TIMESINDONESIA, JAKARTA – Indonesia adalah negara kepulauan terindah yang ada di muka bumi ini. Ribuan kilometer garis pantai, sungai, jutaan hektar hutan dan ratusan pegunungan terhampar luas diseluruh wilayah Indonesia. Dengan karakteristik wilayah seperti itu maka potensi wisata di Indonesia sangat besar.
Namun kita masih kalah dengan negara-negara lain yang kunjungan wisatawannya sangat tinggi walau luas negaranya jauh lebih kecil dengan Indonesia. Artinya Indonesia belum maksimal dalam mengelola industri pariwisata. Wisatawan dunia masih hanya mengenal Bali sebagai Tujuan utama wisata di Indonesia padahal daerah lain mempunyai potensi yang lebih besar dari Bali.
Sandiaga Uno baru saja terpilih menjadi menjadi Menteri di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Tugas berat saat ini menanti di tengah pandemi Covid-19 yang meluluh lantakan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Jika krisis ekonomi sebelumnya industri pariwisata dan ekonomi kreatif masih bisa bertahan bahkan menjadi lokomotif bangkitnya perekonomian.
Saat ini pariwisata dan ekonomi kreatif ikut terkena dampak yang sangat parah. Pembatasan mobilisasi masyarakat untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 menyebabkan tidak adanya kunjungan wisata keberbagai tempat. Namun tidak hanya Indonesia yang terkena dampak tapi seluruh dunia terkena dampak Covid-19.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang di rilis 2 November 2020 perkembangan kumulatif kunjungan wisatawan mancanegara periode Januari 2020 sampai September 2020 berjumlah 3,56 juta padahal pada periode yang sama di tahun 2019 berjumlah 12,10 juta sehingga terjadi penurunan 70,57 persen.
Kedatangan wisatawan mancanegara hingga September 2020 menurut kebangsaan di dominasi wisatawan berasal dari Timor Leste 50,01 persen, Malaysia 35,31 persen dan Tiongkok 4,55 persen. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia secara year on year turun 21,40 persen dan rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang di Indonesia secara year on year 1,73 hari.
Ekonomi kreatif ada beberapa sub sektor yang berdampak langsung akibat industri pariwisata terhenti ini diantaranya seni pertunjukan, feysen, kriya dan kuliner. Untuk sub sektor lainnya masih bisa dilakukan secara digital.
Beberapa bulan terakhir industri pariwisata sudah mulai sedikit menggeliat dikarenakan pemerintah melakukan relaksasi pembatasan sosial dengan prosedur kesehatan yang ketat seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak sehingga tempat-tempat wisata sudah bisa di kunjungi. Wisatawan juga sudah boleh menggunakan pesawat terbang dengan syarat harus ada hasil rapid test bahkan sekarang harus ada rapid test antigen selama musim liburan natal dan tahun baru.
Wisata domestik akan menjadi ujung tombak pemulihan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Walau masyarakat akan menahan uangnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari daripada harus jalan-jalan wisata namun wisata lokal tentu akan menjadi pasar potensi yang besar. Dengan kejenuhan selama ini hanya beraktivitas terbatas di rumah maka tentu banyak orang yang ingin mencari udara segar atau refreshing walau hanya sesaat dan akan mencari lokasi yang dekat dengan tempat tinggal. Biaya dan lokasi terjangkau tentu akan meminimalkan dana yang besar.
Wisata lokal yang dikelola oleh masyarakat sekitar akan mampu menghidupkan perekonomian setempat. Contohnya wisata yang ada di Yogyakarta seperti tebing breksi, hutan pinus, embung dan banyak lagi hanya di kelola oleh penduduk lokal dengan tiket masuk yang terjangkau mampu menghidupkan roda perekonomian.
Karena itu Kemenparekraf harus bisa mempertahankan wisata berbasis penduduk lokal dengan mempromosikan ke masyarakat luas dan tidak perlu mendatangkan investor asing atau investor besar karena justru akan menghambat kreatifitas dan pendapatan desa-desa yang mempunyai lokasi wisata. Kecuali jika investor asing atau investor besar dengan memberikan dana CSR untuk pengembangan wisata lokal tentu itu yang diharapkan.
Kita berharap Sandiaga Uno dengan pengalaman selama ini membina dan membantu usaha kecil mikro menengah serta pasti sudah banyak berkunjung ke banyak tempat wisata di Indonesia mampu menjadikan Kemenparekraf lebih baik lagi khususnya menangani dampak Covid-19 saat ini dan memulihkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif dimasa yang akan datang.
***
*) Oleh: Ferryal Abadi, Dosen FEB, Universitas Esa Unggul, Jakarta.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
***
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@timesindonesia.co.id
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Publisher | : Sholihin Nur |