Kopi TIMES

Strategi Panglima TNI Dalam Hadapi Kelompok Pengancam Persatuan Dan Kesatuan Bangsa

Senin, 30 November 2020 - 12:28 | 113.35k

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto tampaknya mulai geram dengan aksi-aksi dari kelompok intoleran dan radikalis yang membuat turunnya wibawa Negara. Setidaknya di dua minggu terakhir ini saya mencatat ada beberapa kegiatan yang rasanya cukup istimewa karena diluar bussiness as usual.

Publik bisa saja menebak-nebak bahwa tindakan Panglima TNI ini terkait dengan beberapa kegiatan pasca kedatangan Rizieq Shihab kembali ke Indonesia. Namun meningkatnya intoleransi dan radikalisme yang mampu mengancam persatuan dan kesatuan Indonesia sudah lama ada dan bahkan makin berkembang.  

Kegiatan Panglima Hadi yang pertama adalah, secara mendadak tampilnya beliau didampingi 5 jenderal satuan perang TNI untuk mengingatkan pentingnya persatuan dan kesatuan. Yang kedua, sidak Panglima TNI ke 3 markas komando pasukan khusus TNI, yaitu Kopassus, Marinir dan Kopaskhas. Dan yang ketiga, keynote speech Panglima TNI yang menyoroti bahaya propaganda dan konten negatif yang ada di dunia maya yang disampaikan dalam sebuah webinar.

Peringatan Panglima TNI tersebut ditindaklanjuti oleh jajaran dibawahnya. Seperti unjuk kekuatan kendaraan taktis Koopsus TNI di Petamburan dan penurunan baliho provokatif oleh Kodam Jaya. 

Alhasil, selain banjir dukungan baik melalui tagar #BravoTNI dan kiriman bunga papan, narasi negatif terhadap TNI juga bermunculan. Mulai dari memutar balik fakta hingga menakut-nakuti dengan dwi-fungsi TNI.

Terkait keynote speech tentang dunia maya, Rizal Ramli di akun twitter pribadinya menanggapi bahwa tindakan Panglima TNI sudah kejauhan. Ia mengatakan bahwa bukan tugas TNI untuk mengatur dinamika masyarakat sipil.

"Mas Hadi,, Panglima TNI,, ini mah sudah kejauhan. Bukan tugas TNI ngatur dinamika masyarakat sipil.

"TNI perlu siapkan counter cyber war, untuk hadapi ancaman perang cyber dari negara2 lain. Bukan cawe2 urusan sipil,, aya2 wae Mas Hadi," cuit Rizal, Senin, 23 November 2020 sambil menautkan sebuah link berita video dengan narasi "Negara Perlu Atur Kehidupan Dunia Maya".

Indonesia-2.jpg

Saya mengira bahwa Rizal Ramli ini kurang jeli dalam membaca berita tersebut dan menganggap TNI yang harus mengatur kehidupan dunia maya. Padahal, dari webinar tersebut tidak sama sekali Panglima menyebut TNI akan mengatur dunia maya. Panglima TNI hanya mengajak para generasi muda menjadi pelopor perubahan bangsa dengan menyebarkan konten-konten positif serta melakukan kontra narasi terhadap konten-konten negatif di dunia maya.

Atau bisa jadi juga, sebenarnya ia sudah tahu itu, dan malah melakukan kontra narasi dengan melakukan propaganda seperti yang menjadi gagasan inti dari keynote speech Panglima Hadi saat itu. Ironis bukan?

Lalu, apakah ada yang salah bila Panglima TNI merasakan adanya urgensi bagi Negara untuk atur kehidupan di dunia maya?

Sesuai UU Tentang TNI, pada Bab IV pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara bisa saja datang dari dunia maya. Fenomena Arab Spring di Timur Tengah dan Afrika Utara berawal dari gerakan sosial politik melalui media sosial. Benih-benih radikalisme dan separatisme mampu berkembang dengan subur di dunia maya, dan meluluh lantakan sebuah negara makmur seperti Suriah.

Di Indonesia sendiri, survei terbaru di tahun 2020 oleh Wahid Institute mencatat bahwa sikap intoleran dan paham radikalisme mempunyai kecenderungan meningkat, dari 46 persen menjadi 54 persen. Ini merupakan alarm untuk kita semua.

Tentu saja ajakan Panglima TNI kepada para generasi muda untuk menjaga dunia maya dari konten negatif, seperti hoax, ujaran kebencian, provokasi dan propaganda, termasuk wajar saja dan bahkan masih dalam ruang lingkup tugas TNI.

Lalu ajakan untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan membanjiri dunia maya dengan konten yang bermanfaat tentu saja merupakan hal yang seharusnya malah diapresiasi dari seorang Panglima TNI. 

Tanggapan negatif dari ajakan Panglima Hadi, bisa jadi merupakan sinyal bahwa rangkaian kegiatan yang dilakukan Panglima TNI beberapa minggu belakangan ini sudah tepat menusuk jantung para musuh yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dan negara yang majemuk ini.

Jadi tunggu apalagi?

Mari menjadi bagian #SinergiAnakBangsa dengan menggunakan akun-akun media sosialmu dan menjadi pelopor perubahan bangsa saat ini juga dengan mulai menyebarkan konten-konten positif serta melakukan kontra narasi terhadap konten-konten negatif di dunia maya.

#SinergiUntukNegeri

***

Arief Noviandi

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES