Peristiwa Daerah

Dokter di Lamongan Ciptakan IMA untuk Minimalisir Kontak dengan Pasien

Senin, 16 November 2020 - 13:32 | 142.63k
Dokter Puskesmas Sekaran, dr. Arif Cholifaturrahman, menunjukkan alat buatannya yang berfungsi membantu monitoring infus, Senin (16/11/2020). (FOTO: MFA Rohmatillah/TIMES Indonesia)
Dokter Puskesmas Sekaran, dr. Arif Cholifaturrahman, menunjukkan alat buatannya yang berfungsi membantu monitoring infus, Senin (16/11/2020). (FOTO: MFA Rohmatillah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Seorang dokter di Puskesmas Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur membuat sebuah alat yang berfungsi untuk membantu meminimalisir terjadinya kontak antara tenaga medis dengan pasien, khususnya pasien suspek Covid-19. Alat tersebut adalah Infusion Monitoring Assistance (IMA).

Alat yang merupakan implementasi Internet of Medical Things (IoMT) tersebut dibuat oleh dr. Arif Cholifaturrahman bersama Ahmad Cholifa Fahruddin.

Arif menjelaskan, IMA berfungsi untuk memonitor terapi infus dari jarak jauh, karena alat tersebut memiliki dua buah mikrokontroler, yaitu Attiny85 dan ESP32 serta sensor yang terdiri dari led infrared dan phototransistor.

"Hasil nilai analog dari sensor akan masuk ke Attiny85 untuk dikomparasi saat ada tetesan dan saat tidak ada tetesan. Hasil dan komparasi nilai analog dari sensor akan menghasilkan sinyal digital yang akan masuk ke pin interrupt dari ESP32," kata Arif, Senin (16/11/2020).

Arif menjelaskan, Mikrokontraler ESP32 akan memproses data dan mengirimkan data ke bot telegram.

"Jadi kita bisa memonitor infus melalui smartphone kita, sehingga tidak harus bolah balik ke ruangan pasien untuk mengecek infus. Kemudian selain mengirimkan notifikasi ke telegram, alat ini juga mengirimkan notifikasi dengan cara berbunyi," tuturnya.

Arif mengungkapkan, untuk membuat alat tersebut, dirinya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 3 sampai 4 minggu. Sementraa biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan satu buah alat, yaitu sebesar Rp 755 ribu.

"Waktunya pembuatannya memang tergolong cepat, karena sebelumhya saya sudah membuat alat juga, tapi tidak Internet of Medical Things, sehingga dari segi logika saya sudah ada gambaran logikanya, jadi tinggal mengimplementasikan aja. Semua bikin sendiri, mulai dari hardware nya, casing nya juga bikin sendiri, saya gunakan 3D printing," tutur Arif.

Arif mengaku, pembuatan alat tersebut muncul dari rasa keprihatinannya atas banyaknya angka kematian tenaga medis di Indonesia akibat terpapar Covid-19.

"Dan dari WHO itu kan salah satu penyebabnya adalah karena lama paparan dengan pasien, apalagi di ruang tertutup yang tentu memiliki risiko tenaga kesehatan terkena Covid-19. Nah alat ini bisa meminimalisir jumlah papatan dan lama paparan," ujarnya.

Arif berencana mematenkan alat buatannya tersebut dan berharap IMA bisa diproduksi secara massal.

Ke depan kami akan patenkan dan kemungkinan besar akan diproduksi massal. Tapi untuk saat ini kita baru produksi satu alat saja. Soalnya kita fokuskan dulu di Puskesmas Sekaran. Karena untuk produkai masal itu kan ada regulasinya ya, apalagi alat kesehatan," kata Arif.

Alat buatan dokter di Puskesmas Sekaran itu pun membuat Kepala Dinas Kesehatan Lamongan, dr. Taufik Hidayat mengaku bangga. "Kami bersyukur di masa pandemi ini muncul ivovasi sebuah alat yang namanya IMA. Alat ini sangat bermanfaat sekali," kata Taufik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES