Peristiwa Daerah

Muhsin Budiono: Hidup Hanya Sekali Maka Lakukan Ini

Senin, 16 November 2020 - 21:23 | 65.44k
Muhsin Budiono, Pakar Followership Indonesia saat memberi materi kepada karyawan TIMES Indonesia, Surabaya. (FOTO: Ammar Ramzi/TIMES Indonesia
Muhsin Budiono, Pakar Followership Indonesia saat memberi materi kepada karyawan TIMES Indonesia, Surabaya. (FOTO: Ammar Ramzi/TIMES Indonesia

TIMESINDONESIA, SURABAYAMuhsin Budiono seorang pakar Followership pertama di Indonesia hadir untuk memberikan materi dalam acara soft launching kantor TIMES Indonesia di Surabaya, Senin (16/11/2020).

Pada awal materinya Muhsin mengingatkan bahwa kita sebagai manusia hanya hidup di dunia ini satu kali, maka jangan buang waktu dengan hanya menjadi orang yang biasa-biasa saja.

"You only life once. Maka pilihannya cuman ada dua, jadi orang biasa saja atau yang luar biasa," ujarnya membuka materi dengan penuh semangat.

Alumnus ITS Surabaya ini kemudian bertanya kepada jajaran karyawan dan direksi Times Indonesia, lantas kira-kira apa kuncinya untuk seseorang menjadi pribadi yang luar biasa. Peserta nampak antusias menjawabnya namun belum ada yang tepat.

"Untuk menjadi orang yang luar biasa, Anda perlu menjadi orang yang mengejutkan!" kata Muhsin.

Dia mencotohkan bagaimana Albert Einstein dan Neil Armstrong hingga bisa dicap luar biasa. "Jump the curve (loncati kurva-kurva kehidupan ini). Jangan jadi orang yang datar-datar saja. Pergi kantor pulang, selesai. Jadi jurnalis jangan puas menulis berita untuk menggugurkan kewajiban saja," tutur Muhsin.

Kemudian motivator sekaligus karyawan berprestasi milik Pertamina ini, memberikan ilustrasi perjalanan benda bernama es batu.

Pada zaman Ice 1.0 sekitar tahun 800-1930, manusia untuk dapat menikmati es batu perlu menunggu musim dingin. Harus ke danau membutuh gergaji, banyak orang, dan kuda. Ice 2.0, orang-orang mulai berpikir untuk membuat parbik es. Kemudian pada masa Ice 3.0, kulkas mulai diciptakan. Sebab kebutuhan es pada rumah tangga juga semakin meningkat. Lalu pada Ice 4.0, kulkas hadir dengan berbagai bentuk dan fungsi. Lantas, apa maksud Muhsin menjelaskan fase es batu tersebut.

"Ternyata, setiap fase itu diciptakan oleh orang-orang yang berbeda. Dan mereka bukan orang yang berkecimpung di fase sebelumnya. Tapi produknya sama, es batu," paparnya.

Maka pelajaran yang bisa diambil di sini adalah produk apapun, jurnalistik contohnya jika kita bisa membuat gebrakan atau sebuah inovasi yang mengejutkan maka kita adalah pemilik produk itu, setidaknya untuk suatu masa. Sebagaimana perjalanan industri koran yang kini mulai tergeser dengan media daring seperti TIMES Indonesia.

Muhsin dikenal sebagai pakar Followership pertama di Indonesia. Dirinya belajar langsung ilmu Followership dari Ira Chaleff, penulis buku The Courageous Follower: Standing Up to and for Our Leaders. Mentor lainnya ada Prof. Marc Hurwitz dan Samantha Hurwitz dari FliP University.

Terminologi Followership mulai banyak diperbincangkan di Amerika sejak tahun 1988, namun Indonesia baru mengenal Followership tahun 2016.

"Jadi telah cukup lama tertinggal. Kita kenalnya dari dulu leadership (kepemimpinan), padahal selain itu followership (kepengikutan) adalah satu paket yang tidak dapat dipisahkan," ucapnya.

Menurutnya, Leadership tidak akan berarti tanpa Followership yang baik. Sebab kedua sistem ini harus berjalan seiringan jika suatu kelompok, perusahaan, atau bangsa ingin berhasil mencapai cita-citanya. Ada pemimpin yang mengarahkan dan ada pasukan yang melaksanakan dengan baik.

Terbaru, Muhsin Budiono merupakan satu-satunya pakar Followership dari Indonesia yang diminta berkontribusi dalam penulisan buku New Directions for Student Leadership bersama 15 orang pakar Followership Internasional lainnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES