Kopi TIMES

Mengambil Hikmah dari Caci Maki Habib Rizieq dan Nikita Mirzani

Selasa, 24 November 2020 - 16:24 | 96.50k
Nina Kholifah, Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Manajemen UNISMA.
Nina Kholifah, Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Manajemen UNISMA.

TIMESINDONESIA, MALANG – Mengalah dan merendah dari orang-orang yang menyerang pribadi seseorang dengan sindiran dan caci maki bukan hal yang mudah bagi setiap orang. Untuk seorang yang tidak terbiasa ataupun terlatih mengolah rasa dalam berinteraksi sosial, akan sangat mudah sekali terpancing emosi dengan sebuah situasi yang diterima ketika tidak sesuai dengan keinginannya. 

Fenomena yang lagi marak terjadi salah satunya perseteruan antara Habib Rizieq Sihab (HRS) dan artis kontroversial Nikita Mirzani (NM). Banyak simpatisan FPI bersiap membela mati-matian sang habib yang tidak hanya mengancam seorang NM untuk minta maaf secara terbuka karena cuitannya di sosial media menimbulkan kontroversial, tapi juga umpatan sumpah serapah, caci makian dan kata-kata kasar “lon*e” terucap dari seorang laskar FPI.

Kata lon*e bahkan keluar dari mulut sang habib sendiri di acara peringatan Maulid Nabi Muhammad yang seharusnya diisi dengan tausiyah-tausiyah yang menceritakan ketinggian akhlaq Kanjeng Nabi juga anjuran untuk meneladaninya. Sungguh kejadian yang sangat disayangkan oleh banyak pihak yang “ngeman” terhadap Habib Rizieq Shihab.

Andai HRS selegowo almarhum Gusdur ketika dicaci-maki dan difitnah oleh orang-orang yang selalu berseberangan dengan beliau walau pasukan Banser sudah siaga siap berperang bertaruh nyawa membela Gusdur, tapi itu tidak membuat Gusdur memanfaatkan Banser untuk memerangi mereka. Andai HRS sesabar Kiai Mustofa Bisri ketika ada anak muda yang melecehkan beliau dengan memafkannya walau pasukan Banser juga sudah siap mencincang pemuda tersebut, tapi itu juga tidak dilakukan oleh Kiai Mustofa Bisri untuk mengerahkan Banser melakukannya. Andai HRS sesabar dan selegowo Syekh Ali Jabir ketika ada pemuda yang berniat membunuh beliau dengan memaafkan mereka yang tingkat akhlaq dan keilmuannya tentu jauh di bawah beliau para masayikh dan ulama.

Dengan memaafkan Nikita Mirzani (yang notabene secara akhlaq dan keilmuan jauh dibawah HRS) dan tidak membalas dengan umpatan dan cacian apalagi sampai terucap kata-kata Lon*e, mungkin beliau HRS akan semakin tinggi derajatnya dan akan lebih banyak simpati terhadap beliau. Sayang... Itu tdak dilakukan oleh HRS, sehingga yang tampak adalah HRS vs NM is Draw.

Begitu banyak catatan merah HRS sebagai petinggi sebuah ormas yang sarat dengan dakwah kekerasan beberapa tahun terakhir ini, hingga harus tertahan di Saudi Arabia selama 3,5 tahun. Harusnya momen kepulangannya ditengah pandemi Covid-19 menjadikan momen beliau beradaptasi kembali dengan negara yang terkenal dengan budaya toleransi dan tenggang rasa penduduknya. Momen ini harusnya dijadikan momen pertaruhan ketinggian akhlaq seorang HRS yang mengaku sebagai ulama, apalagi beliau seorang dzuriyat kanjeng nabi Muhammad SAW yang diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia, yang terkenal dengan ketinggian akhlaqnya, dan masyhur dalam beberapa riwayat hadits bahwa nabi Muhammad tidak pernah membalas dengan perlakuan yang sama ketika siksaan, caci makian, hujatan bahkan fitnah menyerang beliau.

Ada hikmah yang bisa kita ambil dari fenomena diatas, pertama adalah jangan pernah membalas caci maki, hinaan dan fitnah keji sekalipun kepada kita dengan balasan yang sama ataupun lebih kasar kepada lawan kita. Jadikan “diam adalah emas” untuk menghadapi mereka. Kedua, memaafkan orang-orang yang “mendzolimi” kita dengan berbuat baik dan berkata yang baik-baik kepada mereka. Karena sesungguhnya itu salah satu ketinggian akhlaq yang diajarkan Nabinya orang Islam, Muhammad SAW. (*)

***

*)Oleh: Nina Kholifah, Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Manajemen UNISMA.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES