Peristiwa Daerah

Moringa Organik Indonesia Bangun Pusat Pembelajaran Kelor Terbesar se-Asia di Kota Palu

Jumat, 30 Oktober 2020 - 18:35 | 158.61k
Owner and Founder MOI A Dudi Krisnadi saat meletakkan batu pertama pembangunan pusat pembelajaran Kelor terbesar se-Asia Tengah di Kota Palu, Jumat (30/10/2020). (Foto: Sarifah Latowa/TIMES Indonesia)
Owner and Founder MOI A Dudi Krisnadi saat meletakkan batu pertama pembangunan pusat pembelajaran Kelor terbesar se-Asia Tengah di Kota Palu, Jumat (30/10/2020). (Foto: Sarifah Latowa/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PALU – Bagi masyarakat Kota Palu sudah tidak asing lagi dengan tanaman Kelor. Hampir setiap pekarangan rumah warga ada pohon kelor. Kelor merupakan salah satu menu favorit yang disajikan di meja makan sebagai sayuran yang kaya akan nutrisi.

Namun, banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa kelor mempunyai potensi ekonomi yang cukup menjanjikan. Untuk itu, Moringa Organik Indonesia (MOI) membangun pusat pembelajaran Kelor se-Asia (Asian Moringa Learning Center-Integrated Organic Moringa Farma and Processing) di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Peletakan batu pertama pembangunan pusat pembelajaran kelor dilaksanakan, Jumat, (30/10/2020) di Kota Palu, Sulteng.

Owner and Founder MOI A Dudi Krisnadi mengatakan, pembangunan pusat pembelajaran Kelor ini nantinya dapat dijadikan tempat pelatihan, pendampingan dan pembelian hasil produksi tanam kelor dari masyarakat.

Menurut Dudi, kelor adalah salah satu tanaman yang paling luar biasa yang pernah ditemukan. Hal ini mungkin terdengar sensasional, namun faktanya memang Kelor terbukti secara ilmiah merupakan sumber gizi berkhasiat obat yang kandungannya di luar kebiasaan kandungan tanaman pada umumnya.

Sehingga Kelor diyakini memiliki potensi untuk mengakhiri kekurangan gizi, kelaparan, serta mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit di seluruh dunia.

Dudi menyebutkan, Kelor benar-benar tanaman ajaib, dan karunia Tuhan sebagai sumber bergizi dan obat penyembuhan bagi umat manusia. Bahkan, kata Dudi, Andrew Young, mantan Wali Kota Atlanta dan Duta Besar Amerika, menyebutkan: “Moringa shows great promise as a tool to help overcome some of the most severe problems in developing world-malnutrition, deforestation, impure water and proverty. The tree does best in the dry regions where these problem a worst.”

Pada tahun 1999, adalah Fuglie LJ yang pertama kali mempublikasikan hasil penelitiannya yang mengejutkan dunia tentang kandungan nutrisi Kelor dan tertuang dalam buku “The Miracle Tree: Moringa oleifera: Natural Nutrition for the Tropics” (Church World Service, Dakar. 68 pp.;). Buku yang memicu gelombang penelitian ilmiah lanjutan tentang Kelor ini, kemudian direvisi tahun 2001 dan dipublikasikan kembali dalam judul : “The Miracle Tree: The Multiple Attributes of Moringa”.

Menurut hasil penelitiannya, daun Kelor ternyata mengandung vitamin A, vitamin C, Vit B, kalsium, kalium, besi, dan protein, dalam jumlah sangat tinggi yang mudah dicerna dan diasimilasi oleh tubuh manusia. Bahkan, perbandingan nutrisi daun kelor segar dan serbuk, dengan beberapa sumber nutrisi lainnya.

Jumlahnya berlipat-lipat dari sumber makanan yang selama ini digunakan sebagai sumber nutrisi untuk perbaikan gizi di banyak belahan negara. Tidak hanya itu, Kelor pun diketahui mengandung lebih dari 40 antioksidan dan masih banyak lagi kegunaan kelor lainnya.

Selain memiliki sumber asupan nutrisi harian yang mudah, murah, lanjut Dudi, kelor juga dapat meningkatkan kesejahteraan sebagai sumber pendapatan baru yang menguntungkan bagi masyarakat komoditas ekspor unggulan bangsa.

Di Pulau Sulawesi, Dudi menguraikan, kelor telah tumbuh sejalan dengan peradaban dan perjalanan sejarah kehidupan masyarakatnya, sebagai sebuah kearifan lokal yang diwariskan secara turun temurun.

Bahkan, Dudi meyakini bahwa sesungguhnya tanaman yang dikenal dengan nama latin Moringa oleifera ini berasal dari Sulawesi, bukan dari Himalaya India. Menurutnya, Banyak bukti sejarah masa lampau yang dapat ditelusuri sejak zaman Sundaland, ketika Kalimantan, Jawa dan Sumatra masih bersatu dan kemudian terpisah, Pulau Sulawesi telah dan masih ada seperti bentuknya semula.

“Sayangnya, anugerah ini kemudian terlupakan karena perjalanan sejarah kehidupan Nusantara. Kami meyakini, bahwa Kelor akan kembali menjadi tanaman yang sangat penting bagi kesejahteraan umat manusia namun demikian, semua itu akan sangat tergantung pada bagaimana mempertahankan kandungan nutrisi dan senyawa aktif dalam Kelor pada saat pengolahannya,” ujarnya.

Proses belajar yang terus menerus telah mengantarkan kami pada penemuan “Metode pengunci nutrisi daun Kelor”. Sebuah cara khas Moringa Organik Indonesia dalam mengolah daun Kelor dengan tetap mempertahankan nilai nutrisinya yang tinggi.

Dudi menjelaskan, metode pengunci nutrisi daun Kelor, atau disebut pula “Moringa Nutrition Lock Methode” adalah rangkaian perlakuan khusus yang saling terkait dalam pemanfaatan hasil panen tanaman Kelor, berupa daun, bunga dan biji, mulai dari budidaya, panen, pasca panen, pengolahan, pengeringan, penepungan daun, pemerasan biji, pengemasan, sampai dengan distribusi produk akhirnya.

Perlakuan dimaksud, kata dia, tidak hanya terbatas pada tindakan, namun juga penggunaan alat dan peralatan yang digunakannya. Terabaikannya potensi sosial ekonomi tanaman Kelor, lebih karena ketidaktahuan bangsa kita dalam mengolahnya dengan benar untuk dapat dimanfaatkan sebagai Food (makanan dan minuman bernutrisi tinggi), Feed (Pakan Ternak yang berkualitas), Fertilizer (Pupuk alami yang menyuburkan tanah dan tanaman) dan Natural Skincare (Perawatan tubuh alami yang menakjubkan).

Oleh karena itu, kata Dudi, pihaknya merasa memiliki tanggung jawab moral untuk mendistribusikan pengetahuan kami tentang metode pengunci nutrisi tanaman Kelor tersebut dengan mendirikan Asean Moringa Learning Center-Integrated Organic Moringa Farm and Processing sebuah tempat dimana bangsa Indonesia, dan bahkan bangsa-bangsa lain di dunia, dapat saling berbagi pengetahuan tentang bagaimana mengolah tanaman Kelor ini untuk kesehatan, kesejahteraan dan sumber devisa negara.

Besar harapannya, dapat mengangkat potensi Kelor Organik Indonesia bagi sebesar-besarnya kemakmuran bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. "Di tempat pembelajaran kelor ini, nantinyaPara Keloris dan petani pengolah Kelor dimanapun berada, dapat dengan mudah menerapkan SOP MOI dan menjual hasilnya kepada kami dengan pola pendekatan Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh,” ungkapnya.

Khusus bagi masyarakat Sulawesi Tengah, keberadaan pusat pembelajaran Kelor terbesar se-Asia ini akan melibatkan lebih dari 200 ribu petani pengolah tanaman Kelor, dengan pola kerja sama sehat dan sejahtera dengan bekerja di rumah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES