Pendidikan

Seminar Nasional Untag Soroti Pengaruh Globalisasi pada Nilai Kebangsaan

Jumat, 27 November 2020 - 17:55 | 38.32k
Seminar Nasional bertema Patriotisme Era Nasionalisme Modern Menuju Patriotisme Jaman Now yang digelar oleh Universitas 17 Agustus Surabaya. (Foto: Humas Untag Surabaya)
Seminar Nasional bertema Patriotisme Era Nasionalisme Modern Menuju Patriotisme Jaman Now yang digelar oleh Universitas 17 Agustus Surabaya. (Foto: Humas Untag Surabaya)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Seminar Nasional bertema 'Patriotisme Era Nasionalisme Modern Menuju Patriotisme Jaman Now', Rabu (25/11), Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Kota Surabaya mencoba membahas makna Patriotisme saat ini.

Globalisasi menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari. Terlepas dari berbagai sisi positif yang didapat, ruang tanpa batas yang muncul akibat adanya globalisasi juga cukup mengkhawatirkan dengan masuknya berbagai budaya luar. Salah satu aspek yang terdampak adalah ideologi bangsa.

Menjadi narasumber pertama, Prof. Dr. Sudigdo Adi, dr, SpKK(K) mengingatkan kembali mengenai makna Patriotisme.

"Patriotisme adalah semangat membela tanah air dan bangsa tanpa pamrih berlebih, sehinga disitu tertanam suatu kerelaan jiwa dan hati untuk memberikan segalanya untuk bangsa dan negara," tutur guru besar Universitas Padjadjaran itu.

Nilai patriotisme yang seperti ini, lanjutnya, perlu diterapkan sebab kerelaan merupakan hal yang cukup mewah saat ini. Bahkan, menurutnya masyarakat Indonesia perlu untuk selalu diajari dan diingatkan mengenai jiwa patriotisme.

Namun, Prof Sudigdo menyebutkan perlunya perubahan dalam menghidupkan nilai-nilai bangsa. "Ini harus mulai dirubah, tidak hanya tekstual melainkan juga kontekstual dengan memberikan contoh," terangnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Aryo Seno Bagaskoro. Mahasiswa prodi Ilmu Politik Unair itu menyebutkan banyaknya generasi muda yang terpapar budaya lain menjadi tanggung jawab bersama.

"Hal ini bisa jadi menjadi kesalahan kita semua bukan hanya satu dua orang karena kita kurang masif dalam menunjukkan perilaku pancasilais kita dalam kehidupan sehari-hari," tukasnya.

Sebagai perwakilan milenial, ia menjelaskan bahwa generasi muda saat ini butuh adanya role model. Tanpa adanya teladan, generasi muda kemudian memilih mengambil jalan masing-masing tanpa ada tujuan.

Ia mengatakan, teman-teman kehilangan jati diri dan identitas karena bingung Pancasila dalam kehidupan sehari-hari praktiknya seperti apa.

"Artinya kita harus kembali menata ulang apa yang menjadi visi dan masa depan kita. Apabila kita sudah punya mimpi, maka insyaAllah cara-cara untuk meraih mimpi tersebut akan muncul dari inisiatif kawan-kawan pemuda," sambungnya.

Sementara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, SH, MIP menuturkan butuhnya metode-metode untuk menyampaikan ideologi dengan baik. Maka harapannya saat ideologi tersebut diterjemahkan dalam berbagai sektor, nilai-nilai ideologi bangsa akan muncul dalam setiap tindakan.

"Semua itu hadir dalam satu tarikan nafas. Oooh kita musti saling menghormati. Rumah ibadah ya jangan grudak-gruduk gitulah. Ngobrol-lah. Ayo lah kita toleran, pakai perasaan. Adab," terangnya.

Adanya trend e-sport pada generasi milenial, menurut Ganjar, menjadi peluang untuk melestarikan ideologi Pancasila.

"Cara memasukkan ideologi, masak masih mau ceramah? Ora iso. Ora iso. E-sport kemudian menjadi media untuk memasukkan ideologi, mulai tokoh yang nasional, nilai-nilai, sampai menjelaskan kolaborasi itu maknanya apa," pungkasnya dalam seminar nasional yang digelar Untag. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES