Peristiwa Daerah

Leptospirosis di Jatim Capai 252 Kasus, Pacitan Catat Penderita Tertinggi 

Jumat, 20 November 2020 - 11:57 | 71.98k
Waspadai air kencing tikus dalam genangan banjir karena berpotensi menimbulkan penyebab Leptospirosis. (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Waspadai air kencing tikus dalam genangan banjir karena berpotensi menimbulkan penyebab Leptospirosis. (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYADinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mencatat beberapa kasus penyakit yang muncul pada musim penghujan. Salah satunya penyakit yang disebabkan oleh tikus yaitu Leptospirosis.

Leptospirosis di Jawa Timur sepanjang 2020 sendiri tercatat sebanyak 252 kasus. Antara lain di Pacitan 104 orang, Trenggalek 37 orang, Gresik 32 orang, Sampang 29 orang, Probolinggo 26 orang, Kota Probolinggo 12 orang, Lumajang 4 orang, Ponorogo 3 orang, Banyuwangi 2 orang, Tulungagung 1 orang, Bondowoso 1 dan Blitar 1 orang. 

Sementara kematian akibat Leptospirosis tahun 2020 sebanyak 11 orang. Dengan rincian, Kota Probolinggo 4 orang, Probolinggo 3 orang, Trenggalek 1 orang, Ponorogo 1 orang, Blitar 1 orang dan Banyuwangi 1 orang. 

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dr Herlin Ferliana, Leptospirosis adalah penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira yang berbentuk spiral, dari genus Leptospira yang pathogen, yang ditularkan secara langsung dan tidak langsung dari hewan ke manusia. 

"Penyakit ini dilaporkan ditularkan terbanyak melalui air seni tikus yang mengandung kuman lepto dan berada pada daerah yang kurang bersih, kelembapan tinggi, becek dan banjir," ungkap Herlin, Jumat (20/11/2020). 

Risiko penularan seperti adanya luka pada kulit yang kontak dengan media yang terkontaminasi kuman Leptospirosisi, melalui banjir, genangan air sungai, danau, selokan, saluran air, sawah dan lumpur. 

Gejala dan tanda klinis antara lain demam  lebih dari 38,5 derajat celcius, nyeri otot, lemah, mata merah (conjuctival suffion), sakit kepala, kekuningan pada kulit, nyeri otot betis, anuria dan oliguria serta aritmia jantung. Masa inkubasi bakteri rata rata berkisar antara 3-7 hari. 

"Pencegahan terhadap penyakit leptospirosis bisa dilakukan lebih awal," tandasnya. 

Pencegahan yang dimakasud adalah dengan menjaga higienitas sanitasi lingkungan, menggunakan APD dengan memakai sarung tangan, sepatu boot saat beraktivitas dengan faktor risiko lepto tinggi, mencuci tangan dengan sabun saat dan setelah beraktivitas serta pengendalian populasi tikus. 

Apabila mengalami Leptospirosis ringan, penderita bisa mengkonsumsi Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari. Namun apabila mengalami Leptospirosis berat, penderita bisa melakukan terapi suportif bila disertai komplikasi. 

Sejauh ini, Herlin memaparkan jika Dinkes Jatim telah melakukan berbagai upaya pencegahan. Antara lain membuat surat kewaspadaan Kejadian Leptospirosis kepada Dinkes Kab/kota di Jawa Timur, menyediakan RDT kepada Dinkes/Rumah sakit yang membutuhkan, sosialisasi Leptospirosis kepada Dinkes Kab/Kota melalui workshop, pertemuan, pendampingan dalam penanggulangan KLB Leptospirosis dan workshop bagi dokter rumah sakit.

Selain itu, Kadinkes Jatim dr Herlin Ferliana meminta agar masyarakat terus mewaspadai potensi Leptospirosis. Apalagi saat ini hampir semua wilayah Indonesia tengah mengalami pancaroba ke musim penghujan. Di mana pada musim penghujan, tubuh dipaksa untuk beradaptasi dengan suhu dan kelembapan yang berbeda dari cuaca sebelumnya. 

"Sehingga jika tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat akan mudah  terjangkit penyakit," ucapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES