Ekonomi

Cerita Pengusaha Kerajinan Tangan di Tengah Pandemi, Survive Meski Tak Bisa Ekspor

Senin, 16 November 2020 - 22:03 | 125.49k
Galeri kerajinan tangan milik Rosalina disatukan dengan rumah makan Flodista miliknya. Di tengah pendemi penjualan dan produksi menurun. Namu bangkit lagi di era new normal. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Galeri kerajinan tangan milik Rosalina disatukan dengan rumah makan Flodista miliknya. Di tengah pendemi penjualan dan produksi menurun. Namu bangkit lagi di era new normal. (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSOPandemi Covid-19 melanda Indonesia awal Maret 2020 lalu. Tak hanya berdampak pada kesehatan. Tapi juga membuat sektor perekonomian ikut terpukul. Sehingga tidak sedikit UMKM, IKM hingga perusahaan besar merugi bahkan gulung tikar.

Hal serupa juga dialami oleh pengusaha kerajinan tangan berbahan limbah kayu di Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. Awal pandemi tak satupun buah karyanya terjual. 

Hal itu karena pandemi membuat kegitan ekspor ditutup. Serta tak ada kegiatan pameran yang biasa dijadikan ladang untuk berjulan hasil kerajinan.

Pemilik usaha kerajinan tangan, Rosalina menjelaskan, usahanya tersebut sudah ditekuni sekitar 20 tahun. Digagas tahun 2000 lalu. 

Ditemui di kediamannya, Jalan Pinang Mas gang TK Idhata Namgkaan. Ia tampak beraktivitas dan mulai ada pengunjung di galeri miliknya. 

Menurutnya, sebelum menggunakan limbah kayu kerajinannya menggunakan pelepah pisang. Dibuat cup lampu, tempat tisu dan hiasan ruangan.

"Kemudian kami menggunakan kulit telur. Dijadikan hiasan. Kemudian pindah ke tapisnya kelapa yang masih muda. Karena merusak lingkungan jika menggunakan tapis kelapa. Kita pindah ke limbah kayu sampai saat ini," paparnya.

Alumni Fakultas Sastra Unej tersebut menjelaskan, ia menggagas usaha kerajinan tangan secara otodidak bersama suaminya. 

"Kabetulan suami juga bisa menggambar. Saya juga suka seni. Suami saya lulusan ekonomi. Alhamdulillah jalan sampai sekarang. Apapun bisa menjadi karya. Bahkan akar kayu dan bambu yang tidak dipakai kami jadikan karya yang punya nilai jual," jelasnya.

Galeri miliknya sengaja dijadikan satu dengan udaha rumah makan Flodista. Agar pengunjung yang datang bisa melihat karyanya. "Juga ada usaha bunga, disatukan dengan rumah makan juga," imbuhnya.

Karya hasil kerajinan limbah kayu miliknya dikirim ke sejumlah daerah. Misalanya Jogja, Jawa Tengah dan Bandung. "Juga dikirim ke luar negeri. Tapi karena keadaan pandemi tidak bisa kirim ke luar negeri," jelasnya, Senin (16/11/2020).

Selama pengalamanya membuka usaha. Pendemi Covid-19 menjadi tantangan terbesar baginya.

"Jadi awal pandemi kami tak ada penjualan. Bahkan tidak produksi. Semua sektor kan terdamapak. Ya betul-betul terpukul," katanya.

Memang sejak awal pandemi tidak bisa mengirim ke luar daerah. Tapi untuk Jogja sudah mulai bisa mengirimkan.

Apalagi kata dia, di era new normal ini. Pariwisata mulai menggeliat. Termasuk pemulihan ekonomi. Sehingga IKM yang terdampak pelan-pelan mulai bangkit.

"Untuk pesanan yang besar memang belum ada. Karena tahun ini kan tidak ada pameran. Kan orang tak mengenal. Seperti tamu-tamu kalau di pameran ada pesanan," jelasnya.

Sebagai solusinya, ia memanfaatkan market place online. Temasuk memanfaatkan media sosial, baik Facebook, Instagram, dan beberapa paltform media online yang lain. "Kalau ndak begini ya gak jalan," akunya.

Menurutnya, penjualan sudah mulai ada. Bahkan permintaan juga ada. Cuma belum diambil. "Alhamdulillah mulai bangkit lagi. Survive meski tak ada pengiriman ke luar negeri," jelasnya.

Ia berharap pandemi Covid-19 segera berlalu. Sehingga ekonomi kembali pulih total. Termasuk sektor IKM seperti dirinya. "Semoga segera normal seperti sedia kala. Sehingga hasil kerajinan tangan ini penjualan normal lagi," harapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES