Entertainment

Musisi Palu Andika Risma: Pandemi Bukan Alasan Tidak Berkarya

Sabtu, 21 November 2020 - 18:59 | 81.48k
Musisi sekaligus pengerajin gitar, Andika Risma atau Achi The Box memperlihatkan gitar hasil buatanya yang bertema Likuefaksi Balaroa (Foto: Anang Prasetio/TIMES Indonesia)
Musisi sekaligus pengerajin gitar, Andika Risma atau Achi The Box memperlihatkan gitar hasil buatanya yang bertema Likuefaksi Balaroa (Foto: Anang Prasetio/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PALU – Bencana alam gempa, likuefaksi dan tsunami dan bencana non alam pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat musisi Andika Risma atau lebih dikenal dengan sebutan Aci The Box salah satu musisi di Kota Palu untuk terus berkarya.

Ide kreatifnya muncul, ketika mendapat bantuan donasi yang dikumpulkan rekan-rekan musisi bagi korban bencana alam. Sekitar Rp 7 juta dari bantuan yang diperolehnya, ia jadikan modal membuat sebuah bengkel memproduksi gitar, yang rencananya akan dijual untuk menambah penghasilan.

Ia mengakui, tidak ada keahlian khusus yang dimiliki dalam pembuatan gitar. Secara autodidak, ia belajar cara membuat gitar dari video turtorial yang ada di sosial media.

"Saya berpikir, daripada saya harus membeli gitar terus menerus, saya berpikir untuk mencoba membuat sendiri. Selain itu persaingan dalam usaha produksi gitar di Kota Palu agak sedikit," kata Aci yang juga korban likuefaksi di Kelurahan Balaroa, Jumat, (20/11/2020).

Achi mengatakan, pesanan yang ia terima tidak hanya berasal dari Kota Palu saja melainkan pesanan juga diterima dari Kota lain, seperti Ternate dan Luwuk.

Selama ini ia selalu dibanjiri pesanan. Malahan, ia kewalahan dalam memenuhi beberapa pesanan dari pelanggan. Saat ini ia hanya dibantu oleh 1 orang saudaranya dalam pembuatan gitar tersebut.

"Harusnya saya bisa menyiapkan gitar di sini, tapi karena keterbatasan tenaga yang membantu saya jadi saya belum bisa memenuhi pesanan itu,” jelas Achi.

Achi menyebutkan, dalam proses pembuatan satu buah gitar, membutuhkan waktu kurang lebih seminggu. Hingga kini, ia telah memproduksi sekitar 20 buah gitar buatan tangannya.

Harga gitar yang ia bandrol pun bervariatif. Dari satu buah gitar, berkisar antara 1,8 - 2,2 juta rupiah. Tentunya, harga tersebut berdasarkan spek dan pesanan dari konsumen sendiri.

"Keunggulan dari gitar buatan saya yaitu, selain hand made dan semua bahannya dari kayu atau bisa disebut juga dengan gitar solid. Untuk pemasaraanya, saya gunakan facebook dan instagram untuk menjual produk," ujarnya. 

Selain sebagai pengrajin gitar, ia juga berprofesi sebagai pemain band pengisi acara di kafe-kafe maupun pada event-event yang ada di Kota Palu. Ia juga aktif berkolaborasi dalam beberapa projek band, diantaranya The Box, Fladika, Achi Project dan Air Aki.

"Saya berpikir sebagai musisi untuk berkolaborasi dalam menghadapi masa pandemi saat ini. Karena agak sulit untuk mendatangkan rejeki, jika saya berkarya sendiri. Selain bisa bertukar pikiran, secara bersama mudah untuk mencari solusi," terangnya.

Tantangan yang ia hadapi sebagai musisi dimasa pandemi, Achi mengakui, semua pekerja seni pasti mengalami hal yang sama dalam segi ekonomi.

"Pastinya semua musisi mengalami masalah yang sama soal ekonomi dalam masa pandemi, ketika kita diminta untuk berdiam diri dirumah, otomatis kegiatan di kafe-kafe dan event-event akan berkurang," ungkapnya.

Baginya, dalam menghadapi siatuasi apapun, terlebih dalam masa pandemi, ia mengajak masyarakat untuk terus semangat dalam melakukan berkegiatan apapun. Ia pun berkeyakinan keadaan kedepan akan semakin membaik seiring waktu.

"Saya harap, kita tidak boleh terintervensi dalam situasi apapun. Kita harus bergerak dan berkarya bagaimanapun keadaanya. Saya yakin siatuasi semacam pandemi ini, ibarat penyakit yang ada obatnya, yang pasti ada solusi jika kita mau berusaha," kata Andika Risma. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES