalifah filardhi” serta subjek yang mandiri untuk bisa mempersiapkan diri menuju husnul khatimah. Tanpa memandang status sosialnya sebagai insan di atas bumi, bisa membuat keputusan sendiri untuk berjuang seoptimalnya manfaatkan segala asset yang ada (dengan beribadah dan beramal) untuk antarkan dirinya sendiri, anak cucu dan seterusnya dalam satu visi, tak terkontaminasi oleh gangguan sekecil dan sebesar apapun, yang bisa meruntuhkan iman dan taqwa.  "Yaa Ayyatuhan Nafsul Muthmainnah, Irji'i ilaa rabbiki raa dhiyatam mardhiyyah, Fadkhuli fii 'ibadi, wadkhuli janaati". (*)

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES