Ekonomi

Selain Ijen, Lereng Argopuro Bisa Hasilkan Kopi Berkualitas

Sabtu, 21 November 2020 - 17:47 | 41.69k
Pengenalan mesin kopi kepada para petani kopi di Lereng Argopuro Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Hal itu untuk menghasilkan kopi berkualitas baik. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Pengenalan mesin kopi kepada para petani kopi di Lereng Argopuro Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Hal itu untuk menghasilkan kopi berkualitas baik. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Selama ini Bondowoso dikenal dengan sebutan BRK (Bondowoso Republik Kopi). Hal ini setelah petani kopi, khususnya di Lereng Ijen-Raung berhasil menghasilkan kualitas kopi terbaik yang kemudian dikenal dengan Arabika Ijen-Raung.

Kopi Arabika Ijen-Raung atau Arabika Java Ijen Bondowoso itu dikenal hingga kancah internasional. Namun di sisi lain, Bumi Ki Ronggo ini juga punya lokasi yang bagus sebagai penghasil kopi. Yakni Lereng Argopuro. Namun petani di Desa Curahpoh perlu mendapatkan pembinaan.

Ketua tim pendamping, Ir Bambang Kusmanadhi mengatakan, kopi yang dibudidayakan di lereng Pegunungan Argopuro belum banyak mendapatkan pendampingan. 

"Sehingga kopi Lereng Pegunungan Argopuro kualitasnya kurang baik. Petani kopi Desa Curahpoh yang tergabung dalam LMDH Argo Santoso, belum melakukan penanganan pascapanen kopi dengan baik," katanya, Sabtu (21/11/2020).

Menurutnya, petani di Lereng Argopuro perlu terus diberikan pendampingan. Pihaknya bersama Tim Dosen PS Ilmu Pertanian, Faperta Unej Kampus Bondowoso terus membina petani kopi Curahpoh 

"Supaya dapat melakukan penanganan pascapanen kopi dengan baik," katanya.

Menurutnya, panen buah kopi yang baik adalah panen buah kopi yang sehat, bernas dan petik merah. 

"Kopi merah memiliki mutu fisik biji dan citarasa paling baik. Bahan baku yang baik dengan pengolahan kopi yang baik maka akan memunculkan citarasa kopi," jelasnya.

Pada tahap awal, tepatnya 14 Oktober 2020 pihaknya memberikan sosialisasi penen kopi yang baik. Karena pandemi sosialisasi tetap menerapkan protokol keamanan Covid 19. 

Hasil sampling yang ia dapatkan dalam melihat kualitas panen di beberapa petani kopi Curahpoh. Yaitu buah merah hanya 41,7 persen dan 58,3 persen buah hijau dan jelek atau busuk. "Jelas hal ini yang menyebabkan kualitas kopi Curahpoh tidak baik," imbuhnya.

Dijelaskannya juga, terdapat dua cara pengolahan buah kopi. Yakni pengolahan cara kering dan pengolahan cara basah. Pengolahan basah akan menghasilkan kualitas kopi yang lebih baik. Tapi petani kopi Curahpoh saat ini semuanya melakukan pengolahan kopi kering. 

"Selain itu, petani juga memanfaatkan mesin penggilingan padi, dalam proses pemisahan kuliat buah dan kulit tanduk kopi untuk menghasilkan biji Oce Kopi. Mesin yang tidak sesuai spesifikasi menyebabkan banyaknya biji Oce Kopi yang pecah," jelasnya.

Tanggal 18 Nopember 2020 kata dia, pihaknya mengajak petani kopi Curahpoh untuk mengenalkan beberapa peralatan mesin olah kopi di Laboratorium Teknologi Panen dan Pasca Panen Kopi, PS Ilmu Pertanian, Faperta Unej Kampus Bondowoso.

"Beberapa peralatan yang dikenalkan yaitu mesin Pulper, Washer, Huller, Roasting dan Grinder Kopi. Pada kesempatan tersebut kami juga memberikan contoh tentang pemisahan kulit buah dan kulit tanduk kopi dengan menggunakan Huller. Hasilnya, Biji Oce Kopi lebih baik dan tidak banyak yang pecah," terangnya.

Ia berharap petani kopi di Lereng Argopuro Bondowoso terus mendapatkan pembinaan. "Dalam pelatihan petani menyadari pentingnya mesin Hulter. Sebab kalau mesin penggilingan padi banyak sekali yang pecah," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES