Olahraga

Manajemen Arema FC Angkat Bicara, CEO Arema FC Agoes Soerjanto: Wali Kota Sutiaji Bikin Kegaduhan Baru

Selasa, 17 November 2020 - 05:46 | 406.19k
CEO Arema FC Agoes Soerjanto. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)
CEO Arema FC Agoes Soerjanto. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGCEO Arema FC Agoes Soerjanto meminta semua pihak agar tidak memicu kegaduhan baru lewat gerakan Satu Arema. Termasuk pernyataan Wali Kota Malang Sutiaji.

Diketahui, saat menemui Aremania, Sutiaji menjanjikan waktu tujuh hari untuk memanggil organ Yayasan Arema. Langkah itu dianggap Agoes secara niatan itu baik, namun tentunya wali kota Malang akan lebih bijak untuk bertemu dan saling bicara secara langsung dengan komponen yang terkait dengan Arema. 

"Jangan sampai muncul kegaduhan baru karena ketidaktahuan atau kekurangan informasi terkait akar persoalannya. Mengingat bahwa persoalan Arema ini, adalah persoalan internal rumah tangga Arema. Jadi lebih baik wali kota Malang mendapatkan informasi dari berbagai pihak utamanya yang terlibat langsung mengelola Arema," paparnya.

Selaku pimpinan tertinggi di Manajemen Arema FC, Agoes pun mengaku merasa perlu memberikan tanggapan terkait pernyataan Sutiaji, agar masyarakat bisa lebih memahami dan Aremania bisa mengerti persoalan sebenarnya. 

“Karena terkait dengan Arema, meskipun fokus pada keinginan mengaktifkan Yayasan Arema, tentunya sebagai stake holder langsung pengelola Arema FC, maka kami perlu merasa menanggapi dan berbicara terkait persoalan klub kebanggaan ini,” ungkapnya.

Waketum PP GM FKPPI ini menganggap bahwa Arema tidak mengalami perpecahan. “Kami tidak pernah mengkluster keberadaan Arema, kami justru menghormati dan juga mendukung agar kedua Arema berprestasi. Kami membangun Arema FC ini dengan penuh keterbukaan. Silakan datang ke Arema FC, kami akan melayani dan membuka ruang untuk berdiskusi untuk kemajuan Arema. Kami tidak pernah merasa terpecah, tapi saling mensupport," paparnya.

"Saya asli Arek Malang, tidak ada watak atau sikap Arek Asli Malang yang bicara atau ingin perpecahan dalam berbagai hal, apalagi bicara Arema,” tegas Agoes yang didampingi sesepuh Arema, Ovan Tobing.

Hal ini yang patut diketahui pejabat publik seperti wali kota Sutiaji. Memberi waktu tujuh hari untuk memanggil organ yayasan itu, bagi Arema akan menciptakan kegaduhan baru jika keliru memahami. Harusnya, lanjut Agoes, walikota memahami dulu akar persoalannya. 

Bahkan pihaknya menyayangkan dengan sikap walikota yang langsung memberikan warning kepada kedua klub, jika diantara pihak yang tidak mau dipersatukan, maka satu diantaranya dilarang menggunakan fasilitas milik Pemkot Malang.

“Hal itu ditujukan kepada siapa, jika ditujukan kepada kami, pernyataan walikota justru seperti mendikotomi fakta saat ini. Di mana kami tetap menjaga eksistensi Arema dengan tetap latihan dan ikut serta di kompetisi resmi. Dan selama ini, kami menggunakan fasilitas Pemkot Malang, kami tetap profesional dan tetap bayar. Kita berkontribusi ke PAD. Tapi jika memang ada larangan kita tidak boleh mempergunakan fasilitas tersebut. Kami menunggu surat resminya, kami akan siap jalankan. Kita tidak akan gunakan fasilitas milik Pemkot Malang,” tegas Agoes.

Tebang Pilih Hadapi Massa Aksi

Agoes juga menyayangkan sikap Sutiaji yang seperti tebang pilih menghadapi massa aksi demo. “Kami tentunya bangga kepada Aremania yang beberapa lalu turut aktif melindungi kotanya dari pelaku anarkisme," ujarnya.

Namun, yang disayangkan, kenapa wali kota Malang justru tidak menemui massa pendemo omnibus law yang sangat provokatif dan melakukan tindak kekerasan.  Ada apa dengan Pak Wali,” ujarnya.

Karenany Agoes mengajak dilakukan diskusi dengan baik. Jangan sampai ada pihak yang memanfaatkan isu ini untuk saling membenturkan Arema dan Aremania. 

Ini juga terkait masalah hukum di internal Arema. Semua ada pertanggungjawaban secara hukum. Apa yang sekarang dilakukan Arema FC, tujuannya turut berkompetisi dan memberikan hiburan rakyat. 

"Maaf jika boleh kami sampaikan, sampai saat ini kami belum merasakan kontribusi aktif Pemkot Malang kepada Arema. Sebaliknya, image Arema selalu dimanfaatkan dan digunakan untuk kepentingan pencitraan pimpinan dan Pemkot Malang,” tandas Agoes. 

Apalagi, Arema FC sampai saat ini terus berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya di tengah pandemi. Di mana kompetisi dihentikan karena tanpa mengantongi izin keramaian.

“Semua kami hadapi sendiri. Kami tetap bayar kontrak pemain, pelatih, dan karyawan di tengah kondisi kita tidak mendapatkan pemasukan. Kami juga ingin tetap jaga kondusivitas Malang. Bagaimana kita aktif membantu masyarakat di tengah Covid 19 dengan gerakan sosial. Mulai membagi perlengkapan protokol kesehatan, sampai ke bantuan sembako,” ujarnya. 

Sekali lagi, lanjut CEO Arema FC Agoes Soerjanto, persoalan di tubuh Yayasan Arema tidak cukup dengan memberi waktu tujuh hari selesai dengan cukup mengecek ke Depkumham. Tapi perlu melakukan cek ricek tentang sekali lagi akar persoalannya, agar wali kota Malang bersikap obyektif, dan keputusannya tetap pada akhirnya menyerahkan ke internal Arema. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES