Peristiwa Daerah

Ajak Petani Wuluhan Tinggalkan Pestisida Sintetik Lewat Program Pengembangan PPAH

Sabtu, 05 Desember 2020 - 20:48 | 56.96k
Hari Purnomo (berdiri) mensosialisasikan bahaya pengguna pestisida sintetik dalam jangka panjang kepada petani di Wuluhan, Sabtu (5/12/2020). (Foto: M. Iqbal/TIMES Indonesia)
Hari Purnomo (berdiri) mensosialisasikan bahaya pengguna pestisida sintetik dalam jangka panjang kepada petani di Wuluhan, Sabtu (5/12/2020). (Foto: M. Iqbal/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Penggunaan pestisida sintetik masih marak dilakukan oleh petani untuk mengatasi hama dan penyakit tanaman.

Padahal, penggunaan pestisida dalam jangka panjang dan berlebihan berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Karena itu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember melakukan pemberdayaan serta pengembangan terhadap masyarakat petani di Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan, Jember melalui program Pengembangan Pusat Produksi Agen Hayati (PPAH), Sabtu (5/12/2020).

Hari Purnomo, Ketua pelaksana program pengabdian, sekaligus Koordinator Prodi Agroteknologi Unej mengatakan, tujuan kegiatan tersebut agar petani di Desa Dukuh Dempok tidak terlalu tergantung pada pestisida sintentik. Mereka diharapkan beralih menggunakan pengendalian alternatif hayati.

“Dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman itu jelas, kalau penggunaan pestisida sintetik terus menerus ini tidak menyelesaikan masalah, tetapi muncul masalah-masalah lain," kata Hari.

Dia juga menerangkan, program Pengembangan PPAH juga bertujuan agar masyarakat petani mandiri dan memiliki produksi agen hayati sendiri yang nantinya dapat mendongkrak perekonomian mereka.

“Inti tujuan kami adalah memberikan pemberdayaan kepada masyarakat agar mereka mengenal, membuat, dan mengaplikasikan pengendalian alternatif hayati atau bio pestisida," terangnya.

Dalam melakukan kegiatan ini, Hari tidak sendiri. Dia dibantu tim yang terdiri dari empat dosen dan tiga mahasiswa melakukan pengembangan masyarakat petani untuk mensosialisasikan pengendalian alternatif hayati yang lebih ramah lingkungan.

“Pengendalian hayati itu adalah memanfaatkan musuh-musuh alami dari hama penyakit tersebut. Salah satunya adalah entomopatogen. Yaitu cara mengusir hama serangga, dengan menggunakan tumbuhan jamur yang dapat membunuhnya," jelas Hari.

Menurutnya, penggunaan entomopatogen aman bagi tanaman maupun tanah.

Keunggulan lainnya dari pengendalian alternatif hayati ini adalah bahan produksi yang mudah ditemukan.

“Bahan bisa memanfaatkan dari limbah pertanian, contohnya air kelapa," imbuhnya.

Khoirul Anam, salah satu peserta pemberdayaan petani Dukuh Dempok mengatakan bahwa dirinya mendapatkan banyak manfaat dari kegiatan itu.

“Saya senang dan sangat mendukung karena hampir semua petani itu ingin kembali ke bahan organik. Selama ini edukasinya kurang. Dengan adanya dukungan dari desa insyallah petani tidak lagi menggunakan pestisida sintetik," ujar dia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dody Bayu Prasetyo
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES