Kopi TIMES

Alternatif Percepatan Solusi Ekonomi Dampak Covid-19: Indonesia GR & GR

Rabu, 18 November 2020 - 23:04 | 78.67k
ILUSTRASI - Percepatan Solusi Ekonomi. (FOTO: Pikiran Rakyat)
ILUSTRASI - Percepatan Solusi Ekonomi. (FOTO: Pikiran Rakyat)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Wabah Covid-19 di beberapa daerah memang sudah menunjukkan penurunan kasus dan peningkatan pasien yang sembuh. Namun kepastian sampai kapan wabah Covid-19 lenyap total dari bumi pertiwi sepertinya belum ada yang bisa menjawab. Besar harapan tahun 2021 wabah Covid-19 bisa lenyap total di bumi Nusantara ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data pertumbuhan ekonomi (Economic growth /EG). Terkait Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 di bandingkan tahun sebelumnya (yoy)  mengalami kontraksi. Pada kuartal II (QII) minus 5,32 persen. Berlanjut pada QIII minus 3,49 persen.

Sedikit yang melegakan bahwa angka kontraksi ekonomi Indonesia masih relatif terlihat lebih kecil dibanding negara Asean lainnya. Tertinggi Malaysia minus 17,1 persen. Singapura  minus 13,3 persen dan Thailand minus 12,2 persen secara tahunan (yoy).

Di Indonesia sedikit  tertolong oleh konsumsi Pemerintah dengan tren positif 9,76 persen. Kontraksi terbesar dialami oleh impor minus 21,86 persen dan ekspor minus 10,82persen. Disusul laju investasi minus 6,48 persen, konsumsi rumah tangga minus 4,04 persen dan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) minus 2,21 persen.

Sektor transportasi dan pergudangan juga mengalami dampak yang buruk. Penyumbang 3,57 persen  PDB itu terkontraksi 30,84persen (QII yoy). Terutama yang terparah Transportasi udara dan Rel  terkontraksi  80,23 persen dan 63,75 persen. Sedangkan pada QIII tahun 2020 terkontraksi 15,61 persen (c-to-c)

BPS mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tembus angka psikoligis 7 persen yaitu tepatnya 7,07persen. Kendatipun ada catatan pada Agustus 2011 berada posisi lebih tinggi yaitu 7,48 persen. Agustus 2020 TPT tercatat naik 1,84 persen (yoy). Dibanding Agustus 2019 jumlah penduduk yang bekerja berkurang 0,31 persen menjadi 128,45 juta di tahun 2020 ini.

Terkait dampak Covid-19 terhadap pekerjaan  penduduk ditemukan catatan BPS ada 29,12 juta orang (14,28persen) penduduk usia kerja terdampak Covid-19. Dengan rincian :

a. Pengangguran karena Covid-19=2,56 juta orang.
b.Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19= 0,76 juta orang.
c.Penduduk tidak bekerja karena Covid-19 = 1,77 juta orang.
d.Penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 = 24,03 juta orang.

Dari sedikit gambaran di atas mencerminkan keterkaitan antara wabah Covid-19 dan kontraksi ekonomi Indonesia, sebagai siklus dari :
a. Pembatasan dan pengurangan mobilitas.
b. Pengurangan produktivitas kerja.
c. Peningkatan pengangguran
d. Pengurangan pendapatan masyarakat.
e. Pengurangan daya beli masyarakat.
f.  Pengurangan transaksi perdagangan barang dan jasa.
g. pengurangan produktivitas barang dan jasa
h. Kontraksi perekonomian.

Pengurangan mobilitas masyarakat  adalah awal dari dampak wabah Covid-19. Sehingga berujung pada dampak turunan yang menimbulkan siklus kontraksi ekonomi.

Beberapa pemberitaan dan rilis  menyatakan bahwa pada ruangan tertutup dan ber AC dengan sistem pengaturan sirkulasi udara kurang bagus, dapat  menyebabkan  resiko lebih tinggi penularan Covid-19. Kondisi ini turut memberikan kontribusi pola pergerakan dan distribusi ekonomi masyarakat. Mall dan segala aktivitas bisnis di dalamnya paling sangat terdampak.

Di samping belanja dan aktivitas online, pergeseran yang terjadi diantaranya masyarakat lebih banyak ke arah aktivitas outdoor. Beberapa destinasi wisata outdoor lebih mulai menggeliat. Tapi masih sangat terbatas. Belum ada magnit untuk lebih memperbesar peningkatan mobilitas masyarakat. Walaupun dari beberapa kali pengamatan, tidak saja pada hari libur. Pada hari kerja juga ada wisatawan lokal outdoor berbasis  wisata keluarga terlihat mulai menggeliat. Air terjun, pantai, dan taman wisata daerah dingin perbukitan. 

Beberapa hari lalu disalah satu destinasi wisata di kawasan Sukapura Bromo, pada hari kerja saja sudah penuh pengunjung, bahkan diminta harus menunggu satu jam baru bisa masuk. Spot destinasi lain di sekitarnya, ada kolam renang anak-anak, dan ternyata sudah banyak anak-anak yang berenang dan keluarga yang mendampingi. Ada yang naik roda putar Bianglala di puncak bukit. Ada juga air terjun dan areal outbond di Kawasan Trawas Kabupaten Mojokerto tidak sedikit yang berwisata di sana termasuk anak-anak remaja. Demikian juga beberapa destinasi taman bunga di Kawasan Kota Batu dan Malang Raya. Diyakini beberapa spot destinasi serupa di daerah lain sudah mulai menggeliat. Sempat terbesit bahwa Covid-19 sebenarnya tidak membuat surut untuk melakukan wisata keluarga dan anak-anak remaja. Namun sekali lagi masih perlu dorongan dan magnit yang lebih kuat lagi. 

Dorongan agar masyarakat kembali normal melakukan mobilitas, khususnya diawali mobilitas outdoor dan dibarengi dengan konsistensi  pengendalian disiplin protokol kesehatan yang ketat, adalah salah satu solusi percepatan pemulihan ekonomi. Pada masa transisi, sambil menunggu lenyapnya wabah Covid-19,  perlu terus digalakkan  secara masif dan terintegrasi pergeseran optimasi gelaran ekonomi outdoor.

Misalnya di Provinsi Jawa Timur, sebagai pengejawantahan program Jatim Cettar yang digagas Hj.Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, agar terus digelorakan mobilisasi ekonomi inklusif JATIM GR&GR (Jatim GeRakan Gotong Royong). Sebuah gerakan yang berjalan terus. Tidak berhenti setelah seremonial. Harus dibuat even berkelanjutan berkonsep outdoor. Mobilisasi 'demand driven'. Membuat even harian, mingguan, bulanan dan tahunan perlu dilakukan lebih banyak lagi. Even seni, budaya, sport serta ekonomi UMKM dipadukan dengan  transportasi dan wisata  outdoor. Demikian juga perlu gerakan bersama untuk semua Provinsi/ Kabupaten dan Kota lain di Indonesia.

Di alun-alun dan stadion  juga bisa untuk gelaran itu, di luasan  lapangan rumput itu, bisa di buatkan semacam kotak catur besar, yang di beri tanda, di kotak mana pengunjung boleh dan tidak boleh berdiri sebagai alat kendali jaga jarak disiplin protokol Covid-19,  di samping harus pakai masker dan cuci tangan. Alun-alun,  stadion dan areal lapangan lainnya  bisa lagi digunakan sebagai salah satu spot gelaran ekonomi out door. Sebelum wabah Covid-19 beberapa Kabupaten/Kota memang sudah ada yang menerapkan, semisal gelaran pasar malam. Program ini tentu tidak bisa di benturkan dengan protokol larangan berkerumun. Kiranya yang dilarang berkerumun adalah yang melanggar protokol kesehatan dan tidak memiliki nilai 'Multiplier Economic Benefit (MEB)'.

Terkait integrasi dengan destinasi wisata. Berbagai komunitas  perlu digerakkan lagi, difasilitasi dan diberi insentif tarif transportasi wisata dan insentif terkait lainnya. Program JATIM GR&GR berbasis RT, KAMPUS dan KOMUNITAS. Komunitas ibu-ibu PKK dan Muslimat NU misalnya. Komunitas Mahasiswa dan Santri Pesantren sangat potensial juga digerakkan dalam program JATIM GR&GR. Mereka perlu di mobilisasi melakukan kunjungan ke berbagai destinasi wisata. Saya yakin Mahasiswa, ibu-ibu PKK, para santri dan Muslimat NU bila digerakkan dapat  menjadi magnit dan bisa mengambil peran strategis sebagai salah satu pelopor pemulihan ekonomi dampak Covid-19. Kalau Mahasiswa,  ibu-ibu PKK, para Santri dan Muslimat NU bergerak, maka semua sendi-sendi ekonomi akan lebih cepat bergerak semuanya.

Sudah ada Program KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Misalnya KSPN BTS (Bromo Tengger Semeru).Saat ini sudah ada armada DAMRI yang di tunjuk Kemenhub sebagai jembatan mobilitas program KSPN. Namun dalam implementasinya masih banyak kendala. Kendala karena hanya menunggu demand. Itupun sebatas di simpul integrasi transportasi seperti bandara, Stasiun dan terminal di Surabaya dan Malang Raya. Hasil yang ada saat ini  pergerakan armada DAMRI yang sudah beroperasi beberapa bulan masih banyak seat yang kosong.  Mestinya secara kolaboratif dengan sektor lain, demand KSPN harus di driven. Digerakkan dan dimobilisasi. Sehingga seat armada DAMRI bisa penuh penumpang dan juga armada transportasi publik lainnya akan turut mendapatkan demand yang memadai.

Tidak bisa hanya memprogram 'supply chain' saja. Tidak kalah pentingnya 'demand chain' harus dikondisikan juga. Selama ini dalam banyak hal masalah ekonomi, yang sering dibahas soal 'supply chain management (SCM)'. Masih sangat sedikit membahas dan membuat gagasan out of the box soal 'demand chain management (DCM)'. Masih jarang mendapatkan bahasan konsep 'demand chain management' dalam pemulihan ekonomi dampak Covid-19.

Demikian juga, masih ada kendala mobilisasi armada DAMRI pelayanan KSPN. Misalnya beberapa waktu lalu di Bandara Abdurrahman Saleh Malang, armada DAMRI belum bisa masuk didalam Bandara. Bisanya hanya menunggu dan menurunkan penumpang didepan  gapura luar Bandara. Di beberapa daerah juga mendapat penolakan dari komunitas angkutan publik lainnya. 

Padahal ini Program STRATEGIS NASIONAL. Semetinya harus didukung dan diamankan oleh siapa saja. Agar harapan normalisasi kondisi ekonomi  dapat terealisasi dalam tempo yang cepat. Harus dijalankan dengan cara-cara 'out of the box'.

Tidak bisa dengan cara biasanya yang serba birokratif dan  bertele-tele. Di lapangan selalu ada pertanyaan, kalau ada kendala implementasi dan operasional, siapa komandan yang bertanggung jawab mengamankan keadaan di lapangan? Apalagi program yang sifatnya lintas sektoral. Perlu ditunjuk lagi komandan operasional yang lebih memiliki power kuat untuk mengamankan kebijakan itu. Bila tidak, implementasinya akan berlarut-larut dan saling menunggu antar pihak dan antar OPD. 

Rasanya tidak cukup kuat seorang  kepala OPD (Dinas/Badan) untuk mengamankan operasionalisasi PROGRAM STRATEGIS NASIONAL yang lintas sektoral. Setidaknya berharap ditunjuk komandan TNI/Polri sebagai leading sector pengamanan operasional kebijakan yang sudah ditetapkan. Terlebih banyak hal kendala operasional berpotensi menimbulkan dampak sosial dan gangguan stabilitas keamanan, yang sangat mungkin ditimbulkan oleh pihak yang merasa kurang diuntungkan.

Kepala OPD tidak cukup power untuk itu. Bahkan akan menimbulkan banyak penyitaan waktu, biaya dan gangguan fokus terhadap produktivitas tupoksi teknis dan fungsi strategisnya.

Besar harapan nafas Program GR&GR bisa terus dikembangkan dalam berbagai kegiatan sosial ekonomi yang lainnya.  Semoga Kebijakan JATIM CETTAR , kemudian  bisa diejawantahkan  dalam bentuk program aksi  JATIM GR&GR , akan menjadi sumber inspirasi nasional sebagai program 'INDONESIA GR&GR'. Setidaknya sebagai salah satu program tambahan optimalisasi Economic Demand Chain Management (EDCM) dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi dampak Covid-19.

***

*) Oleh : IMAM CHAIRIL S., ATD, SE, M.MT; Pemerhati masalah ekonomi pembangunan; Anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.(ISEI) Cabang Surabaya. Koordinator Wilayah Jawa Timur.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES