Glutera News

Memutus Rantai Kemiskinan

Rabu, 30 Desember 2020 - 21:58 | 263.01k
Ilustrasi (FOTO: Gluteranews)
Ilustrasi (FOTO: Gluteranews)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Perkawinan antar orang miskin akan melahirkan kemiskinan baru. Pernyataan ini ada benarnya karena keterbatasan sumber daya menyebabkan orang miskin tidak bisa keluar dari perangkap kemiskinan. Keluarga miskin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya supaya tumbuh sehat dan cerdas. Keluarga miskin kesulitan memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya supaya mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan guna memperoleh pekerjaan yang memberikan pendapatan yang baik.

Keluarga miskin tidak memiliki jejaring sosial yang dibutuhkan untuk memperoleh akses yang membantu masa depan anak-anaknya. Keluarga miskin juga kesulitan mengakses modal yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha. Situasi ini merupakan lingkaran setan yang terus berulang dari generasi ke generasi.

Pertanyaannya adalah bagaimana memutus rantai kemiskinan tersebut. Salah satu solusi yang diusulkan adalah dengan meminta keluarga kaya menikah dengan orang miskin. Namun, implementasinya tak semudah dari mengusulkan. Bisa-bisa dibilang menikah karena harta. Dan ini problem sosial tersendiri. Cinta merupakan suatu yang kompleks yang melibatkan emosi.

Dari zaman dulu hingga kini, tema percintaan tak lekang ditulis dan dibahas, dari mulai puisi, lagi, film, novel dan beragam karya kreatif lainnya yang sebagian besar mengaduk-aduk emosi. Semuanya mengisahkan kompleksitas cinta yang kadang berakhir dengan tragedi.

Gluteranews.jpg

Solusi mengatasi kemiskinan harus dimulai dengan melihat dari akar persoalan kemiskinan. Terdapat dua penyebab terjadinya kemiskinan. Pertama karena kemalasan. Alasan ini yang paling banyak diungkapkan sebagai alasan kenapa seseorang menjadi miskin. Malas bekerja, malas belajar atau kemalasan lainnya yang ujung-ujungnya menyebabkan seseorang menjadi miskin. Namun etos kerja sesungguhnya bisa dibentuk.

Faktor kedua adalah karena kebijakan struktural yang menyebabkan akses hanya dimiliki oleh kelompok tertentu. Ini penyebab utama kemiskinan yang dialami oleh jutaan rakyat di Indonesia maupun di belahan dunia lain.

Contoh yang paling mudah adalah, ketika biaya sekolah mahal, maka pendidikan berkualitas hanya bisa diakses oleh anak-anak dari keluarga yang berkecukupan. Akhirnya pekerjaan-pekerjaan tertentu yang memberi penghasilan tinggi tetapi membutuhkan keterampilan tinggi, hanya bisa diakses oleh keluarga kaya. Keluarga miskin, yang anaknya tidak bisa bersekolah, akhirnya tetap miskin. 

Ilmu Pendidikan adalah Solusinya

Pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan jika dan hanya jika anak-anak memiliki semangat dan daya juang yang tinggi dalam belajar dan berprestasi. Sayangnya, tak banyak para orangtua yang menyadari bahwa pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan. Kita sering menutup mata dan enggan mengungkap kisah keberhasilan pendidikan yang ditempuh anak dari keluarga yang kurang beruntung secara ekonomi.

Sering kali para orangtua terlalu pesimistis dan memandang hitam harapan pendidikan cerah ketika dirinya mengalami masa-masa sulit, terutama dalam aspek perekonomian keluarga. Keberhasilan menempuh pendidikan bukan hanya membutuhkan dukungan finansial, melainkan juga kecerdasan berjuang (adversity quotient). Sayangnya, banyak orangtua yang gagal membentuk kecerdasan berjuang pada anak. Banyak keluarga miskin yang masih percaya bahwa membekali anak dengan uang saku setara dengan teman-temannya ialah cara terbaik mendukung pendidikan.

Pergaulan adalah Solusinya

Tanpa disadari, mereka yang saat ini miskin atau yang sukses. Ada faktor besar yang mempengaruhi mereka. Mungkin saat kecil lingkungan keluarga sangat berpengaruh besar. Namun saat menginjak remaja atau dewasa, lingkungan pergaulan yang memberikan peran besar.

Saat ini anda dalam kondisi miskin atau kaya?

Coba cek, dengan siapa saja anda bergaul dan berkomunikasi selama 5-10 tahun ini. Apakah dari lingkungan yang dibawah anda, sama dengan anda, atau lebih tinggi dengan anda. Jika saat ini anda dalam kondisi miskin, segara berubah. Ganti lingkungan pergaulan anda secara total. Karena sukses saat ini butuh lingkungan yang mendukung, cepat dan fleksibel. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES