Wisata

Memahami Keunikan Situs Candi Bumi Ayu Sebagai Aset Wisata Kabupaten PALI

Sabtu, 14 November 2020 - 18:06 | 399.86k
Komplek Candi Bumi Ayu, Tanah Abang, Kab PALI, Sumsel (Foto: Rochman/TIMES Indonesia)
Komplek Candi Bumi Ayu, Tanah Abang, Kab PALI, Sumsel (Foto: Rochman/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PALICandi Bumi Ayu, mungkin secara umum masyarakat belum banyak yang mengetahui jika candi tersebut ada di Sumatera Selatan.  Tepatnya ada di Desa Bumi Ayu, Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).

Komplek Candi Hindu ini ada sekitar 75 H dan sangat menarik untuk dikembangkan menjadi wisata etnik bercorak sejarah. Informasi yang dihimpun saat TIMES Indonesia mengunjungi Komplek Candi Bumi Ayu, diketahui 12 Candi dan Baru 5 yang dibugar dan ini merupakan Candi Agama Hindu.

Kampung sekitar juga memiliki Cerita Rakyat sendiri. Konon cerita rakyat sekitar Komplek ini merupakan sebuah kerajaan masa lalu namun bukan kerajaan Sriwijaya bahkan cerita rakyat sekitar menyebut lebih tua dari Sriwijaya.

Ada yang menamakan Kedaton (Kedatuan) yang disebut Kedebung Undang dimana tembok dan pintu gerbang ada di wilayah Air Itam dan Modong.

Dulunya menurut cerita masyarakat, komplek kerajaan ini dialiri Sungai dinamakan Piyabung yang mengalir hingga Sungai Musi. Sungai alam ini umurnya lebih tua dari Sungai Lematang yang ada disekitar Candi. Karena faktor alam terjadi penyusutan sehingga saat ini menyisakan sungai kecil yang tak termanfaatkan lagi.

Runtuhnya kerajaan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari ada kerajaan tandingan yakni Sriwijaya yang beragama Budha hingga masuknya Islam dimana Masyarakat dan Keluarga kerajaan berbondong-bondong menganut agama baru.

"Syech Nurul Ikhwan" menjadi cerita rakyat sebagai tokoh penyebar Agama Islam diwilayah ini yang dikenang masyarakat sekitar hingga kini.

Sementara berdasarkan informasi literasi media, Kawasan wisata Cagar Budaya Candi Bumiayu, adalah satu-satunya cagar budaya candi yang dimiliki Provinsi Sumatera Selatan. Terletak di tengah perkampungan Desa Bumi Ayu, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), atau di sebelah timur berbatasan dengan Sungai Lematang.

Candi-Bumi-Ayu-2.jpg

Candi Bumiayu mulai diketahui keberadaannya setelah dilaporkan pertama kali oleh E P Tombrink, pada tahun 1864 silam dalam Hindoe Monumenten in de Bovenlanden van Palembang. Meski jumlahnya tak sebanyak candi yang ada di Muara Dua, Provinsi Jambi. Namun Candi Bumiayu termasuk jenis candi unik karena mempunyai bentuk sudut bangunan dengan hiasan makhluk Ghana dari terakota, dan memiliki kemuncak bangunan berbentuk seperti lingga, antefiks, serta sebuah arca tanpa kepala.

Kemudian letaknya yang strategis dikelilingi tiga sungai batanghari, yakni batanghari Tebat Jambu, Lubuk Panjang, dan Piabung (Tebat Siku) menjadikan kawasan cagar budaya Candi Bumi Ayu sebagai pusat perdagangan dan transportasi pada masa Kerajaan Sriwijaya masih berkuasa.

Dari 12 bangunan candi yang ditemukan, 5 diantaranya telah digali dan dipugar ke permukaan tanah. Kelima reruntuhan bangunan candi berstruktur bata itu sesuai urutan pemugarannya dinamakan Candi 1 (tahun 1992), Candi 2 (tahun 2009), Candi 3 (tahun 1997), Candi 7 (tahun 2009), dan Candi 8 (tahun 2000).

Sementaranya sisanya sampai saat ini masih berada tertimbun di dalam tanah. Factor keterbatasan tenaga ahli, dan peralatan masih menjadi kendala tertundanya penggalian bangunan candi yang diperkirakan telah ada pada abad ke 7-14 masehi di “Bumi Serepat Serasan” tersebut

Situs Candi yang memiliki total lahan seluas sekitar 110 hektar (ha). Dimana 75 hektar diantaranya masuk sebagai kawasan candi, dan baru sekitar 7,6 hektar diantaranya sudah dibebaskan lahannya oleh pemerintah, dan ini bisa menjadi destiminasi wisata cagar budaya.

Adapun keunikannya, banyaknya benda arkeolog seperti arca atau patung-patung, dan benda-benda purbakala yang banyak tak dimiliki oleh situs cagar budaya candi lainnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi situs cagar budaya Candi Bumiayu.

Diantaranya seperti Arca Siwa, Arca Dewa 1 dan Arca Dewa 2, Arca Agastya, Relief bergambar Burung Kakak Tua, Peripih Nawasanga yang merupakan wadah benda persembahan untuk memuja dewa tertentu, serta Kepala Kala yang ditemukan di Candi nomor 8 yang cuma ada di Candi Bumiayu. Kemudian Arca Singa, Arca Camundi, Arca Nandi, Arca Stambha, serta patung Lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa, yang dalam Agama Hindu berbentuk alat kelamin laki-laki, dan Yoni sebagai perlambangan alat kelamin wanita sebagai perwujudan Shakti dan dewi.

Lokasi Cagar Budaya Candi Bumiayu ini juga masih dikunjungi dan dijadikan tempat ritual ibadah dharma bhakti setiap Hari Raya Nyepi oleh sebagian masyarakat perantau asal Bali. Mereka 2-3 hari berada disini, dan itu rutin setiap satu tahun sekali mereka datang. Dengan demikian ini bisa menjadi destinasi wisata yang terjadwal sekaligus bisa dikembangkan menjadi kampung wisata di sekitar candi.

Yang diperlukan dalam memahami Situs Candi Bumi Ayu terlebih dahulu melihat status Candi tersebut. Candi Bumi Ayu itu dikelola oleh Pemerintah Pusat Melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi sehingga Pemerintah Kabupaten PALI tidak bisa membangun secara langsung karena tidak punya kewenangan.

Yang bisa dilakukan bagaimana merekayasa wilayah Candi Bumi Ayu untuk mendukung keberadaan Candi Bumi Ayu. Misalkan membangun akses infrastruktur yang memadai dan membangun kampung wisata khas Candi Bumi Ayu di Kampung sekitaran Situs Candi.

Bagaimana kampung tersebut menjadi kampung wisata berkarakter bumi ayu yang terintegrasi dengan Situs Candi sebagai bagian dari peta wisata. Disini nantinya bisa berkembang sektor mikro misalkan oleh-oleh khas Candi Bumi Ayu dan khas Kabupaten PALI. Mengembangkan kampung wisata yang populer berkarakter Candi Bumi Ayu dan citarasa kulinernya mungkin bisa dilakukan oleh pemkab untuk membangun kawasan wisata sekitaran situs sebagai aset wisata andalan Kabupaten yang baru mekar dari Muara Enim ini. (*)

 

*Penulis : Fatkurohman, S Sos atau Bung FK, Jurnalis TIMES Indonesia di Sumsel dan Penggiat Opini Publik Rumah Citra Indonesia (RCI).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES