Gaya Hidup Pilkada Serentak 2020

Pilbup Banyuwangi Diwarnai Kampanye Hitam, Rektor UNTAG: Itu Krisis Kepercayaan Diri

Senin, 16 November 2020 - 13:37 | 57.37k
Rektor UNTAG Banyuwangi, Andang Subaharianto. (FOTO: Humas UNTAG for TIMES Indonesia)
Rektor UNTAG Banyuwangi, Andang Subaharianto. (FOTO: Humas UNTAG for TIMES Indonesia)
FOKUS

Pilkada Serentak 2020

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Menjelang hari pencoblosan dalam pesta demokrasi Pilbup Banyuwangi 2020 mulai diwarnai sejumlah penyelewengan aturan kampanye. Munculnya kampanye hitam beberapa hari lalu, rupanya telah menyedot perhatian dari Rektor Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG Banyuwangi), Andang Subaharianto.

Andang menegaskan, kampanye hitam merupakan bentuk krisis kepercayaan diri untuk melakukan kompetisi secara terbuka dengan cara yang sehat.

"Kampanye hitam kalau dipakai jualan sebenarnya tidak laku dan tidak strategis. Munculnya kampanye hitam bisa jadi juga karena ketidakpercayaan diri dalam berkompetisi secara sehat," kata Andang, Senin (16/11/2020).

Pengamat politik yang pernah juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Jember (UNEJ) tersebut, menyebutkan bahwa kampanye hitam merupakan strategi yang kurang efektif dalam berpolitik.

Akademisi berkacamata ini menegaskan, bahwa spanduk dengan isi mendiskriminasi kaum perempuan yang muncul beberapa hari lalu, layak disebut sebagai kampanye hitam. Namun kampanye hitam dengan tujuan mendiskriminasi atau mendiskreditkan perempuan itu justru malah tidak efektif.

"Karena banyak perempuan yang menjadi pemimpin. Ada Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya. Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa yang baru saja datang ke Banyuwangi juga seorang perempuan," kata Andang.

Perempuan lainnya di Jawa Timur yang menjadi pemimpin, sebut saja Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari, Bupati Jember Faida, dan banyak pemimpin perempuan lainnya.

"Mantan Presiden RI, Ibu Megawati juga perempuan. Menteri Keuangan, Sri Mulyani telah mendampingi dua Presiden, sehingga dengan fakta-fakta itu, telah menggugurkan tesis perempuan tidak bisa menjadi pemimpin. Sudah tidak musimnya lagi menempatkan perempuan hanya urusan domestik saja," tegas Andang.

Andang berharap dengan mulai munculnya kampanye hitam, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Banyuwangi yang memiliki kewenangan bisa menertibkannya.

"Memang sudah seharusnya, jangan pakai kampanye hitam. Apalagi, masyarakat Banyuwangi sudah bisa melihat secara jernih dan rasional. Sudah bukan waktunya lagi menggunakan kampanye hitam. Terpenting masyarakat Banyuwangi telah berpikir secara jernih dan obyektif, sehingga kampanye hitam tidak laku untuk dijual," tandas Rektor Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG Banyuwangi), Andang Subaharianto. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES