Peristiwa Daerah

Di Kampung Batara Banyuwangi Ada Kebiasaan Tabrak Bahasa, Begini Ceritanya

Rabu, 13 Januari 2021 - 09:44 | 51.20k
Kampung Batara di Banyuwangi. (FOTO: Hafid Nurhabibi/ TIMES Indonesia)
Kampung Batara di Banyuwangi. (FOTO: Hafid Nurhabibi/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Ada yang unik dalam berinteraksi di Kampung Baca Taman Rimba (Kampung Batara) Banyuwangi, Jawa Timur. Dalam kesehariannya, masyarakat di kampung ini terbiasa melakukan percakapan dengan saling menabrak menggunakan berbeda bahasa.

Di kampung ini, masyarakat suku Osing Banyuwangi dan Madura membaur dengan harmonis dalam kemasyarakatan. Meski berbeda adat, namun keduanya mampu menciptakan keharmonisan dalam bertetangga.

Seperti yang dikatakan Founder Kampung Batara, Widie Nurmahmudy. Menurutnya, komunikasi tidak harus melalui satu arah dengan bahasa yang sama.

Dia mencontohkan, dalam percakapan dua orang atau lebih di kampung Batara pasti akan didapati ragam bahasa. Jika salah satu melontarkan pernyataan menggunakan bahasa Osing, maka lawannya akan menjawab dengan bahasa Madura. Begitu juga sebaliknya.

Tentu hal ini menjadi sedikit rumit jika orang luar mendengarkan percakapan mereka. Namun bagi masyarakat setempat, hal ini sudah biasa. Dan pastinya diantara percakapan keduanya, telah saling memahami dengan pasti apa arti dari bahasa mereka.

"Jadi lebih kepenguatan budaya, apapun yang disampaikan tidak ada ceritanya miss komunikasi, jadi tetap nyambung cuman itu uniknya," terang ketua Forum Komunikasi Masyarakat Papring (FKMP) ini, Rabu (13/1/2021).

Ciri khas ini timbul dari pengaruh orang tua yang berlatar belakang salah satu suku yang ada disana. Selain itu juga kebiasaan yang terjadi dalam setiap pertemanan mereka.

"Jika bapak itu Madura maka mengajarkan bahasa madura ke anaknya, tapi kadang ibunya orang Osing jadi ngomong osing sama anaknya, disini akan terjadi politik kekeluargaan, siapa yang kuat antara bapak dan ibu, maka anak akan ikut yang terkuat dalam bahasa," imbuhnya.

Meski begitu tidak berpengaruh terhadap romansa keluarga yang beda suku, justru kebanggaan tersendiri jika memahami banyak bahasa dan tetap tentram damai dalam setiap keadaan.

Di kampung ini, juga kental dengan ilmu tradisional seperti menganyam bambu, meracik hasil bumi jadi konsumsi sehari-hari dan lain sebagainya. Menariknya juga sangat minim akses internet bagi anak-anak. Rupanya hal ini sengaja dilakukan demi mengurangi ketergantungan dengan dunia maya. Sehingga dalam kesehariannya mereka menghabiskan waktu dengan pengetahuan tradisional yang disiapkan untuk aset ilmu ini dimasa depan.

Dengan kebiasaan tabrak bahasa yang ada di Kampung Batara ini, diharapkan tetap menjadi tradisi unik untuk tetap menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat antar suku di Banyuwangi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES