Kopi TIMES

Mega Proyek Geopark Komodo: Urgensi Konservasi atau Komersialisasi?

Jumat, 20 November 2020 - 23:09 | 161.36k
Rizky Hawari Nanda, Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang / Kader IMM Rennaisance UMM.
Rizky Hawari Nanda, Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang / Kader IMM Rennaisance UMM.

TIMESINDONESIA, MALANG – Gara gara si Komo lewat bikin macet truck pembangunan wisata Kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur.  Namun kali ini kemacetan si Komo lewat bukan terjadi karena nyasar di Jalan Sudirman seperti lagu tahun 90-an. Justru kali ini menghadang pembangunan pariwisata Jurassic Park di Pulau Rinca. Kali ini Orang enggak pada kesel karena kelakuannya, malah didukung karena berusaha melindungi Pulau Komodo yang terancam rusak dan punah.

Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan foto viral seekor Komodo yang seakan menghadang truck proyek yang sedang mengangkut besi di Pulau Rinca, Nusa Tegarra Timur (NTT). Perbincangan pun semakin ramai ketika tagar #Save Komodo berhasil menduduki trending topic di berbagai macam platform sosial media diiringi sejumlah diskusi yang dilakukan oleh para aktivis lingkungan guna menyuarakan opininya menyikapi pembangunan yang dinilai kontraproduktif yang akan menyebabkan rusaknya konservasi Kawasan Taman Nasional Komodo sebagai daya Tarik utama Pariwisata Labuan Bajo.

Siapa sih yang tidak mengenal Taman Nasional Komodo? Pulau indah yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur ini merupakan kawasan konservasi wisata berbasisi alam. Di sana wisatawan disuguhi berbagai atraksi wisata alam, baik didarat maupun laut. Didarat selain atraksi utama kehidupan liar satwa komodo, wisata juga disuguhkan oleh atraksi lain seperti hiking di Loh Buaya, pulau Rinca, dan pulau Komodo. Terlepas dari pada itu, Taman Nasional Komodo merupakan kawasan konservasi binatang komodo dan tumbuh-tumbuhaan yang sudah punah di dunia dan wajib dilindungi, dirawat dan di lestarikan tanpa adanya intervensi kepentingan apapun.

Betonisasi Rumah Komodo

Kawasan Konservasi Taman Nasional Komodo yang dinilai memiliki keunikan dan keindahan di dalamnya kini justru dimanfaatkan sebagai Kawasan Strategi Pembangunan Nasional yang akan menjadi program pembangunan kawasan super prioritas pemerintah era Presiden Joko Widodo dan Maruf Amin. Melalui berbagai produk regulasi dan kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah, hal ini justru mampu mengubah fungsi Taman Nasional Komodo dari Kawasan Konservasi menjadi lahan bisnis investasi pariwisata.

Mega Proyek Geopak yang dirancang di tengah kawasan konservasi Taman Nasional Komodo sejauh ini telah berjalan kurang lebih 35% dalam pembangunan infrastruktur. Pembangunan Geopark dengan branding wisata “jurasik” yang diproyeksi untuk membangun perekonomi wisata dinilai berdampak buruk bagi kelestarian alam kawasan Komodo dan mengganggu ekositem fauna dan flora. Selain berdampak buruk bagi ekosistem setempat, hadirnya bangunan modern ini tentunya berdampak buruk bagi citra positif wisata alam di pulau Rinca. Pemerintah kini juga telah memberi izin kepada 3 perusahaan swasta seperti PT Sagara Komodo Lestari untuk membangun resor di atas lahan seluas 22,1 Hektare. 

Selain itu terdapat juga di kawasan Pulau Padar, pulau cantik nan besar ketiga di Kawasan Taman Nasional Komodo itu banyak yang sudah dikuasai oleh perusahaan swata seperti PT Komodo Wildlife Ecotourism untuk membangun sebuah resor ekslusif di atas lahan seluas 274,3 hektare. Bahkan di sana juga akan dibuat sebuah dermaga mewah dari beton dan kayu ulin dengan panjang 100 meter dan pusat kuliner kelas premium. Selain itu pemerintah pun sedang mengurus perizinan bagi PT Flobamora, yaitu badan usaha milik daerah Provinsi NTT bersama para mitranya untuk bisnis wisata alam di Pulau Komodo. Dan sepertinya pembangunan infrastruktur di Pulau Komodo pasti akan lebih banyak lagi untuk mendukung pulau ini menjadi tujuan pariwisata eksklusif di kawasan konservasi Taman Nasional Komodo.

 Dengan merancang pembangunan geopark berbasis wisata super eksklusif di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Komodo seperti ini, akan membuang anggaran negara sebesar Rp 67 miliar. Ini jelas akan sangat berdampak buruk bagi keaslian bentang alam kawasan pulau Rinca dan mengancam ekosistem satwa komodo serta satwa lainnya yang berada di kawasan tersebut.

Selain itu menurut pemandu wisata dan mantan ranger Kawasan Konservasi Taman Nasional Komodo mengatakan keramaian bikin perilaku alamiah komodo terganggu. Soalnya komodo tipe hewan pemburu hening. Tentu saja suara proyek bisa bikin mereka panik dan ketakutan. Dan lebih parahnya lagi sejauh ini belum ada kejelasan tentang nasib para pelaku wisata lokal. Tentu saja banyak dari kalangan mereka yang ikut memprotes mega proyek geopark ini. Banyak dari mereka berpendapat bahwa projek geopark itu hanya mangakomodasi kepentingan investor asing tanpa mempertimbangkan detail nasib dari industri (pelaku) pariwisata lokal.

***

*) Penulis: Rizky Hawari Nanda, Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang / Kader IMM Rennaisance UMM.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES