Indonesia Positif

Perpustakaan Universitas Ciputra Surabaya Bahas Kemampuan Daya Kritis Anak Melalui Literasi

Senin, 09 November 2020 - 14:20 | 135.99k
Perpustakaan Universitas Ciputra Surabaya bekerjasama dengan Wahana Visi Indonesia dan Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya menghadirkan iTalk (Innovation Talk) yang bertemakan “Developing Critical Thinking in Kids Through Literacy”
Perpustakaan Universitas Ciputra Surabaya bekerjasama dengan Wahana Visi Indonesia dan Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya menghadirkan iTalk (Innovation Talk) yang bertemakan “Developing Critical Thinking in Kids Through Literacy”

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Perpustakaan Universitas Ciputra Surabaya bekerjasama dengan Wahana Visi Indonesia dan Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya menghadirkan iTalk (Innovation Talk).

Acara ini mengangkat tema “Developing Critical Thinking in Kids Through Literacy” yang diselenggarakan pada Sabtu (31/10) lalu.

Kegiatan ini diharapkan memberikan wawasan yang dapat diterapkan oleh orang dewasa seperti orang tua dan pendidik yang sedang mengalami kesulitan dalam meningkatkan daya kritis anak melalui literasi. Kegiatan ini dimoderatori oleh Christye Dato Pango, S.Sos., M.A. (Pustakawan Universitas Ciputra Surabaya) dan mengundang Melliana Layuk (Spesialis Pendidikan Wahana Visi Indonesia Zonal Jawa, Sumatera dan Kalimantan Barat) dan  Meilani Sandjaja, S.Psi., M.Psi., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ciputra Surabaya)      

Wahana Visi Indonesia (WVI) adalah yayasan sosial kemanusiaan Kristen yang bekerja untuk membuat perubahan yang berkesinambungan pada kehidupan anak, keluarga dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. WVI mendedikasikan diri untuk bekerjasama dengan masyarakat yang paling rentan tanpa membedakan agama, ras, etnis dan gender. Sejak tahun 1998, Yayasan Wahana Visi Indonesia telah menjalankan program pengembangan masyarakat yang berfokus pada anak.

Ciputra 1

Menurut penjelasan Ibu Melliana Layuk, sejak tahun 2012 WVI melalui kemitraan International World Vision telah membangun pembelajaran dasar dan keterampilan membaca. WVI membentuk kemitraan strategis dengan Save the Children untuk mengadopsi model peningkatan keaksaraan baru. Salah satu Project Model yang diterapkan oleh Wahana Visi Indonesia adalah di daerah dampingan terkait dengan peningkatan literasi membaca.

Pada Wahana Literasi, ada tiga kegiatan yaitu pelatihan guru, aksi masyarakat/komunitas dan kreasi material pendukung literasi. Sejauh ini, aksi komunitas WVI meliputi pengembangan lingkungan literasi (perpustakaan mini dan cara menjilid buku), kegiatan membaca masyarakat (menyelenggarakan rumah baca, sobat baca, waktu cerita dan baca maraton) dan lokakarya kesadaran membaca (perkembangan bahasa dan literasi anak, pojok baca dan membuat materi untuk membantu anak membaca). ”Membacakan cerita kepada anak-anak sangat membantu perkembangan sosial, emosional, intelektual dan moral mereka,” kata Melliana Layuk.

Salah satu kegiatan yang disoroti dari WVI adalah Pojok Baca. Pojok baca adalah tempat kreatif untuk anak-anak berlatih dan bermain dengan aktivitas membaca dan literasi. Pojok baca disediakan sebagai sumber daya untuk orang tua, sobat baca atau siapapun yang membantu anak anak membaca sambil berkunjung dan bersenang-senang.

Pemaparan ini terdiri atas dua topik bahasan yaitu buku yang sesuai untuk anak sekolah dasar dan literatur dan berpikir kritis bagi anak sekolah dasar.

Sementara itu Meilani Sandjaja menjelaskan literasi baca merupakan kegiatan yang kompleks karena melibatkan berbagai aspek yaitu atensi minat dan motivasi dalam diri. Dalam memilih bacaan untuk anak, kita perlu memperhatikan kualitas isi bacaan, keterbacaan, kerumitan bacaan dan cara penyampaian dari bacaan tersebut.

Buku yang sesuai dengan karakteristik anak adalah buku yang memiliki alur sederhana, menampilkan banyak gambar dan memiliki cerita yang dapat membawa anak ke waktu atau tempat lain di dalam cerita.

Ciputra 2

"Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan beberapa anak yang tidak suka membaca. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu membaca itu membosankan, bukunya terlalu tebal, anak tidak suka membaca nyaring dan anak tidak mengerti apa yang dibaca," jelasnya.

Meilani Sandjaja mengatakan dengan membaca sejak dini anak-anak memiliki kemampuan untuk berpikir kritis. Berpikir kritis adalah proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan untuk menemukan pemecahan masalah dan keputusan. Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan yang mengajarkan anak untuk bertanya dan merefleksikan pemahaman dan pengetahuan tentang informasi yang diajarkan kepada mereka.

Buku merupakan alat yang ampuh untuk mengajarkan berpikir kritis karena dapat memberikan kesempatan pada anak untuk secara aktif terlibat dalam bacaan sambil memikirkan ide, nilai dan pertanyaan secara bersamaan. Agar dapat berpikir kritis, tidak jarang anak-anak akan menemukan kesulitan sehingga memerlukan bantuan.

Selain itu, untuk mendorong anak berpikir kritis perlu dilakukan diskusi dan interaksi selama atau setelah mereka membaca buku. Kita juga dapat membantu untuk menetapkan tujuan, prediksi, mengajukan pertanyaan dan mengklarifikasi bagian dalam bacaan yang dibaca anak. Yang tidak kalah pentingnya, kita perlu menciptakan suasana mendukung berupa dorongan dan dukungan yang membantu anak berpikir semakin kritis.

Kesimpulan yang dapat diambil dari iTalk yang digelar Universitas Ciputra Surabaya ini adalah tidak sulit bagi kita untuk dapat turut serta dalam membantu anak untuk menanamkan dalam dirinya betapa pentingnya membaca dan berpikir kritis. Kita dapat memberikan dukungan dan suasana yang mendukung pengembangan diri anak dalam hal membaca dan berpikir karena anak-anak butuh bantuan orang sekitar dalam proses pengembangan dirinya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES