Indonesia Positif Universitas Islam Malang

Sambung Rasa dengan KH Agus Sunyoto, BEM Unisma Malang Diskusi Tentang Kleptokrasi Kebudayaan

Selasa, 17 November 2020 - 15:31 | 58.43k
Kegiatan sambung rasa BEM Unisma bersama KH Agus Sunyoto. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Kegiatan sambung rasa BEM Unisma bersama KH Agus Sunyoto. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – BEM Unisma Malang menjalin silaturahmi dalam framing kegiatan ‘Sambung Rasa’ dengan KH Agus Sunyoto, Ketua PP Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (LESBUMI), Sabtu (14/11).

Sambung rasa ini dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bersama dengan Kementerian Sosal Politik, Hukum dan HAM BEM Unisma Malang Kabinet Utkarsa 2020. Dua Kementerian tersebut membincang perihal realita dalam dunia kebudayaan, dan hubungan dengan ekopol atau ekonomi politik.

Sambung rasa diawali dengan perbincangan santai bersama KH Agus Sunyoto sekaligus menyampaikan maksud dari BEM Unisma hendak mengundang beliau untuk bedah buku Gadjah Mada jilid tiga. KH Agus Sunyoto menyampaikan fenomenologis yang terjadi belakangan ini sebagai bentuk kecemasan bersama.

"Kampus, lembaga pendidikan sekarang tidak bisa berlangsung sepertinya biasanya. Inilah kesempatan besar pesantren untuk melakukan upgrading ilmu pengetahuan. Karena hingga detik ini lembaga pendidikan yang sudah aktif secara sirkulasi, ya pesantren," jelasnya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

KH Agus Sunyoto kemudian menyampaikan perihal kondisi kleptokrasi. istilah ini mengacu kepada sebuah bentuk administrasi publik yang menggunakan uang yang berasal dari publik untuk memperkaya diri sendiri. Kondisi pandemi, memaksa untuk lebih individual dengan daring dan serba daring.

“Bahkan saya memprediksi, disiplin ilmu yang dulunya dibutuhkan , atau sangat dibutuhkan. Ambil contoh saja kedokteran, suatu saat bisa teralienasi dengan keberadaan teknologi. Sekarang bayangkan, orang dulu itu kalau mau mendiagnosa penyakit harus pergi ke dokter. Lah sekarang, keberadaan halo doc, dan lain semacamnya itu kita tinggal duduk di dalam rumah saja diagnose tentang keluh kesah yang dialami bisa diketahui. Inikan saya sebut kleptokrasi kebudayaan, karena seolah seolah kita berhasil diperintah, atau memerintah sesuatu yang abstrak,” terang KH Agus Sunyoto.

Pada penyampaian akhir, beliau menyampaikan perihal penting bersifat sosial dan kolektif kolegial. “Keluar dari pandemi covid 19, atau kondisi pasca pandemi covid-19 kita tidak bisa terus bersifat individu. Kita harus kembali pada budaya gotong royong yang sudah lama dimiliki bangsa Indonesia, dan mulai luntur belakangan ini,” tambah KH Agus Sunyoto.

Diyaul Haqqi sebagai Menteri Kemensospolkumham, menyampaikan bahwa dari sudut pandang ekopol ia sering memiliki keresahan atas konstruk yang terjadi dewasa ini. “Dari sekian banyak teori yang dianut dalam ekopol, barangkali yang telah banyak merusak memang kleptokrasi tersebut,” terang Deky sapaan akrabnya.

M Afnani Alifian, juga menambahkan kebudayaan memang tidak bisa selalu dipaksa untuk cepat, dan tergesa gesa apalagi dipaksa untuk menyesuaikan. “Seperti istilah yang pernah diungkapkan Seno pada pidato kebudayaan 2020. Bahwa slowbalization memang diperlukan, apalagi  dengan kondisi yang menjadi keresahan KH Agus Sunyoto termasuk keresahan umat manusia peralihan fungsi, sehingga timbul kleptokrasi,” tambah kemdikbud BEM Unisma Malang. (*)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Pewarta: Jihan, Biro Jurnalistik Kemenkominfo BEM Unisma Malang

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES