Glutera News

Cara Promosi Soft Selling dan Hard Selling

Selasa, 15 Desember 2020 - 12:35 | 437.98k
(FOTO: Glutera.com)
(FOTO: Glutera.com)

TIMESINDONESIA, JAKARTAHard selling dan soft selling adalah dua teknik yang bisa digunakan untuk promosi dan penjualan produk. Lalu, apa perbedaan antara hard selling dan soft selling ini?

Soft Selling

Penjualan tidak langsung merupakan strategi untuk mempromosikan suatu produk atau jasa yang ditujukan untuk menyentuh pikiran dan perasaan konsumen. Umumnya diambil dari kejadian sehari-hari yang ada dalam aktivitas kita. Dengan lingkup yang sangat luas.

Hard Selling

Penjualan langsung merupakan sebuah strategi untuk mempromosikan produk atau jasa yang ditujukan untuk memengaruhi tindakan konsumen. Penjualan langsung lebih menekankan pengambilan keputusan yang didasarkan atas rasional atau karena adanya keuntungan tambahan yang diberikan suatu produk.

Perbedaan Hard Selling dan Soft Selling

Setelah melihat penjelasan mengenai apa itu hard selling dan soft selling, terlihat jelas perbedaan mendasar di antara keduanya.

Memang untuk melakukan metode soft selling di butuhkan perhitungan yang lebih matang, karena jika langsung menawarkan kepada calon pelanggan maka sama saja artinya dengan hard selling. Dengan persiapan yang harus di pikirkan, ini jugalah yang membuat para pemilik bisnis lebih menyukai metode hard selling. Mereka beranggapan bahwa yang paling penting para pelanggan mau membeli produk yang di tawarkan serta jumlah penjualan bisa meningkat dengan drastis.

Namun ada kelebihan dari soft selling yang tidak di miliki oleh hard selling. Yaitu dapat membuat para pelanggan untuk mau membeli produk yang di tawarkan tanpa merasa di paksa. Dengan melakukan pendekatan melalui perasaan, membuat hubungan antara anda dan konsumen bisa lebih terjaga ketika sudah membeli produk yang anda tawarkan. Untuk beberapa industri metode soft selling di rasa jauh lebih efektif di bandingkan dengan hard selling.

Jika hard selling mengandalkan penjualan yang to-the-point dan cenderung agresif, beda halnya dengan soft selling.

Penjualan soft selling mengandalkan persuasi dan penggunaan kata-kata yang halus, sehingga konsumen yang ditargetkan menjadi lebih penasaran.

Selain perbedaan mendasar tersebut, berikut ini adalah aspek lain dari hard selling dan soft selling yang juga berbeda. 

1. Jangka waktu penjualan

Untuk hard selling, jangka waktu penjualan yang ditargetkan tentu saja untuk jangka pendek.
Dengan menggunakan teknik hard selling, maka kamu menginginkan orang tersebut untuk segera membeli produk yang ditawarkan di tempat. 

Contoh :
• Presentasi produk
• Promo Khusus, dsb

Sedangkan soft selling lebih terfokus kepada penjualan jangka panjang. 
Dilansir dari B2C, terdapat riset dari New Century Media yang menunjukkan bahwa konsumen akan lebih ingin membeli produk dengan teknik penjualan soft selling.

Tak hanya itu, 97% akan merekomendasikan ke teman-temannya dan 95% kemungkinan akan membeli lagi produk atau jasa yang ditawarkan brand tersebut. Jadi, soft selling bisa dikatakan lebih efektif untuk penjualan jangka panjang serta memperluas jangkauan konsumen.

Contoh :
• Artikel kesehatan, bisnis, dsb
• Video informasi, hiburan, dsb

2. Ketertarikan konsumen

Perbedaan kedua adalah ketertarikan konsumen. 
Dilansir dari Simplicable, soft selling biasanya digunakan oleh perusahaan yang ingin membangun keterikatan dan juga image baik di mata konsumennya untuk waktu jangka panjang.  Semakin tinggi brand engagement-nya, maka kemungkinan besar akan semakin tinggi juga penjualannya.

Biasanya, konsumen akan lebih tertarik dengan brand yang melakukan penjualan secara halus. Dengan begitu, mereka akan lebih penasaran untuk mengeksplor apa saja yang dibuat oleh brand ini, apakah ada promo tertentu, dan lain-lain. 

Meskipun begitu, bukan berarti hard selling tidak mampu menarik konsumen. Hanya saja ketertarikan tersebut biasanya bertahan untuk jangka waktu yang tidak terlalu panjang.  Konsumen hanya tertarik untuk membeli satu produk saja, tanpa mengeksplor brand lebih jauh.

3. Bidang industri yang menggunakannya

Setiap perusahaan tentu saja memiliki pilihannya sendiri, apakah mereka ingin melakukan penjualan dengan teknik hard selling atau soft selling.
Meskipun begitu, secara umum, terdapat beberapa industri yang identik dengan satu dari dua teknik penjualan ini.

Industri yang biasa menggunakan teknik hard selling antara lain adalah telemarketing, asuransi, perbankan, dan lainnya.  Sedangkan teknik penjualan soft selling biasa digunakan dalam bidang content marketing, konsultan, manufaktur, dan masih banyak lagi.

Nah, itu dia penjelasan mengenai hard selling, soft selling, dan juga perbedaannya. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan apapun sebenarnya bisa menggunakan kedua teknik penjualan ini.

Bahkan, untuk hasil yang optimal, kedua teknik ini sebenarnya bisa digabungkan penggunaannya dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.  Jika mengincar penjualan jangka panjang dan loyalitas dari konsumennya, gunakan teknik soft selling. Sedangkan untuk penjualan yang cepat dan langsung banyak, Hard selling adalah teknik yang tepat untukmu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES