Kesehatan

Peringati Dies Natalis Ke-65 Tahun, USD Selenggarakan Webinar Dosen

Kamis, 17 Desember 2020 - 10:22 | 117.96k
Rektor USD, ketika memberikan sambutan dan membuka acara Webiner Dosen. (FOTO: Ahmad Tulung/TIMES Indonesia)
Rektor USD, ketika memberikan sambutan dan membuka acara Webiner Dosen. (FOTO: Ahmad Tulung/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Dalam rangka menyambut puncak peringatan Dies Natalis Ke-65 Tahun, Universitas Sanata Dharma (USD) menggelar acara Webinar Dosen bertajuk Pandemi dan Pendidikan Tinggi Masa Depan, menghadirkan kedua pembicara Dr. Alex Rayon Jerez, University of Deusto dan Paulus Kuswandono, Ph.D, Dosen USD di Ruang Kadarman Lt. 4 Gedung Pusat Kampus II USD, Yogyakarta, Rabu (16/12/2020).

Rektor USD, Johanes Eka Priyatma, M.Sc, Ph.D dalam sambutannya mengatakan secara umum webiner ini akan membahas soal kehadiran pendidikan tinggi di tengah masyarakat di masa depan. Menurutnya pergulatan kita di wilayah itu sudah berlangsung selama lima tahun terakhir ini, melalui berbagai topik yaitu tentang revolusi industri 4.0, disrupsi, game, dan kemajuan teknologi informasi.

“Kehadiran teknologi ini bukan hanya ikut membantu mengatasi pandemi Covid-19, tapi juga akhirnya membawa kesadaran baru, pengalaman baru dan bahkan imajinasi-imajinasi baru tentang perguruan tinggi seperti apa yang lebih optimal kinerjanya di masa mendatang,” katanya

Pada kesempatan ini adalah saat yang tepat bagi kita semua untuk menggagas, mencari kemungkinan-kemungkinan tentang bentuk-bentuk penyelenggaraan pendidikan, dan bentuk-bentuk seperti apa kehadiran pendidikan tinggi di tengah masyarakat.

Memikirkan hal ini, semoga berbagai isu terkait penyelenggaraan pendidikan tinggi mulai dari kualitas, aksesibilitas, keterjangkauan dan kontekstualitas bisa kita kelola dengan lebih baik. Tentu saja kita ingin memperoleh pengetahuan dari kedua pembicara tentang apa sebaiknya yang kita lakukan untuk menyongsong dunia masa depan dalam konteks pendidikan tinggi.

Paulus Kuswandono, Ph.D Wakil Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) USD mengatakan pendidikan jaman sekarang itu sungguh membutuhkan apa yamg dimaksud dengan critical thingking and problem solving. Ini hanya sekedar mengingatkan saja, apa yang sudah sering kita dengar kadang hanya sekedar jargon, namun tidak diterapkan di dalam kurikulum.

Ia menjelaskan dalam bukunya Romo Haryatmoko, 2020 yang berjudul Jalan Baru Kepemimpinan dan Pendidikan mengatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan seperti apa yang diperlukan mahasiswa ketika mereka menghadapi dunia mereka 15 hingga 20 tahun ke depan. Lalu Indikator apa untuk menghadapi ketidakpastian masa depan itu?

“Hal ini perlu menjadi perenungan di masing-masing  program studi (Prodi) untuk mengetahui apakah mata kuliah yang kita berikan saat ini untuk mahasiswa itu mampu memprediksi kemampuan pengetahuan ketrampilan yang akan mereka tampilkan di masa depan,” ungkapnya

Berikutnya pendidikan kepribadian apa di era VUCA (Volatility Uncertainty Complexity dan Ambiguity) yang mampu memberikan bekal kepada mahasiswa untuk menghadapi seluruh ketidakpastian itu? Karena hal ini yang bisa dilakukan untuk para lulusan kita, tapi apa yang bisa kita bekali untuk mereka.

“Tantangan VUCA akan kita proses di USD ini, sehingga tidak hanya menjadi hal-hal yang menakutkan, tapi juga sekaligus memberikan mereka harapan masa depan,” ujarnya.

Kuswandono mengatakan kita tahu bahwa skil lama sudah tidak bisa menjamin masa depan, seperti uraian Dr. Alex sebelumnya mengatakan pentingnya berkolaborasi saat ini, berkolaborasi antara Dosen, Prodi, atau antar Universitas dengan cara tersebut maka akan terjadi transformasi di kedua belah pihak yakni dosen dan mahasiswa.

“Kalau transformasi itu hanya terjadi di mahasiswa, maka seluruh rangkaian proses pendidikan di kampus kita tidak lain seperti pelatihan tenaga kerja. Tetapi ketika terjadi proses transformasi antara Dosen dan mahasiswa itulah yang disebut sebagai pembelajaran yang bermakna,” jelasnya

Menurutnya ketika skil lama tidak menjamin masa depan, itu berarti kita menciptakan yang namanya useless mass atau masyarakat yang tidak ada gunanya di masa depan. Mengapa, karena ada banyak lapangan pekerjaan yang hilang, dan juga skil yang mereka dapatkan sudah tidak relevan.

Haryatmoko dalam bukunya juga menegaskan bahwa penting sekali bagi kita untuk mengedepankan apa yang bisa mereka lakukan di dalam menghadapi ketidakpastian, jenis pekerjaan baru apa yang kira-kira bisa mereka imajinasikan.

“Ini perlu menjadi bekal di dalam kurikulum di setiap Prodi kita,” kata Kuswandono.

Survey dari Phillia Wibowo, President Director, PT McKinsey Indonesia mengatakan bahwa Keterampilan teknologi jelas lebih diminati, tetapi ada juga peningkatan kebutuhan atas keterampilan sosial dan emosional, keterampilan kognitif yang lebih tinggi, yaitu kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.

“Hal ini menjadi prioritas penting untuk ditangani oleh sistem pendidikan di Indonesia,” katanya

Menurut Philia pekerjaan-pekerjaan apa saja yang masih mampu bertahan di masa depan, meliputi, industri kreatif, IT, profesional contohnya pemain sepak bola, petinju, lowyer, guru, dokter, manajer, pelayanan kesehatan, pendidikan dan jasa kontruksi.

Kuswandono menambahkan di internal kampus, Kemendikbud RI saat ini memberikan rekomendasi atau hak untuk mengambil 20 sks diantara prodi di dalam kampus dan 14 sks ekternal semua bertujuan agar para mahasiswa itu memiliki kemampuan Hard skills dan juga Soft skills.

“Kurikulum kampus merdeka ini memberikan kesadaran bahwa belajar tidak harus di dalam kampus dipersilakan juga untuk pergi ke luar kampus,” papar Wakil Dekan 1 FKIP, USD dalam acara Webinar Dosen Dies Natalis Ke-65 Universitas Sanata Dharma dengan topik materinya Pendidikan Pasca Pandemi: Tantangan dan Harapan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES