Peristiwa Daerah

Javan Langur Center Lepas Liarkan Luna Maya

Kamis, 26 November 2020 - 15:52 | 31.08k
Petugas saat memboyong Luna Maya bersama enam lutung lainnya untuk dilepas liarkan ke lereng Timur Gunung Biru, Kawasan Tahura R Soeryo. (Muhammad Dhani Rahman/TIMESINDONESIA)
Petugas saat memboyong Luna Maya bersama enam lutung lainnya untuk dilepas liarkan ke lereng Timur Gunung Biru, Kawasan Tahura R Soeryo. (Muhammad Dhani Rahman/TIMESINDONESIA)

TIMESINDONESIA, BATUJavan Langur Center (JLC), Pusat Rehabilitasi Lutung Jawa di Coban Talun, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji melepaskan Luna Maya, Lutung berjenis kelamin betina ke Lereng Gunung Biru yang berada di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R Soeryo.

Lutung yang memiliki berat badan 6,6 kilogram dan berusia 7 tahun 6 bulan ini dilepas liarkan bersama enam lutung lainnya. Keenam Lutung Jawa lainnya bernama Irma, Lutung Betina dengan berat badan 4,7 kilogram berusia 2 tahun 8 bulan, Cikal Lutung Betina berusia 4 tahun berat tubuhnya 4,2 kg, Rodi Lutung Betina berat 5,4 kilogram berusia 4 tahun.

Nono, Lutung Jantan berat badan 5,4 kilogram berusia 2 tahun 7 bulan, Gamel Lutung Betina seberat 5,5 kg berusia 4 tahun dan Darmi Lutung Betina berusia 2 tahun 10 bulan dengan berat badan 5,5 kilogram.

Bersama-sama petugas Tahura R Soeryo, BKSDA dan Perhutani Luna Maya dimasukkan kotak kemudian angkut menuju lokasi pelepasliaran.

“Paling lama Lutung-lutung ini sudah menjalani masa rehabilitasi selama 1,5 tahun di JLC, paling cepat 8 bulan hingga 1,2 bulan,” ujar Project Manager JLC, Iwan Kurniawan. Ketujuh lutung ini yang masuk camp JLC dalam waktu yang berbeda juga sudah menjalani masa karantina selama 3-8 bulan sejak penyerahan.

Menurut Iwan, kewenangan melepas liarkan adalah kewenangan BKSDA, JLC hanya memfasilitasi pelepasan liaran tersebut. “Kita ibaratkan JLC ini kan sekolahan, kalau sudah bagus perilakunya, kondisi bandanya sudah sehat dan sudah bisa bersosialisasi dengan alam dan hewan liar, sudah saatnya kita kembalikan ke habitatnya,” ujar Iwan.

Ia mengatakan sebelumnya ketujuh lutung yang sudah menjadi satu kelompok ini, masuk ke JLC satu persatu berbeda waktu. “Kemudian kita padu padakan, akhirnya dengan lumayan sulit, akhirnya bisa bergabung pada bulan ke sembilan dan sepuluh,” ujar Iwan.

Ketujuh lutung ini dilepaskan liar di lereng Timur Gunung Biru, yang masuk wilayah Tahura R Soeryo. Sehari sebelumnya lutung ini diperiksa kesehatannya, kemudian diberi chip penanda identitas digital.

“Bukan lagi seperti transmitter, tapi lebih pada chip penanda identitas saja, kalau dahulu kita sempat pakai radio transmitter seukuran koin seribu dan dilengkapi antenna, tapi karena lutung suka mencari kutu, akhirnya transmitter lepas dan membuat infeksi, akhir kita ganti dengan chip baru yang lebih aman,” ujarnya.

Ketujuh Lutung Jawa yang dilepas liarkan ini merupakan hasil penyerahan atau pun operasi yang dilakukan BKSDA yang kemudian diserahkan ke JLC untuk direhabilitasi. Ketujuh lutung ini berasal dari daerah Tapal Kuda seperti Probolinggo dan Jember.

Peredaran gelap penjualan satwa terlindungi seperti Lutung ini berada di kawasan Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Jember dan Probolinggo. “Dari daerah ini peredarannya sampai kemana-mana, sampai ada yang ke Jawa Barat, ada hasil penertiban dari BKSDA Jabar diberikan ke kita, karena saat dicek DNA ternyata hewan ini berasal dari Jawa Timur, saat ditelusuri berasal dari seputaran Bondowoso Jember,” ujar Iwan.  

Lutung yang dijual dipasar gelap adalah Lutung yang masih anak-anak, Lutung dewasa langsung dieksekusi ditempat kemudian dijual untuk campuran daging makanan seperti bakso krengsengan yang dijual di warung-warung kuliner ekstrem.

Ketika disinggung mengenai keberhasilan pelepas liaran lutung, Iwan mengatakan bahwa dari jumlah ratusan lutung (102 ekor lutung) yang sudah dilepas liarkan hampir separuh sudah beranak dan sudah bergabung dengan kelompok liarnya.

“Namun yang mati juga ada, karena sebelumnya mereka adalah satwa yang sudah dipelihara manusia, sudah terbiasa menerima makanan dari manusia, hingga sulit bagi mereka bertahan di hutan yang liar, rata-rata yang mati akibat kebiasaan hidup yang lama,” kata Iwan.

Dalam kesempatan itu, Iwan menjelaskan penamaan Lutung memang berasal dari bawaan ketika lutung ini diamankan. “Namanya sudah ada dari awal, kita tidak akan merubah namanya, karena itu adalah bagian dari history lutung ini. Sangking senengnya, pemiliknya memberi nama Luna Maya, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan artis Luna Maya, atau ada juga yang namanya diambil dari nama pemiliknya, seperti Darmi dulu yang menyerahkan namanya Darmi,” ujar Project Manager Javan Langur Center(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES