Kopi TIMES

Jumat Berkah: Antara Alim, Arif dan Waqif

Jumat, 20 November 2020 - 08:12 | 107.50k
Zulfan Syahansyah.
Zulfan Syahansyah.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Setiap orang pada hakekatnya sedang meniti jalan (salik) menuju Allah. Tidak bisa ditolak, apalagi menghindar. Jika tidak sampai (wusul) di kehidupan dunia ini, seseorang tentunya akan sampai kepada Allah kelak saat di akhirat.

Apakah mungkin seseorang sampai pada Allah dalam kehidupan di dunia ini?
Edisi Jum'at Berkah kali ini akan mengupasnya secara sistimatika, dan dengan pemaparan tentang alim, arif dan waqif, sebagaimana berikut.

Upaya hamba berjalan menuju Allah merupakan satu ilmu yang bermanfaat, merupakan amal soleh, serta wujud nyata mengikuti perintah yang makruf dan menjauhi yang dilarang. 

Mereka yang memiliki ilmu tersebut adalah para ulama. Tempatnya ilmu di akal dan indra.

Adapun makrifat, maka itu merupakan nur ilahi yang dipantulkan melalui hati para kekasih Allah; mengabarkan tentang hakekat, Asma, sifat serta kerja Allah SWT.

Makrifat ada di dalam hati, sebagai hasil dari tajalli asma dan sifat-Nya. Seorang arif berada di antara ilmu dan makrifat; antara yang dahir dan batin. Jika  ditanya satu masalah, dia dapat memberi dua jawaban: dohir dan batin.

Cahaya dari setiap makrifat adalah sabda Rasulullah SAW:
{اللهم اجعل لي نورا}
"Ya Allah, jadikanlah cahaya untukku"

Jika Allah telah melimpahkan sepercik saja dari cahaya Dzat-Nya ke dalam ruh seorang hamba, maka keilmuan serta kemakrifatan hamba itu terbakar, dan semua unsur dari dirinya tersinari. Hal ini seperti do'a Nabi:
{واجعلني نورا}
"Dan jadikan aku cahaya"

Hamba tersebut, baik diberi tugas oleh Allah, untuk kemudian dianugrahkan untuk umat, baik sebagai Wali Qutub, atau seorang yang alim. Atau untuk lainnya; dihiasi mahligai Asma, serta sifat-sifat ilahiyyah, yang dapat membantunya dalam menjalankan tugas yang diemban. Kemudian dihiasi juga dengan hiasan hakekat makna Asma dan sifat-Nya. Hingga dapat kembali kepada makhluk dengan Allah. Kondisi itulah yang disebut kekal setelah fana (Al-Baqa' ba'da Al-Fana).

Sementara Waqif, adalah hamba pencari (Tuhan) yang fana dalam Dzat yang dicarinya, pendzikir yang hanyut dalam Dzat yang kepada-Nya berdzikir. Karena tiadalah satu apapun yang bisa masuk kepada Allah selain Dzat-Nya.

Seorang yang alim, ilmunya masih jauh menuju Allah. Yang terlihat olehnya adalah  selain Allah. Baginya, Allah adalah Dzat Yang Maha Gaib. Yang disaksikannya hanyalah makhluk yang ada. 

Sedangkan seorang yang arif, Allah merupakan persaksian yang tampak baginya. Sementara selain Allah, adalah sesuatu yang gaib. 

Dan waqif, alam ini sama sekali tiada tampak baginya. Bahkan dirinya sendiri pun tidak terlihat lagi. Meski demikian, semua yang ada dapat terlampaui oleh seorang waqif

{سبحان من لا تعرفه المعارف، وتبارك من تعلمه العلوم، إنما المعارف نور من أنواره، وإنما العلوم كلمات من كلماته}
"Maha suci Dzat Yang tiada bisa diketahui oleh ma'rifah. Maha Mulia Dzat Yang tidak terjangkau oleh ilmu pengetahuan. Ilmu makrifat hanyalah satu dari beberapa cahaya-Nya. Dan ilmu pengetahuan tidak lain adalah satu dari beberapa kalimat-Nya. 

Amalan seorang alim-soleh bisa membantunya. Hanya saja tidak bisa terlalu diandalkan. Karena amalannya bukan murni untuk Allah SWT.

Sedangkan seorang arif, dia menjadikan makrifatnya sebagai landasan amal, dan ketika masuk ke liang kubur, amal kebajikannya dapat menghiburnya bersama dekapan (rahmat) para malaikat. Makrifat dan malaikat mengasihi seorang arif. Hanya saja, liang kuburnya tetap terasa sempit baginya. Namun makrifatnya berjuang untuknya di alam kubur.

Adapun seorang waqif, dia masuk kepada Allah semata. Dia tidak beramal untuk-Nya. Karena Allah lah yang menjumpainya. Allah adalah wali bagi hamba yang waqif. Allah lah yang menghiburnya dengan Dzat-Nya. 

Amal ibadah untuk akhirat, tujuan utamanya bisa masuk surga, atau selamat dari neraka. Amalan jenis ini terputus masa berlakunya setelah kematian. Sementara amalan yang dilakukan hamba karena Allah, saat kematian justru semakin bertambah. Ilmunya semakin bertambah, dan makrifatnya kian meningkat.

Seorang waqif yang mati,  musyahadahnya kian bertambah. Ilmu tidak bisa mengungguli makrifat. Dan makrifat pun tidak bisa mengalahkan musyahadah.

{العالم في الرق، والعارف مكائب، والواقف حر}
"Seorang yang alim berada dalam lembaran. Yang arif adalah meja. Dan seorang waqif itu merdeka"

Semua gerakan seorang waqif adalah ibadah. Karena dia melihat sang Penggerak dalam gerakannya. Satu-satunya dosa baginya adalah ketika dia melihat dirinya yang melakukan amal ibadah. Hal itu baginya adalah satu kesyirikan.

Jika terbersit dalam hati ini keinginan kepada selain-Mu, meski karena lupa, maka itu sudah murtad.

Setiap apa yang membawu kepada Allah, maka itulah Al-Haq. Apa yang mengantarmu pada kemakrifatan, itu dari makrifat. Dan apa yang yang membuatmu tahu, itu dari pengetahuan (ilmu).

Seorang yang alim pindah menuju ke akhirat dengan kematian. Sementara yang arif, dia tidak ke akhirat dengan kematian. Adapun yang waqif, dia tidak berpindah. Dia tetap sebagaimana adanya.

{إن دعوتني في الوقفة؛ خرجت من الوقفة. لأن الدعاء من عبد لرب، والوقفة ليس فيها غير الرب}
"Jika Kamu menyeru aku dalam ke-wuquf-an (waqfah), maka aku telah keluar darinya. Kerana doa itu dari hamba kepada Tuhan. Sedangkan yang ada di waqfah hanya Tuhan"

Orang yang alim melaksanakan solat. Yang arif, khusu'. Dan yang waqif, justru solatlah yang membanggakannya. Ka'bah mengelilingi seorang yang waqif dan mencium kepalanya. Dan surga, merindukannya.

 

Zulfan Syahansyah At-Tijani

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES