Peristiwa Nasional

Rayakan Hari Toleransi, Duta Damai Jatim Lakukan Safari Lintas Iman

Senin, 16 November 2020 - 18:00 | 72.96k
Kegitan Safari Lintas Iman Duta Damai Jawa Timur (FOTO: Duta Damai Jatim/TIMES Indonesia)
Kegitan Safari Lintas Iman Duta Damai Jawa Timur (FOTO: Duta Damai Jatim/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Duta Damai Jawa Timur mengadakan kegiatan Safari Lintas Iman, menyambut Hari Tolerasi Internasional. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi lima tempat peribadatan yang ada di Kota Malang. 

Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan rasa tolerasi anggota dan peserta yang ikut berpartisipasi, dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Rombongan Safari Lintas Iman mengunjungi Monumen Perjuangan Alim Ulama, di kompleks Masjid Sabillah Blimbing Malang
Perjalanan dimulai dengan titik kumpul awal di Masjid Sabilillah.

Masjid ini merupakan monumen yang dibangun untuk memperingati dan mengenang perjuangan dari Laskar Sabilillah. Laskar Sabilillah merupakan barisan para pejuang yang terdiri dari ulama dan santri yang ikut bertempur melawan sekutu. Dahulu kota Malang menjadi pusat Laskar Sabilillah.

Tepat di atas tanah Masjid ini tempat berkumpulnya para Laskar sebelum berangkat ke pertempuran Surabaya yang dipimpin KH Masjkur. Maka untuk menjaga marwah dan mengenang Malang Kota Pejuang, didirikanlah Masjid dengan nama seperti Laskar pejuang tersebut. KH Masjkur sang pendiri pun sudah diangkat menjadj pahlawan nasional sejak 2019 lalu.

Sanggar Busana "Sapta Dharma" Arjosari

Sanggar Busana Sapta Dharma Arjosari

Setelah mengunjungi Masjid Sabilillah, rumah ibadah kedua yang dikunjungi yakni Sanggar Candi Busana “Sapta Dharma” di Arjosari. Sapta Darma merupakan satu dari ratusan penghayat kepercayaan yang ada di Indonesia. Sejak tahun 2017 Penghayat diakui oleh pemerintahan Indonesia sebagai salah satu kepercayaan yang dianut dan diyakini oleh masyarakat. 

Sesampainya di lokasi peserta Safari Lintas Iman disambut dengan sangat hangat oleh warga Sanggar, terlebih hadir pula Pak Djayusman yang pada saat ini menjabat sebagai Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Indonesia (MLKI) Jawa Timur. 

Di tempat tersebut, peserta banyak mendapat penjelasan, penghayat Kepercayaan telah diakui oleh negara, namun belum banyak masyarakat yang mengetahui soal keberadaannya.

Klenteng Eng An Kiong di Pasar Besar

Klenteng Eng An Kiong Pasar Besar

Kemudian, rombongan berkunjung ke Klenteng Eng An Kiong di kawasan Pasar BesarPerjalanan dilanjut menuju rumah ibadah ketiga, yakni Klenteng Tridharma Eng An Kiong. 

Keunikan ini mungkin tidak banyak orang tahu, Klenteng ini merupakan rumah ibadah yang sarat akan nilai toleransi antar agama. Saat sampai di lokasi, rombongan langsung disuguhi makan siang sebelum kemudian memulai dialog antar iman.

Herman selaku Wakil Ketua Klenteng bersama jajaran pengurus Klenteng lainnya menjelaskan banyak hal bagi peserta, khusunya terkait toleransi dalam beragama. 
Salah satu yang perlu digaris bawahi sebagai budaya toleransi antar umat beragama adalah, Klenteng ini menjadi rumah ibadah bagi tiga agama sekaligus. 

"Ketiga agama tersebut yakni Tao, Budha Mahayana dan juga Konghuchu. Mungkin orang awam beranggapan bahwa Klenteng adalah rumah ibadah umat Konghuchu saja," kata Herman.

Namun, sejarah menjelaskan bahwa mulanya di Cina agama tertua yang ada adalah agama Tao, kemudian masuk agama Budha, dan Konghuchu adalah agama baru yang dianut oleh masyarakat. Hal ini yang mendasari adanya tiga agama di Klenteng ini, ketiganya memiliki ajaran teologi yang berbeda namun rasa saling menghargai dan toleransi antar umatnya sangat tinggi.

Pura Marga Shirsa di perkampungan Jalan Dieng

Pura Marga Shirsa di perkampungan Jalan Dieng

Pemberhentian selanjutnya lumayan jauh dari hiruk pikuk jalan raya, dan berada ditengah perkampungan warga di daerah Dieng. Pura Marga Shirsa, sebuah rumah ibadah bagi umat Hindu. Setelah sampai, rombongan Duta Damai langsung disambut hangat oleh Pak Made Suyatna, yang merupakan perwakilan dari PHDI (Parisada Hindu Dharma Malang) Malang. 

Kunjungan kali ini bertepatan dengan salah satu ibadah bulanan bersama umat Hindu saat bulan mati atau akan muncul bulan baru. Pura tidak dibangun di sembarang tempat. 

"Karena menjadi tempat ibadah yang mengharuskan ketenangan dan ketentraman batin, maka dipilihlah tempat sepi yang terpencil seperti di ini, atau bisa juga di daerah pegunungan," kata Made.

Bersama Jemaat GKJW Kebon Agung

Jemaat GKJW Kebon Agung

Setelah para peserta bertolak menuju Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Kebon Agung. Namun, dikarenakan di sana masih sangat ketat dan menghindari acara berkerumun untuk mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah, acara dialihkan ke Kopi Keboon, yang masih menjadi bagian dari kepemilikan GKJW.

Dialog yang berlangsung di warung kopi ini menjadi lebih santai dan momen untuk saling mengenal dan membangun keakraban peserta dengan Jemaat GKJW Kebon Agung djipandu langsung oleh pemuda GKJW, Evan dan Pendeta Teguh.

Acara dialog berlangsung dengan ganyeng dan hangat selama kurang lebih dua jam. Membahas soal teologi dan upaya upaya membangun gerakan toleransi yang dilakukan GKJW Kebon Agung. Setelah selesai, rombongan peserta Safari Lintas Iman berpamitan, dan kembali ketitik awal berkumpul, yakni Masjid  Sabilillah.

Gereja Santo Albertus de Taprani Blimbing

Gereja Santo Albertus de Taprani Blimbing

Tak lupa juga, para peserta mengunjungi Gereja Santo Albertus de Trapani yang berada tepat sebelah timur masjid sabilillah. Jarak antara Gereja dan Masjid hanya terpisah oleh jembatan penyeberangan. Ini menandakan masyarakat Malang tingkat toleransinya sangat tinggi sejak dahulu, serta hidup berdampingan tanpa mempermasalahkan soal perbedaan.

Safari Lintas Iman yang diadakan Duta Damai Jawa Timur ini merupakan satu dari sekian banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa toleransi dengan sesama umat beragaman dan penganut kepercayaan. Hari Toleransi Internasional menjadi titik dimana umat manusia di dunia dituntut untuk mengupgrade kembali rasa saling menghargai, terlebih di Indonesia dengan ragam budaya dan kepercayaannya.

Duta-Damai-Jatim-a.jpg

Monica, Kordinator Pelaksana menyampaikan pada dasarnya yang harus dipahami adalah bahwa keyakinan adalah hak asasi yang paling asasi di negara yang majemuk dan tidak dapat dipaksakan.

Kegiatan Safari Lintas Iman, menyambut Hari Tolerasi Internasional mengingatkan para peserta untuk meningkatkan nilai toleransi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES