Peristiwa Daerah

Kelas Rangkap di Probolinggo Masuk Top 30 Kovablik Jatim, Apa Keunggulannya?

Kamis, 19 November 2020 - 10:26 | 363.83k
Bupati Probolinggo, Tantriana Sari (kanan) menerima penghargaan atas inovasi Bela Sang Raja (foto: Humas)
Bupati Probolinggo, Tantriana Sari (kanan) menerima penghargaan atas inovasi Bela Sang Raja (foto: Humas)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Inovasi Pembelajaran Kelas Rangkap Masyarakat Sejahtera (Bela Sang Raja) dari Dispendik Kabupaten Probolinggo, masuk dalam top 30 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Kovablik) Jatim tahun 2020. 

Bupati Probolinggo, Tantrian Sari menerima penghargaan dari Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI atas inovasi tersebut. 

Penghargaan diserahkan oleh Deputi Bidang Pelayanan Publik Kemen-PAN dan RB, Diah Natalisa didampingi Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa di The Singhasari Resort, Kota Batu, Jumat pekan lalu. 

Apa hebatnya inovasi ini? Berdasarkan data Dispendik setempat, terdapat 587 SDN di Kabupaten Probolinggo. Dari angka tersebut, ada 97 SD yang hanya memiliki siswa di bawah 60. Itu setara dengan 16,52 persen.

Kemudian 38 lembaga dari 97 SD kecil ini berada di kawasan terpencil dengan akses yang sulit dijangkau. Yakni di Kecamatan Lumbang, Sukapura, Sumber, Kuripan, Tiris, Krucil, dan Kecamatan Gading.

Selain itu, Dispendik juga mencatat adanya kekurangan guru. Per Agutus 2019, Kabupaten Probolinggo kekurangan 726 guru. Rinciannya, 564 guru SD dan 162 guru SMP. Jumlahnya semakin membengkak setiap tahun karena pensiun.

Lantas, Inovasi Bela Sang Raja menjadi solusi atas problem tersebut. Bupati Probolinggo, Tantrian Sari menyebut, kelas rangkap meningkatkan mutu pendidikan. Utamanya pada daerah yang kekurangan guru SD. 

Kelas rangkap juga jadi solusi sulitnya akses menuju sekolah pada wilayah pegunungan dan terpencil, serta minimnya jumlah siswa.

“Kelas rangkap ini telah berjalan dua tahun terakhir. Kami jalankan sejak 2018 di delapan sekolah di Sukapura,” kata Tantriana Sari saat presentasi inovasi Bela Sang Raja di hadapan juri Kovablik.

Delapan sekolah itu adalah SDN Sapikerep III, SDN Ngadisari II, SDN Wonokerto II, SDN Sukapura IV, SDN Sukapura III, SDN Ngadisari I, SDN Sariwani II, dan SDI Nurul Hikmah As-Sholeh.

“Tahun ini, inovasi ini direplikasi ke 91 SD lain di Kabupaten Probolinggo,” kata bupati perempuan pertama di Probolinggo ini. Kini, kelas rangkap telah diterapkan di 99 SD di Kabupaten Probolinggo.

Satu Guru Mengajar Dua Kelas Sekaligus

Dalam kelas rangkap, seorang guru mengajar dua kelas sekaligus dalam ruangan dan waktu yang sama. Metode ini menghemat anggaran dan meningkatkan efisiensi tenaga pengajar. Yang seharusnya butuh tiga atau empat guru, menjadi satu guru saja.

Guru SDN III Sukapura, Veri Herlia mengatakan, di tengan keterbatasan guru, dirinya terbiasa mengajar di dua kelas sekaligus di saat yang sama. Yakni kelas I dan kelas II. Karena itu ia mondar-mandir dari satu kelas ke kelas lainnya.

Konsentrasinya terpecah. Saat ia masuk ke ruang kelas 1, siswa kelas II jadi ramai. Begitu juga sebaliknya.

Tapi dengan metode kelas rangkap, problem itu teratasi. Siswa dua kelas berbeda, ia kumpulkan dalam satu ruangan dan waktu yang sama. Hasilnya?

“Terjadi persaingan yang positif (di kelas). Anak kelas I yang lambat terbantu dengan tutor sebayanya di kelas II,” ungkapnya.

Untuk itu, Kompetensi dasar atau KD kelas I dan II ia padukan. Misalnya, KD kelas I mengenal bend-benda di langit. Sementara KD kelas II menyebutkan kegiatan siang dan malam. 

Dua KD tersebut bisa dipadukan ,menjadi satu materi pembelajaran dengan satu media. Tapi dengan tujuan kelas yang berbeda.

Tingkatkan Nilai Akademik dan Efisiensi Anggaran 

Kepala Dispendik, Fathur Rozi menyebutkan terjadi peningkatan nilai siswa sebagai dampak dari pembelajaran kelas rangkap. Nilai numerasi siswa yang sebelumnya rerata 54 naik menjadi 72,2.

Nilai pada domain kognitif mengetahui, naik menjadi 78,6 dari sebelumnya 60,7. Kemudian nilai pada domain kognitif aplikasi naik menjadi 54,5 dari sebelumnya 36,9.

Pembelajaran kelas rangkap juga berdampak pada efisiensi anggaran rekrutmen atau gaji/honor guru, hingga pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana sekolah. 

Untuk guru saja, terjadi efisiensi Rp 7,2 miliar untuk guru PNS, dan Rp 4,5 miliar untuk guru tidak tetap atau GTT.

Kemudian untuk pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana di 99 sekolah yang menerapkan pembelajaran kelas rangkap, efisiensi hingga Rp 40,9 miliar. “Dampaknya luar biasa terhadap evisiensi anggaran Dispendik Kabupaten Probolinggo,” kata Rozi. (adv)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES