Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Mbah Moen, Teladan Inspiratif Lintas Generasi

Jumat, 20 November 2020 - 08:54 | 88.98k
Isbadar Nursit, Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Islam Malang dan Kabag. Humas Universitas Islam Malang (UNISMA).
Isbadar Nursit, Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Islam Malang dan Kabag. Humas Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – K.H. Maimoen Zubair telah wafat di Tanah Suci Mekkah, Arab Saudi, Selasa pagi, 6 Agustus 2019. Wafatnya ulama kharismatis ini bukan hanya menjadi kehilangan besar bagi bangsa Indonesia, tetapi juga bagi masyarakat dunia. Terutama bagi masyarakat dunia yang merindukan hidup tenteram dan penuh toleransi.

Tugas suci Mbah Moen tidak semata-mata mengajarkan ilmu agama bagi ribuan santrinya di Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, Sarang, Jawa Tengah. Lebih dari itu, Mbah Moen juga banyak mengajarkan soal pentingnya hidup bertoleransi, pentingnya cinta tanah air, menghormati perbedaan, menyeimbangkan orientasi kehidupan dunia dan akhirat.

Semasa hidupnya, Mbah Moen adalah tempat bertanya. Ia serupa kamus berjalan yang bisa menjawab semua pertanyaan terkait masalah agama maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia sangat dihormati oleh K.H. Abdurrahman Wahid, K.H. Mustofa Bisri, maupun oleh para kiai muda.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

KH. Maimun Zubair lahir di Sarang, Rembang, Jawa Tengah pada 28 Oktober 1928. Maimun merupakan putra pertama Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah. Sang ibunda adalah putri dari Kiai Ahmad bin Syu'aib, pendiri pesantren al-Anwar yang kelak diwariskan kepada Maimun. Ayah Maimun, Kiai Zubair Dahlan, adalah sosok guru yang telah melahirkan banyak ulama di tanah air, meskipun tidak punya pesantren sendiri. Dikutip dari buku 3 Ulama Kharismatik Nusantara (1988) karya Amirul Ulum, keilmuan dan kealiman Kiai Zubair Dahlan bahkan diakui hingga ke negeri jiran. Mbah Moen juga dididik langsung oleh ayahnya sedari kecil. Ia mempelajari ilmu-ilmu ajaran Islam dengan baik. Bahkan, saat remaja, Maimun sudah hafal berbagai kitab macam al-Jurumiyyah, al-Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharot Tauhid, Sullamul Munauroq, dan masih banyak lagi.

Tahun 1945, Maimun menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Saat itu, usianya baru menginjak 17 tahun. Ia diasuh oleh para ulama di Lirboyo, antara lain: Kiai Haji Abdul Karim atau Mbah Manab, Kiai Mahrus Ali, juga Kiai Marzuki. Maimun kemudian pergi ke Mekah saat usia 21 tahun bersama kakeknya, Kiai Haji Ahmad bin Syu’aib. Sang kakek membawanya berguru kepada ulama-ulama besar, termasuk kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly, dan lainnya.
Segudang ilmu itu lantas ia amalkan, Kiai Maimun sempat mengabdikan diri mengajar di Sarang, di tanah kelahirannya. Pada 1965, Kiai Maimun mengembangkan Pondok Pesantren (PP) Al-Anwar, termasuk dengan menulis beberapa kitab atau buku, seperti: Nushushul Akhyar, Tarajim Masyayikh Al-Ma’ahid Ad-Diniah bi Sarang Al-Qudama’, Al-Ulama’ Al-Mujaddidun, Kifayatul Ashhab, Maslakuk Tanasuk, Taqirat Badi Amali, dan Taqrirat Mandzumah Jauharut Tauhid.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Sosoknya memang sangat dihormati. Sebagai kiai, ajaran agama tidak hanya diperjuangkannya lewat jalur pendidikan, tapi juga politik. Walau berilmu tinggi, sejak awal ia tetap terjun langsung di ranah politik nasional. Bangku DPRD Rembang hingga MPR RI pernah didudukinya dalam beberapa periode jabatan. Namun, ilmu agama dan posisi yang tinggi nyatanya tak lantas mengubah akhlak Mbah Moen. Laksana padi makin berisi makin merunduk, pribadinya yang santun dan matang menjadi contoh bukan hanya bagi para santri-santrinya, tapi juga untuk tokoh nasional lainnya. Sampai akhirnya Kiai Maimun Zubair diangkat sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Tak hanya mentok menjadi tokoh NU, Kiai Maimun juga pernah melebarkan sayap ke dunia internasional dengan menjadi utusan Indonesia dalam Majelis Ijtima Ulama Nusantara kedua di Malaysia pada tahun 2007. Ia juga pernah menjadi anggota ICIS (International Conference of Islamic Scholars) dari Indonesia yang diutus ke Uzbekistan pada tahun 2010.

Tak berhenti sampai situ, sebenarnya Mbah Moen juga menjelma sebagai tokoh kultural dari tulisan-tulisannya yang patut diacungkan jempol. Beberapa kitab yang ditulis Kiai Maimoen Zubair menunjukkan keluasan cara pandang dan cakrawala pemikiran yang jauh ke depan dalam rangka membangun peradaban Islam dengan ilmu dan karya nyata. Sebut saja karyanya yang berjudul Al-Ulama Al-Mujadiddun.

Walau menyoroti masalah ilmiah tentang para pembaharu serta permasalahan fikih keseharian, karya Mbah Moen tetap menggunakan gaya bahasa yang jelas, ringan dan padat, tanpa bertele-tele, hingga di penghujung usianya Mbah Moen tetap mampu melakoni dua perannya dengan apik, baik sebagai ulama, politisi, maupun tokoh kultural. Sebagai ulama, ia tetap mampu memberikan masukan, arahan, nasehat, dan motivasi kepada seluruh elemen masyarakat luas. Nasihat-nasihat kerap menghunjam, mengalir dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami– biasanya dalam bahasa Jawa, menyejukkan, dan kontekstual. Nasihat-nasihat yang mungkin jumlahnya ratusan atau bahkan ribuan yang pernah disampaikan Mbah Moen itulah salah satu warisan terbaik Mbah Moen.

Isinya tentang banyak hal dan tidak langsung melulu tentang agama. Tentang keikhlasan guru dalam mengajar misalnya, Mbah Moen mengatakan:  “Yang paling hebat dari seorang guru adalah mendidik, dan rekreasi yang paling indah adalah mengajar.Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan terkadang hati teruji kesabarannya, namun hadirkanlah gambaran bahwa satu di antara mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga.”

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Isbadar Nursit, Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Islam Malang dan Kabag. Humas Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES