Peristiwa Daerah

Dr Amien Widodo: Tanah Longsor Terjadi Akibat Stabilitas Lereng Makin Kritis 

Rabu, 13 Januari 2021 - 06:33 | 31.73k
Tim SAR Gabungan saat melakukan pencarian korban tertimbun tanah longsor di Desa Cihanjuang, Cimanggung, Sumedang (FOTO: Dok. Basarnas Bandung for TIMES Indonesia)
Tim SAR Gabungan saat melakukan pencarian korban tertimbun tanah longsor di Desa Cihanjuang, Cimanggung, Sumedang (FOTO: Dok. Basarnas Bandung for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Pemotongan lereng untuk jalan sudah lama sekali terjadi. Aktivitas ini mengganggu stabilitas lereng akibat sudut lereng makin membesar dan pada akhirnya memunculkan potensi tanah longsor. Pakar Bumi dan Kebencanaan ITS Dr Ir Amien Widodo, mengatakan, pada perkembangannya, permukiman muncul di kiri kanan jalan atau di atas bawah jalan. 

Para penduduk membersihkan lahan, membabati pohon dan memotong lereng melebarkan lahan sehingga stabilitas lereng semakin kritis dan umumnya sudah mulai retak. 

"Bahkan di Jalan Lintas Selatan di Jawa Timur sudah mulai longsor," terang Amien Widodo, Selasa (12/1/2021) 

Bangunan rumah semakin banyak dan semakin padat sehingga tanah lereng mendapat tambahan beban dari permukiman. 

"Sehingga, berat massa tanah lereng semakin tambah akibatnya stabilitas semakin kritis. Retakan mulai ada, semakin lebar, semakin banyak dan semakin turun. Orang umum sering menyebut tanah ambles atau tanah retak," jelas geolog tersebut. 

Belum lagi beberapa desa di sekitar jalan juga membuka lahan untuk sawah dan atau kolam ikan. Air dari sawah, kolam dan air buangan harian ikut menambah beban tanah lereng. Air tersebut juga menyebabkan kohesi tanah menurun.

Saat musim hujan air akan masuk retakan dan akan melapukkan tanah di sekitar retakan. Bila hujan terus menerus akan terjadi penambahan berat tanah lereng dan air hujan juga menyebabkan kohesi (daya ikat antar butir tanah) menurun bahkan menjadi nol, maka tanah lereng akan turun sebagai longsor. 

Amien menyebut, umumnya proses longsor berlangsung puluhan tahun bahkan terjadi setelah generasi berikutnya sekitar 30 tahunan. 

"Penduduk tidak menyadari kalau bermukim di area rawan longsor. Dan kita juga melihat bahwa banyak sekali permukiman di lereng bawah dan di lereng atas jalan," ungkapnya. 

Mengingat banyaknya permukiman, Dr Amien Widodo mengusulkan bila sudah ada segmen infrastruktur yang longsor maka segera dilakukan asesmen risiko sepanjang jalan di gunung sehingga bisa dilakukan upaya pencegahan dan mitigasi. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES