Indonesia Positif Universitas Islam Malang

BEM Unisma Malang Sambung Rasa dengan BEM UNUSIA, Ini yang Dibahas

Selasa, 17 November 2020 - 16:24 | 55.67k
Kegiatan sambung rasa BEM UNISMA bersama BEM UNUSIA dan BEM UNUSA. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Kegiatan sambung rasa BEM UNISMA bersama BEM UNUSIA dan BEM UNUSA. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Kegiatan sambung rasa yang bertujuan memperkuat silaturahmi antar BEM kembali di gelar BEM Unisma Malang Kabinet Utkarsa 2020, Sabtu (14/11). Presiden Mahasiswa Unisma Malang A. Faruuq bertemu Wapresma BEM Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) dan Riswan Presiden Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA).

Pada kesempatan tersebut Wapresma BEM UNUSIA, Dimas Prayogo  menuturkan bahwa secara reformis ajaran ahlussunah wal jamaah an-nahdliyah perlu kembali diperkuat guna menyongsong ajaran aswaja vis a vis paham radikal. “Hari ini kita melihat ekspansi besar besaran yang dilakukan oleh actor tidak bertanggung jawab yang melempar paham Indonesia Khilafah. Ini perlu di lawan, bahkan jika perlu dibumi hanguskan, karena negara kita yang heterogen ini berbeda beda tetapi tetap satu jua. Harus saling menghormati, dan menghargai perbedaan umat beragama lain,” ungkapnya.

Narasi tentang Islam Nusantara kemudian ditambahkan oleh Presma UNUSA Surabaya yaitu Riswan. Islam Nusantara sebagai produk islamisasi yang mengadopsi budaya nusantara. “Dari sejarah kita belajar, islam masuk ke Indonesia bukan melalui jalur perang, atau kekerasan. Tetapi proses yang kita sebut dengan ‘akulturasi budaya,’ peleburan juga adaptasi islam dengan khazanah kekayaan budaya bumi Nusantara,” terangnya dalam diskusi.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

A. Faruuq, Presiden Mahasiswa Universitas Islam Malang lalu membuat pengerucutan masalah pada dinamika yang terjadi di ranah mahasiswa. “Mahasiswa adalah produk fundamental guna menyebar, mensosialisasikan, dan memberi pemahaman kepada masyarakat luas. Toleransi yang telah dibangun melalui proses akulturasi budaya harus terus dijalankan. Di samping juga memperkuat ajaran aswaja, sebagai pemertahanan agar tidak terjadi goncang sejak dalam alam pemikiran mahasiswa, sehingga nantinya mudah di susupi paham radikalis, bahkan liberalis,” terang Faruuq sapaan akrabnya.

Sambung rasa tersebut kemudian diakhiri dengan tukar silang untuk menemukan formulasi dari dinamika yang terus bergulir di kampus. Sehingga dari tukar pendapat tersebut bisa menghasilkan proses reduksi yang dapat digunakan sebagai jalan keluar di kampus. (*)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Pewarta: Jihan, Biro Jurnalistik Kemenkominfo BEM Unisma Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES