Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Meminimalisasi Pengunaan Istilah Sulit dalam Pembelajaran

Selasa, 17 November 2020 - 13:01 | 84.19k
Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah menjadi wartawan dan saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).
Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah menjadi wartawan dan saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Kegiatan pembelajaran memang memerlukan usaha khusus agar siswa atau mahasiswa mampu mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, kegiatan ini memerlukan media dan metode pembelajaran yang efektif. Metode dan media ini berperan penting dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran tersebut. Akan tetapi, ada sesuatu yang tidak kalah penting, yakni bagaimana seorang guru atau dosen menyampaikan materi pelajaran tersebut kepada siswa atau mahasiswanya.

Sering kali dengan media dan metode pembelajaran yang sama, tetapi tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran sangat berbeda. Hal tersebut mungkin dikarenakan cara penyampain dari guru dan dosen tersebut. Hal yang mungkin selama ini kurang diperhatikan adalah pemilihan kata oleh guru dan dosen dalam penyampaian materi pelajaran itu.

Dunia pendidikan memang sering dikaitkan dengan istilah-istilah teknis yang terkadang tidak semua dapat dipahami oleh siswa dan mahasiswa. Penggunaan istilah teknis memang sering kali membuat penggunanya terlihat lebih melek literasi atau lebih intelek. Hal tersebutlah yang membuat beberapa orang menjadikan guyonan tentang pemakian istilah-istilah sulit itu.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Beberapa komedian di televisi atau media sosial misalnya, mereka menggunakan istilah-istilah sulit yang terkesan ngawur dan tidak cocok dengan konteks pembicaraannya, sehingga orang yang mendengarnya menjadi tertawa lepas. Guyonan tersebut bisa jadi merupakan bentuk sindiran terhadap seorang yang gemar menggunakan istilah-istilah sulit dalam berkomunikasi. Mungkin juga merupakan suatu kritik bagi seorang guru atau dosen yang gemar menggunakan istilah-istilah sulit dalam pembelajaran.

Dengan demikan, alangkah bijak seorang pengajar lebih menyederhanakan bahasanya saat proses pembelajaran, khususnya dalam menjelaskan materi pelajaran. Pengenalan istilah sulit dapat menjadi materi sendiri, seperti halnya menghafal kosa kata dalam bahasa asing. Sementara itu, komunikasi pembelajaran tetap menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar siswa paham dengan materi yang disampaikan.

Selama ini sering kali ditemukan mahasiswa atau siswa yang lebih tertarik pada seorang dosen atau guru tertentu dibanding guru atau dosen yang lain. Alasan ketertarikan tersebut dikarenakan pemakaian bahasa yang sederhana oleh sang guru atau dosen, sehingga mudah dipahami. Begitu pula sering kali dosen dan mahasiswa terlibat salah pengertian ketika bimbingan tugas akhir. Mahasiswa sering tidak memahami apa yang diinginkan dosennya karena banyaknya istilah sulit yang digunakan sang dosen ketika menjelaskan materi pelajaran kepada mereka.

Dalam komunikasi lisan saat pembelajaran alangkah baiknya seorang guru atau dosen memilih kata-kata yang mudah dipahami oleh pendengarnya sehingga siswa atau mahasiswa mampu menangkap pesan yang disampaikan atau materi yang dijelaskan. Hal ini sesuai dengan hakikat bahasa pada umunya, yakni bahasa merupakan sarana berkomunikasi antara pembicara dan pendengar, atau penulis dan pembaca. Di dalamnya tentu terdapat pesan yang disampaikan dengan harapan dapat diterima dengan baik. Atau mungkin ketika guru dan dosen masih memunculkan istilah sulit dalam pembelajaran, alangkah baiknya setelah pemunculan istilah itu diberikan pula arti dengan kata yang mudah. Semisal ketika memunculkan kata “distingsi” setelahnya dimunculkan artinya, yakni “pembeda” atau “perbedaan dengan yang lain”.

Sementara itu, dalam bahasa tulis, khususnya dalam tulisan karya ilmiah, pemakain istilah teknis ini dapat dikatakan lebih bebas. Karena dalam bahasa tulis pesan yang disampaikan tidak harus dicerna langsung. Pembaca mempunyai cukup waktu untuk  mencerna makna dan pesan tulisan itu. Jika pembaca menemukan istilah sulit, mereka mempunyai cukup waktu untuk mencari di kamus, sehingga mereka menjadi paham makna dan pesan tulisan itu.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah menjadi wartawan dan saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES