Gaya Hidup

Dua Hal Yang Harus diperhatikan Dalam Membangun Start-up

Sabtu, 14 November 2020 - 15:03 | 43.64k
Donny Susilo, Pakar ekonomi dan konsultan bisnis di Donny and Partners. (Foto: Dok Donny and Partners/TIMES Indonesia)
Donny Susilo, Pakar ekonomi dan konsultan bisnis di Donny and Partners. (Foto: Dok Donny and Partners/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTADonny Susilo, pakar ekonomi dan konsultan bisnis di Donny and Partners mengatakan, akibat dari pandemi Covid-19 pemerintah harus menciptakan kembali sekitar 10 juta lapangan kerja untuk mengganti mereka yang kehilangan pekerjaan selama pandemi Covid-19.

"Salah satu caranya adalah pembangunan kewirausahaan di kalangan millennial atau generasi Y, hal ini disebut dengan millennial entrepreneurship atau istilah kerennya, millennipreneurship," kata Donny dalam keterangan resminya pada Sabtu (14/11/2020).

Donny mengatakan, jumlah generasi millennial di Indonesia sekarang ini sekitar 35 persen dari total seluruh penduduk Indonesia, generasi millennial adalah mereka yang tahun 2020 ini berusia diantara 25-40 tahun, kaum millennial ini adalah mereka yang lahir di zaman internet,

Donny menjelaskan dengan berkembang pesatnya penggunaan internet dimana sekitar 170 juta orang di Indonesia sudah menggunakan internet, ini membuka peluang kewirausahaan yang besar bagi millennial. Karena mudah bosan dan berpindah-pindah kerja, milenial memutuskan untuk membuka usaha sendiri, kebanyakan berpikir untuk mendirikan start-up ketika merencanakan bisnisnya.

Untuk mengantisipasi kejenuhan dan betah dalam berwirausaha, Donny menerangkan, dengan berinovasi, orang-orang ini sangat menyukai ruang untuk berinovasi, mereka ingin di dengar dan mereka ingin ide mereka bisa segera direalisasikan, oleh karena mereka suka hal yang cepat dan instant.

"Sehingga kemudian disebut sebagai generasi instan," ucap Donny.

Donny Memaparkan, terdapat kendala lain selain kejenuhan itu sendiri yaitu lebih dari 90 persen start-up memang diperkirakan gagal, tidak banyak yang sukses dan ini terjadi tidak hanya di Indonesia, bahkan di negara maju seperti Singapore dan Australia pun juga mengalami hal yang sama.

Hal ini terjadi karena 2 hal, yang pertama start-up ini didorong untuk berinovasi tanpa melakukan pengamatan yang jeli terhadap kebutuhan pasar yang ada di Indonesia. Terkadang, mereka juga melihat inovasi yang sukses di luar negeri namun tidak menyadari bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia tidak selalu sama dengan kebutuhan masyarakat luar negeri.

"Sedangkan kedua, mereka tidak mampu mengedukasi masyarakat setelah produk inovatif mereka dipasarkan, padahal setiap inovasi membutuhkan edukasi. Dengan strategi edukasi yang tepat, start-up bahkan dapat menjadi partner pemerintah untuk meningkatkan jumlah pengguna internet yang ada, mengeksploitasi penetrasi pasar yang belum terjamah," kata Donny Susilo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES