Kopi TIMES

Menjadi Teman yang Baik

Jumat, 15 Januari 2021 - 00:18 | 48.15k
Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).
Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA“Sebaik baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik baik jiran di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap jirannya.” (HR Al-Hakim).

"A friend is one that knows you as you are, understands where you have been, accepts what you have become, and still, gently allows you to grow." – Shakespeare

Kebutuhan hidup bersama merupakan fitrah manusia. Buktinya bahwa sejak masa awal pertumbuhan dan perkembangan, anak membutuhkan teman dalam bermain. Selanjutnya ketika masa kanak-kanak, masa remaja dan masa dewasa awal, mereka membutuhkan teman dalam bermain dan belajar. Ketika mereka di masa-masa dewasa dan tua, mereka membutuhan teman dalam bekerja dan dalam hidup. Begitu pentingnya berteman, maka akhirnya yang perlu bagi kita, bagaimana menjadi teman yang baik.

Jika manusia itu dalam hidupnya tidak memiliki teman, maka pada hakekatnya bahwa hidupnya tidak bisa eksis sebagaimana seharusnya. Hidup mereka cenderung mengalami kesulitan hidup dengan orang lain, sulit berkomunikasi, sulit berempati, sulit bermasyarakat dan sebagainya. Hidupnya menyendiri dan bersifat autistik. Memang pada prakteknya tidak semua bisa berteman dengan baik. Mungkin dengan pengalaman yang traumatik mereka memilih hidup sendiri dan tidak berteman. Hidup memang persoalan pilihan, tapi sebagai manusia normal seharusnya memandang bahwa hidup berteman itu suatu kebutuhan.

Dawson McAllister (2020) Menyarankan cara terbaik untuk menjadi teman yang baik, yaitu (1) bersifat realistik, (2) bersifat jujur, (3) bersedia menjadi pendengar yang baik, (4) menyediakan waktu untuk teman, (5) menjaga rahasia teman, (6) memberikan dorongan kepada teman, (7) loyal terhadap teman, (8) tetap bisa bekerja dengan teman ketika ada konflik, dan (9) keluarkan teman di saat yang berbahaya.

Setelah terbangun suatu persahabtan, sangatlah diperlukan berbagai upaya yang bisa menyelamatkan dan mengembangkan persahabatan, sehingga bisa bermakna bagi hidupnya. Barton Goldsmith Ph.D. (2011) menjelaskan ada sejumlah cara untuk membuat persahabatan yang menakjubkan, di antaranya (1) memaafkan jika ada kesalahan, (2) menjaga kepercayaan (trust), (3) memberikan yang terbaik, (4) menjauhi rasa cemburu atau iri hati, (5) menjauhi perasaan negatif, (6) berusaha diskusi all out untuk dapatkan solusi, hindari perilaku judgmental, (7) berbagi terhadap sesuatu yang menarik dalam persabatan, (8) menjadikan teman sebagi keluarga, (9) menjaga kemandirian dalam persahabatan, (10) menjaga persahabatan lama dan berupaya terus untuk semakin dekat.

Cara-cara ini diharapkan sekali bisa membuat persahabatan semakin bermakna bagi masing-masing yang terlibat. Juga yang tidak kalah pentingnya bahwa siapapun yang ada dalam ikatan persabatan harus bisa tonjolkan saling respek dan men-support. Tumbuhkan rasa toleransi. Mengedepankan rasa kebersamaan. Bahkan saling mendoakan. Apalagi bisa diupayakan untuk bisa saling bertemu untuk bisa berbagi kebaikan.

Menjaga ucapan dan perilaku dalam persabatan sangatlah penting. Kita harus bisa mengontrol dan mengendalikan diri. Jika tidak berhati-hati bisa timbul misunderstanding dan miskomunikasi. Yang akhirnya bisa timbulkan konflik psikis dan sosial, bahkan bisa jadi konflik fisik. Hal ini harus bisa dihindari sejauh-jauhnya. Ingat bahwa teman seribu itu terlalu sedikit, dan masuh satu itu terlalu banyak.

Demikianlah sedikit catatan singkat, bagaimana posisi persahabatan dan teman dalam hidup. Setiap insan seharusnya bisa berlomba-lomba untuk menjadi teman yang baik, teman yang mencerdaskan, teman yang menyenangkan, teman yang menyejukkan, temen yang menginspirasi, teman yang mengantarkan hidup bahagia di dunia dan akhirat menuju syurga dan teman yang menjauhkan dari kesengsaraan hidup di dunia dan akhirat serta menjauhkan dari ancaman siksa neraka. (*)

 

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat, Dewan Pakar Psycho Education Centre (PEC).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES