Peristiwa Daerah

Hadapi Fenomena La Nina, Ini yang Dilakukan DLH Sleman

Jumat, 20 November 2020 - 12:50 | 37.84k
DLH Sleman ketika memotong ranting pohon untuk mengantisipasi fenomena La Lina. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
DLH Sleman ketika memotong ranting pohon untuk mengantisipasi fenomena La Lina. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SLEMAN – Sebagaimana yang disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beberapa waktu lalu. Keberadaan fenomena alam La Nina diprediksi akan berlangsung kisaran bulan Oktober 2020 hingga Maret 2021 mendatang.

Sementara itu, pada bulan November 2020 ini, terpantau hujan sudah melanda hampir seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan dampak La Nina sudah mulai terasa.

Dampak yang dipicu fenomena ini, salahsatunya adalah peningkatan curah hujan yang berujung bencana hidrometeorologi.

memotong-ranting-pohon-2.jpg

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Sleman Ir. Dwi Anta Sudibya, MT mengatakan, berdasarkan hasil analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), catatan historisnya, keberadaan cuaca ekstrim La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga mencapai 40 persen di atas normalnya.

Terkait hal itu, sejak beberapa waktu lalu. Jajaran DLH Sleman telah melakukan antisipasi dengan seksama. Untuk mengantisipasi dan mengurangi resiko ancaman cuaca ekstrim La Nina.

Salahsatu kegiatan yang dilakukan adalah pemangkasan pohon yang berpotensi bahaya.

"Kita telah melakukan berbagai langkah, seperti memangkas ranting pohon-pohon besar yang ada di pinggir jalan dan beresiko tinggi," ungkapnya, Jumat (20/11/2020).

Meskipun, dengan jumlah peralatan yang terbatas dibanding jumlah ideal yang dibutuhkan.

Untuk itukah diterapkan mekanisme kerja yakni setiap TIM terdiri dari satu unit Skylift atau dikenal secara umum sebagai Truk PJU yang memiliki  alat untuk pekerjaan ketinggian. Dipasangkan dengan dua unit dump truck yang diharapkan dapat dengan cepat melakukan pembersihan usai pemangkasan atau pemotongan pohon tadi.

DLH Sleman, jelas Dwi Anta Sudbyo saat ini hanya memiliki dua TIM seperti ini.

Dwi-Anta-Sudibya.jpgKepala Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Sleman Ir. Dwi Anta Sudibya, MT. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)

Dikatakan, fokus sasaran saat ini adalah pohon dengan resiko tinggi. Yakni yang berakar serabut contohnya pohon angsana dan poho beringin.

Untuk itu bagi masyarakat yang minta ada pemangkasan di wilayahnya. Karena terbatasnya TIM tadi dan jika dirasa belum membahayakan dengan berat hati akan di tunda dahulu.

"Saat ini pemangkasan lebih diprioritaskan di tepi jalan dengan lalu lintas yang padat," terangnya.

Kegiatan yang dilakukan saat ini kebanyakan menyasar Ruang Taman Hijau (RTH) Publik,yang dimiliki dan dikelola oleh pemda Sleman dan digunakan untuk fasilitas umum. Seperti taman kota, hutan kota, sabuk hijau (green belt), dan sebagainya.

Diakhir keterangannya, Dwi Anta Sudibya berpesan bagi para pegendara kendaraan, jika terjadi hujan disertai angin ribut, jangan berteduh di dekat pohon atau parkir kendaraan dibawah pohon. Namun parkirlah ditempat yang aman. Selain itu, masyarakat juga diperkenankan untuk memangkas sendiri jika menemukan pohon yang beresiko tinggi atau butuh penanganan dengan segera.

"Namun hanya khusus untuk pemangkasan saja, itu jika mau dan jika mereka bisa melakukannya. Tapi lebih baik persoalan ini diinformasikan pada kami," jelasnya.

Selain itu, Dwi Anta juga merangkul dan bekerjasama dengan para relawan. Termasuk dengan personel BPBD yang ada di Kapanewon - Kapanewon. Teknisnya, yang melakukan pemotongan pohon adakah pihak DLH Sleman, sementara yang membersihkan adakah para relawan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES